HELVY TIANA ROSA DAN PERADABAN DUNIA
By: MUHAMMAD NUR
Helvi Tiana Rosa (HTR) adalah wanita dengan sejuta inspirasi dalam dunia kepenulisan yang sudah sangat populer di ranah kepenulisan Indonesia. Betapa kontribusi yang telah ia berikan dalam mencetak generasi penulis di seantero tanah air tidak lagi di ragukan. Itu terbukti dengan banyaknya penghargaan yang di nobatkan kepadanya, baik di kancah nasional maupun international. Dan terakhir, menurut survey Metro TV 2009, ia merupakan salah satu dari 10 Perempuan Penulis paling terkenal dan merupakan satu dari 15 Tokoh Muslim Indonesia yang terpilih sebagai 500 Muslim Paling Berpengaruh di dunia (Hasil penelitianThe Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan, bekerjasama dengan Georgetown University,2009). Maha Karyanya di dunia kepenulisan tidak hanya diminati di negeri sendiri, namun juga sudah mengembangkan sayap hingga di terjemahkan ke dalam berbagai macam bahasa di antaranya, Inggris, Arab, Jepang, Swedia, Jerman dan Prancis.
Mbak Helvy, begitu ia sering di sapa. Wanita kelahiran Medan, 2 April 1970 ini merupakan pendiri dan Ketua Umum Forum Lingkar Pena/FLP (1997/2005). Berangkat dari forum kepenulisan inilah pamornya di kancah sastra semakin bertambah dan merambah ke berbagai pelosok bumi pertiwi juga di berbagai mancanegara. Maka tak salah karena kegiatannya ini, Koran Tempo menyebutnya sebagai Lokomotif Penulis Muda Indonesia (2003). Bersama teman-temannya di FLP, ia mendirikan dan mengola Rumah baCA dan HAsilkan karYa (Rumah Cahaya) yang tersebar di berbagai kota di indonesia. Ia juga merupakan mantan Redaktur dan Pemimpin Redaksi Majalah Annida (1991-2001) serta mendirikan Teater Bening, sebuah teater kampus di FSUI yang seluruh anggotanya adalah perempuan dan masih banyak lagi prestasi yang diraihnya dalam memberikan sumbangan terbaik untuk tanah air yang patut di teladani oleh para generasi muda saat ini. Istri Tomi Satryatomo serta Ibu Abdurrahman Faiz dan Nadya Paramitha ini termasuk anggota Mejelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) dan kini di percayai sebagai Wakil Ketua Persatuan Sastrawan Muslim Sedunia (The International Legue of Islamic Literature) yang di ketuai oleh Kang Abik (Habiburrahman El-Shirazy) untuk Wilayah Indonesia yang di resmikan ketika mengikuti Seminar B. Arab International yang di adakan di Univesitas Sumatera Utara (12-14, Oktober 2009). Dengan berbagai macam kegiatan sosial, yang terbangun berdasarkan keterpanggilan hati ini, akhirnya ia sering mengikuti berbagai pelatihan kepenulisan juga motivasi dalam menulis yang bertujuan agar mengkaderisasikan para generasi yang mampu mengubah peradaban bangsa dengan berdakwah dengan tulisan (Dakwah bil Qolam).
Menceritakan kembali berbagi kesuksesan dan pribadi sesosok HTR tentu tidak ada habisnya. Sebab suatu kesuksesan yang telah di raih untuk saat ini, bukanlah kecukupan yang menjadi kesenjangan yang lantas melenakan diri bagi diri Mbak Helvy untuk tidak berkarya. Dan ini terus memacu diri saya agar terus mengikuti perkembangan perjalanan maha karyanya di seantero nusantara. Walapun tidak sepenuhnya mengikuti, namun kiranya dapat menguak sisi ketakjuban dan kekaguman saya secara spesifik agar dapat tertular dengan virus menulisnya tersebut. Semoga dapat mengubah paradigama saya dalam memahami dunia kepenulisan agar tidak terjerumus dalam materi semata dan mampu berdakwah lewat tulisan.
