Malam ini aku berpuisi lagi...
mengeja setiap terpa wajah yang bersembunyi di heningnya udara
Riuh gurun seakan ingin berbicara menemani dinginnya malam
ceritakan semua tanya yang mengendap di hati
Ya, semua tanya tentang pengembaraan hidup
Bagai Musafir yang bersinggah di bawah pohon dan pergi kembali
Ku utarakan semua keluh-kesah ungkapkan semua kisah
Pada-Nya, Sang Penjaga dan Pemilik malam
Hitam dan putih jalan ini, penuh onak duri
bahwa pengembaraan penuh cobaan
perjuangan pun masih panjang
bisik godaan senantiasa menyeringai
Aku mencoba berdiri..
Dari kusamnya debu yang melekat
Dari kelamnya hati yang pekat
enyahkan semua noktah hitam,
sembari mencari cahaya di lembaran sejarah
yang terukir abadi dengan tinta nurani
Tilasi jejak kaki yang terhempas,
deru kuda di gurun panas
mengharap aroma syurgawi
Kutemukan mozaik-mozaik kehidupan
di balik wajah-wajah semesta keikhlasan
walau tak serupawan,
harta pun tak berkecukupan
setiap langkah dan gerak
dibalik jalabiyah dan sorban putih
tebarkan cahaya, wariskan kehidupan...
tutur kata melaman sejuknya hati
Jejakku terhenti,
saat kusadari bahwa dunia kini kian renta
ditinggalkan matahari di ujung senja
yang siap menyapa malamnya dunia
dijejak langkah yang larut
dibalik gemerlap fana
kecintaan fatamorgana melebihi cinta pada Rabb-Nya
Saat kusadari,
Dapatkah langkah turut menyerta
mampukah kesyahidan menyapa
hati yang masih kusam oleh nafsu
menuju ridho yang satu satu,
'Isyh 'azizan aw mut syahidan..."
Ya Rabb, tunjukkanlah jalan itu....
~El-Ahmady~
Khartoum-Sudan
14/02/1433 H
This entry was posted
on Senin, 16 Januari 2012
at 02.08
and is filed under
Refleksi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.