Malam ini tak ada satupun bintang ,
bahkan bulan juga belum mau datang
hanya sekedar tuk duduk bertandang
tuk sekedar menghapus rindu yang berdendang.
Keabadian malam yang begitu kelam,
seakan tenggelam dalam diam.
secerca asa yang terbungkam,
berikan cinta walau hitam.
Ketika candaku adalah air matamu
deru bisu seakan merongrongku
menusuk puing-puing cintaku padamu
meski sayup terdengar langkahmu
tuk pergi tinggalkanku.
Ini aurora nyata yang menyiksa
berasal dari kisah pujangga yang membenci cinta
Cinta yang hidup sebgai fatamorgana
hadir tuk sembunyikan realita yang ada
Disaat lisan tak berkata yang sebenarnya
hati kecil menjerit akan kedustaannya.
akhir dari sebuah cerita
ketika pena manuliskan rasa yang sebenarnya.
This entry was posted
on Minggu, 20 Desember 2009
at 08.45
and is filed under
Puisi,
Sajak
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.