Tatapan kosong memandang hari
Di Padang tandus menanti kedatangan,
Siapa?
Apa?
Dan bagaimana?
Dalam kepapahan pasrah
Dalam keteguhan iman dan islam di sukma
Tak tahu harus berbuat apa
Di Negeri debu masih menunggu
Sapa tanganmu meraba
Wahai saudaraku...
Ah, sudah tidak di pungkiri
Tabu kematian setia menyeringai
Tinggal menunggu hari..!
Namun itu bukan berarti imanku mati
Syari'at akan tetap berdiri
Shalatku akan tetap menjadi pondasi
Jilbabku akan selamanya terpatri
Puasa masih harus kujalani,
Itulah usaha yang masih bisa kulakukan untuk saat ini
Andai engkau tahu, saudaraku..!
Di saat orang-orang sibuk menguruskan berat badannya
Berlari, berlompat, bahkan mengkonsumsi pil diet
Aku sibuk mengkencangkan perutku, juga anakku
Agar mengurangi rasa lapar yang datang
Dengan tubuhku yang tinggal 'tulang'
Andai engkau tahu, Saudaraku..!
Di saat orang-orang bersuka ria
Menyambut bulan ramadhan yang telah berlalu
Dan Idul fitri kini, dengan aneka ragam menu
Aku masih menenangkan anakku yang resah
Memberikan ASI yang tak lagi ada...
Jangan kau tanya tentang puasaku!
Aku tahu itu, bahkan aku lebih tahu akan itu
Karena aku telah berpuasa,
berhari-hari sebelum Ramadhan tiba..
Walau telah berusaha ku mencari setetes air
Di terik gurun, di terik mentari
Hanya untuk berbuka puasa hari ini..
Tidakkah perasamu bergetar?
Melihat getar tubuh kami di sini menahan lapar
Siang- malam, siaga burung-burung nazar
Senantiasa menyeringai tubuh kami yang lemah
Andai kau tahu, Saudaraku...
Bahwa sebagian hartamu adalah sebagian hak kami
Bahwa ialah kelak yang menyelamatkanmu dari panas api-neraka
Tidakkah kau ingat sabda Nabi?
"Lindungilah dirimu dari panasnya neraka walau hanya dengan sebiji kurma
Maka bersedekahlah..!
Sebagai Umat Muhammad, Umat terkasih
Kasihilah Saudara-saudaramu di sini,
Walau hanya dengan titipan doa
Moga Iman, Islam, Ihsan,
ditetapkan dalam hati...
Khartoum, Sudan
04 Syawal 1432
Di Padang tandus menanti kedatangan,
Siapa?
Apa?
Dan bagaimana?
Dalam kepapahan pasrah
Dalam keteguhan iman dan islam di sukma
Tak tahu harus berbuat apa
Di Negeri debu masih menunggu
Sapa tanganmu meraba
Wahai saudaraku...
Ah, sudah tidak di pungkiri
Tabu kematian setia menyeringai
Tinggal menunggu hari..!
Namun itu bukan berarti imanku mati
Syari'at akan tetap berdiri
Shalatku akan tetap menjadi pondasi
Jilbabku akan selamanya terpatri
Puasa masih harus kujalani,
Itulah usaha yang masih bisa kulakukan untuk saat ini
Andai engkau tahu, saudaraku..!
Di saat orang-orang sibuk menguruskan berat badannya
Berlari, berlompat, bahkan mengkonsumsi pil diet
Aku sibuk mengkencangkan perutku, juga anakku
Agar mengurangi rasa lapar yang datang
Dengan tubuhku yang tinggal 'tulang'
Andai engkau tahu, Saudaraku..!
Di saat orang-orang bersuka ria
Menyambut bulan ramadhan yang telah berlalu
Dan Idul fitri kini, dengan aneka ragam menu
Aku masih menenangkan anakku yang resah
Memberikan ASI yang tak lagi ada...
Jangan kau tanya tentang puasaku!
Aku tahu itu, bahkan aku lebih tahu akan itu
Karena aku telah berpuasa,
berhari-hari sebelum Ramadhan tiba..
Walau telah berusaha ku mencari setetes air
Di terik gurun, di terik mentari
Hanya untuk berbuka puasa hari ini..
Tidakkah perasamu bergetar?
Melihat getar tubuh kami di sini menahan lapar
Siang- malam, siaga burung-burung nazar
Senantiasa menyeringai tubuh kami yang lemah
Andai kau tahu, Saudaraku...
Bahwa sebagian hartamu adalah sebagian hak kami
Bahwa ialah kelak yang menyelamatkanmu dari panas api-neraka
Tidakkah kau ingat sabda Nabi?
"Lindungilah dirimu dari panasnya neraka walau hanya dengan sebiji kurma
Maka bersedekahlah..!
Sebagai Umat Muhammad, Umat terkasih
Kasihilah Saudara-saudaramu di sini,
Walau hanya dengan titipan doa
Moga Iman, Islam, Ihsan,
ditetapkan dalam hati...
Khartoum, Sudan
04 Syawal 1432
This entry was posted
on Minggu, 04 September 2011
at 01.56
and is filed under
Puisi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.