Iqra’!, Bacalah…
Suara itu menghentak keheningan
Angin menderu, membentur bebatuan beku
Untuk pertama kalinya ia bergumam
pekik ketakutan menghujam
Diam
Bungkam
Sunyi
Hanya desau angin yang menemani
Iqra!, Bacalah…
Kembali ia mengeja malam
Cinta? itukah harapnya?
I’tikaf hening batu sunyi di Goa Hira
Cahaya memintal jaring laba-laba
Suara itu kembali, pekak...
Galau jiwanya pada dinding-dinding
Semakin tenggelam diterkam hening
Siapakah gerangan?
Bingung..
Dalam kemurnian jiwanya ia papah
Tak tahu harus berbuat, maupun berkata
Buta?
Ah, bukankah ia utusan-Nya?
Mengapa harus bertanya?
Iqra’! Bacalah…!
Dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan
Manusia, dari segumpal darah
Lantas? mengapa sekarang kau dustakan?
Bangga dengan keegoisan
Iqra’! Bacalah…!
Dan Rabbmu lah yang Maha Mulia
Mengajari manusia dengan pena, dan tidak diketahuinya
Lantas? Mengapa sekarang kau nistakan?
Berkubang dilembah kejahiliahan
Ingatkah...
Malam itu semesta berdzikir
Sejarah terukir
Daripadanya risalah dibawa
Daripadanya wahyu terjaga
Tubuh gigil pun meringkuk
di keheningan hiruk pikuk,
Jiwanya
Sang lelaki semesta
Ingatkah kau senandung iqra'
dimalamnya hira' bersamanya?
This entry was posted
on Kamis, 05 Agustus 2010
at 07.48
and is filed under
Puisi,
Refleksi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.