Siang menerik membakar pusaran kepala
Sedetik, lalu hujan.
Garis-garis turun menancapi tanah,
Memukul lantak butir benih,
Memendamnya ke basah tanah merah,
Melarutkan penanam ke dalam mimpi terang bulan
Harum daun ladang keemasan
Masih kuraba pelita di kesunyian gempita
Hening sapa langkah kuku-kaki telusuri
Sejenak kata hangatkan gigil sepi
Saat kerinduan mulai meranum di padang gersang
Subur, walau peluh mengering perih
Masih kuraba terjal di liku jalan
Kukatakan pada langit
Pengembaraanku penuh tanya
Mencari napas dan denyut nadi,
Bahkan jasadku entah di mana!
Aku hapus jejakku
Di atas pasir gurun lapang
Permainan berjalan sudah
Aku jadi bidak di papan besar perjalanan
Kotak-kotak waktu harus dilalui
Bingkai dan bangkai peristiwa menanti
Terisi kapan, di mana, bagaimana,
Sementara, detak jarum berlomba dengan nadi
Bismillah...
Izinkan aku melangkah dan menepi
merangkai sejuta impian dan harapan walau peluh terik menghujan
Bismillah...
Izinkan aku mengeja semburat senyum syahdu
di gersang ilalang panjang dengan ayat keteduhan
Ya, Rabb! Ridhoilah langkahku
Muhammad Nur
Khourtoum, Sudan
16.00
10/10/10
This entry was posted
on Senin, 22 November 2010
at 00.39
and is filed under
Puisi,
Refleksi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.