Pada hari kamis saat kegiatan pramuka sedang berlangsung dipesantren,seorang kakak pembina sedang memberikan session tentang manajement waktu kepada para andika penggalang. Dengan penuh semangat dan percaya diri ia berdiri didepan anak didiknya ,sembari meniup peluit dan memberikan aba-aba membuat setengah lingkaran,setelah itu ia berteriak seraya memberikan salam kepada anggota didiknya"Salam pramuka....salam pramuka....!,baiklah andika-andika session kita minggu ini adalah Quiz",
Kemudian ia mengambil sebuah ember kosong yang sudah dipersiapkannya dari tadi dan meletakkannya diatas tanah tepat didepannya,ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan.Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan kedalamnya.
Ia bertanya kepada peserta ddidknya "Andika , menurut kalian apakah ember ini telah penuh?"
Semua Andika menjawab serentak, "Ya,tentu saja sudah penuh!"
Kakak pembina itu bertanya kembali, "Sengguhkah demikian?"
Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil.Ia menuangkan krikil-kerikil itu kedalam ember lalu mengocok-ngocok ember hingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu besar.
Kemudian sekali lagi ia betanya, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh ?"
Kali ini para andika terdiam. Lalu salah seorang dari mereka menjawab, "Mungkin tidak."
"Bagus sekali! Sahut kakak pembina itu.Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil.
Sekali lagi ia bertanya, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?
"Belum!" sahut para andika kompak.
Sekali lagi ia berkata,"Bagus.Bagus sekali!"
Kemudian kakak pembina tersebut meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya kedalam ember sampai ke bibirnya. Lalu ia menoleh kepada para anggota pramuka dan bertanya kembali, "Tahukah kalian, apa maksud ilustrasi ini?"
Seorang andika dengan semangat mengangkat tangan dan berkata,"Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita,jika kita mau berusaha sekuat tenaga, kita pasti bisa mengerjakannya."
"Memang benar pernyataan andika,"sahut kakak pembina tersebut,
Namun, bukan itu maksudnya,"lanjut sang pembina.
"Kenyataan dari ilustrasi mengajarkan kepada kita bahwa jika kita tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, kita tidak akan bisa memasukkan semuanya,"terang sang kakak pembina lebih lanjut.
Apa yang dimaksud dengan 'batu besar'dalam hidup kita? Anak-anak, pasangan hidup, pendidikan, hal-hal yang penting dalam hidup, mengajarkan sesuatu kepada orang lain, melakukan pekerjaan yang kita cintai, waktu untuk diri sendiri, dan kesehatan kita atau teman kita.
Ingatlah, kali pertama bagi kita adalah memasukkan'batu besar',jika tidak, kita akan kehilangan semuanya. Jika kita mengisinya dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, hidup akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian kita tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya kita perlukan untuk hal-hal yang besar dan penting.
Oleh karena itu, bertanyalah kepada diri sendiri, "Apakah 'batu besar' dalam hidup say?" Setelah kita mendapatkan jawabannya segera kita kerjakan hal tersebut untuk kali pertama.
Tidak mungkin kita mengerjakan semuanya sekaligus. Tidak mengkin juga kita meraih semua yang kita inginkan. Buatlah skala prioritas, tugas mana yang harus kita kerjakan dan selesaikan terlebih dahulu. Mungkin dua atau tiga pekerjaan sekaligus bisa kita selesaikan dalam waktu bersamaan, namun dengan membuat prioritas kita akan lebih mampu mencapai titik optimal.
Terkadang kita tidak sadar dan bahkan termakan oleh waktu yang terlewati, sehingga tak salah pepatah arab mengatakan "Alwaktu kassaifi in lam taqtho'hu qotho'aka" waktu itu bagaikan pedang yang siap memotong kita seandainya kita tak dapat memanagenya.Mempertimbangkan prioritas bisa jadi karena tingkat kepentingan yang lebih tinggi, atau jenis pekerjaan yang lebih mudah terlebih dahulu. Misalnya, untuk pekerjaan yang terkait dengan aktivitas keruhanian bisa dijadikan sebagai aktivitas utama. Demikian juga pekerjaan yang lainnya yang mungkin tingkat kepentingannya lebih kecil bisa dikatagorikan sebagai aktifitas tambahan.
Dengan menyusun skala prioritas, yakinlah bahwa kita dapat melakukan banyak hal dengan hasil yang lebih baik,yang dengannya kita dapat mewujudkan segala angan dan tujuan masing-masing,terlebih menjadi santri yang excellent, dengan management waktu yang excellent pula.
