Kembali ingin kutatap rekah mentari
Saat malam berlari tinggalkan jejak aurora
Menyingkap garis merah kehangatan jiwa
Saat itu, aku hanya mampu melangkah dan meraba
Mencoba mencari jejak kaki petualang dakwah
Berjalan dan berlari
Mengitari dedebu terik sahara
Seperti burung aku terbang
Kepakkan sayap
“aku datang dan melihat-Mu!”
Ah, pastilah debu ini sebabnya
Mengabur pandangan, mengusik
Penerbangan penuh duka
Ku coba menukik pada setangkai dahan rapuh
Jauh kumencari oase cinta
Bilamana kumerasa lelah
Menghirup udara peluh yang dahaga
Ku rebahkan sayap sejenak
Kembali ingin kutuliskan segenap jiwa
Saat dzauq qalbuku keras membeku
Menata kembali kata demi kata
Alif …ba… ta…,
luputku mengeja rasa
Saat itu, aku hanya mampu mengutip sisa
Mencoba menggoreskan apa yang terlupa
#
Kembali ingin kusapa ceria
Merangkai serpihan cerita; duka cita
Tentang diri yang haus jiwanya
Kata demi kata yang terungkap akan menjadi sejarah
Saat ingin kupahat kisah
Di sini walau waktu telah berlalu
Apa yang terlewat pastilah berlaku
Saat penyesalan tinggal kenangan
Mendahului pengorbanan yang tak sia-sia
Ku coba melangkah
tuk sekedar merasakan kehangatan kasih-Mu
tuk merapatkan tubuhku dipangkuan-Mu
lagi kumencoba tuk merangkai hati yang keluh
i'timadku sandarkan pada-Mu
moga kokoh qolbu,
Ya Rabb terangilah hatiku...
Mahmoud El-Ahmady
Khartoum, Sudan
27/12/10
This entry was posted
on Sabtu, 19 Februari 2011
at 01.34
and is filed under
Puisi,
Refleksi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.