Mudah Mudahan tulisan ini menjadi introveksi bersama , terutama dalam mengambil i'tibar di setiap kejadian yang terlintas di kehidupan kita sehari-hari.Amien.
Kemudian ia mengambil sebuah ember kosong yang sudah dipersiapkannya dari tadi dan meletakkannya diatas tanah tepat didepannya,ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar sekepalan tangan.Ia mengisi terus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan kedalamnya.
Ia bertanya kepada peserta ddidknya "Andika , menurut kalian apakah ember ini telah penuh?"
Semua Andika menjawab serentak, "Ya,tentu saja sudah penuh!"
Kakak pembina itu bertanya kembali, "Sengguhkah demikian?"
Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil.Ia menuangkan krikil-kerikil itu kedalam ember lalu mengocok-ngocok ember hingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu besar.
Kemudian sekali lagi ia betanya, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh ?"
Kali ini para andika terdiam. Lalu salah seorang dari mereka menjawab, "Mungkin tidak."
"Bagus sekali! Sahut kakak pembina itu.Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil.
Sekali lagi ia bertanya, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?
"Belum!" sahut para andika kompak.
Sekali lagi ia berkata,"Bagus.Bagus sekali!"
Kemudian kakak pembina tersebut meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya kedalam ember sampai ke bibirnya. Lalu ia menoleh kepada para anggota pramuka dan bertanya kembali, "Tahukah kalian, apa maksud ilustrasi ini?"
Seorang andika dengan semangat mengangkat tangan dan berkata,"Maksudnya adalah, tak peduli seberapa padat jadwal kita,jika kita mau berusaha sekuat tenaga, kita pasti bisa mengerjakannya."
"Memang benar pernyataan andika,"sahut kakak pembina tersebut,
Namun, bukan itu maksudnya,"lanjut sang pembina.
"Kenyataan dari ilustrasi mengajarkan kepada kita bahwa jika kita tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu, kita tidak akan bisa memasukkan semuanya,"terang sang kakak pembina lebih lanjut.
Apa yang dimaksud dengan 'batu besar'dalam hidup kita? Anak-anak, pasangan hidup, pendidikan, hal-hal yang penting dalam hidup, mengajarkan sesuatu kepada orang lain, melakukan pekerjaan yang kita cintai, waktu untuk diri sendiri, dan kesehatan kita atau teman kita.
Ingatlah, kali pertama bagi kita adalah memasukkan'batu besar',jika tidak, kita akan kehilangan semuanya. Jika kita mengisinya dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, hidup akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian kita tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya kita perlukan untuk hal-hal yang besar dan penting.
Oleh karena itu, bertanyalah kepada diri sendiri, "Apakah 'batu besar' dalam hidup say?" Setelah kita mendapatkan jawabannya segera kita kerjakan hal tersebut untuk kali pertama.
Tidak mungkin kita mengerjakan semuanya sekaligus. Tidak mengkin juga kita meraih semua yang kita inginkan. Buatlah skala prioritas, tugas mana yang harus kita kerjakan dan selesaikan terlebih dahulu. Mungkin dua atau tiga pekerjaan sekaligus bisa kita selesaikan dalam waktu bersamaan, namun dengan membuat prioritas kita akan lebih mampu mencapai titik optimal.
Terkadang kita tidak sadar dan bahkan termakan oleh waktu yang terlewati, sehingga tak salah pepatah arab mengatakan "Alwaktu kassaifi in lam taqtho'hu qotho'aka" waktu itu bagaikan pedang yang siap memotong kita seandainya kita tak dapat memanagenya.Mempertimbangkan prioritas bisa jadi karena tingkat kepentingan yang lebih tinggi, atau jenis pekerjaan yang lebih mudah terlebih dahulu. Misalnya, untuk pekerjaan yang terkait dengan aktivitas keruhanian bisa dijadikan sebagai aktivitas utama. Demikian juga pekerjaan yang lainnya yang mungkin tingkat kepentingannya lebih kecil bisa dikatagorikan sebagai aktifitas tambahan.
Dengan menyusun skala prioritas, yakinlah bahwa kita dapat melakukan banyak hal dengan hasil yang lebih baik,yang dengannya kita dapat mewujudkan segala angan dan tujuan masing-masing,terlebih menjadi santri yang excellent, dengan management waktu yang excellent pula.
Mudah Mudahan tulisan ini menjadi introveksi bersama , terutama dalam mengambil i'tibar di setiap kejadian yang terlintas di kehidupan kita sehari-hari.Amien.
This entry was posted
on Kamis, 12 November 2009
at 01.16
and is filed under
Motivasi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.