HTR, Sang Penebar Virus Menulis
Mengikuti perjalanan kepenulisan HTR yang kini telah membumi di jagat tanah air, ingin rasanya saya merefleksikan apa yang saya rasakan setiap kali membaca dan menikmati lantunan kata yang teramu indah di setiap goresannya. Kisah-kisah yang tersuguhkan mampu memberikan embun kesejukkan dalam memaknai indahnya hidup. Semua kisahnya seakan nyata adanya, walaupun tetap saja merupakan fiksi belaka. Pembaca seakan di ajak untuk menelusuri alam ciptaan-Nya dan menyelami dalamnya hikmah di tengah getirnya hidup. Begitulah HTR dengan maha karyanya. Tak jarang tema yang di ambil kerap berdasarkan realita yang ada di masyarakat. Sehingga mampu menghipnotis siapa saja yang singgah untuk menilik buah karyanya yang apik dan menarik.
Sejauh ini saya hanya mampu mengikuti perkembangan lewat buah karyanya saja, baik elektronik maupun media buku yang telah memotivasi saya agar senantiasa menulis dan terus menulis. Karya-karya fenomenal HTR membangkitkan spirit yang kerap membantu saya menelurkan buah tangan berupa karya tulisan yang mungkin belumlah seberapa di bandingkan dirinya. Namun cukup membuat saya terpacu untuk terus berkarya.
Awal mula perkenalan saya dengan sesosok HTR adalah lewat kumpulan cerpennya yang berjudul "Lelaki Semesta" (LPPH, 2005)dkk. Secara tidak langsung saya di suguhkan kepada kumpulan kisah para pejuang-pejuang tangguh dalam menegakkan din Islam yang penuh dengan problematika hidup. Setiap kata yang di balut dengan nilai instrinsik dakwah mampu mengaktualisasikan fakta yang ketika itu lagi menggenjala di tanah air Indonesia. Ya, betapa ia mampu untuk memberikan opini kepada pemerintah ketika menanggapi isu adanya kegiatan terorisme yang lagi berkembang dan lantas menyudutkan berbagai ormas keislaman. Betapa ia mampu mengemasnya dalam cerpennya yang berjudul "Lelaki Semesta", Sesosok Lelaki yang kasihnya mampu menarik hati masyarakat kampung sehingga begitu mencintainya. Namun, karena salah persepsi adanya wacana terosisme yang lagi berkembang, lantas terimbas fitnah dan mengalami berbagai macam cobaan yang datang. Sungguh kisah ini telah menghipnotis saya untuk menelusuri kisah-kisah lainnya yang lantas mengenalkan saya kepada forum kepenulisan yang ia garap, Forum Lingkar Pena (FLP) yang kini telah tersebar di berbagai daerah baik di tanah air maupun manca negara.
Dan Alhamdulillah, ketika saya mengikuti perjalanan demi perjalanan grub kepenulisannya yang kian berkembang. Banyak saya dapati hikmah dan spirit yang begitu besarnya dari para anggota untuk menelurkan serta mencetak kader-kader penulis muda yang berkarya dan berbakat agar kiranya dapat menyalurkan potensinya dalam bentuk tulisan. Berbagai macam prestasi yang di raih oleh HTR serta anggota-anggota kepenulisannya membuat saya kagum. Berangkat dari kekaguman inilah akhirnya saya memutuskan agar konsisten mengembangkan kegiatan menulis saya yang dulu hanya sekedar hobi semata, namun kini kembali tersirami embun motivasi untuk menjadi "The Famous Writer of The World". Ya, cita-cita ini kerap berbisik di relung suara hati yang begitu besarnya dan terus menggebu diri meraih impian saya itu menjadi kenyataan. Rasa ingin memberikan manfaat luas kepada orang banyak lewat tulisan, serta dapat di ambil pelajaran dari setiap kisahnya itulah yang sering memacu saya mengikuti perkembangan kepenulisan di mana dan kapan saja. Baik melalui media elektronik maupun buku. Menjadi seorang penulis yang karyanya di ingat dan di kenang oleh banyak orang walaupun raga tak lagi di kandung badan, seperti halnya para ulama dan pejuang bangsa yang rela menebarkan spirit ideology. Itulah yang kerap mendasari diri untuk belajar dari apa saja yang menjadi bahan otak dan jiwa dalam bersosialisasi. Mengungkap segala realita lewat pena peradaban.
Kekaguman akan prestasi HTR yang terus memotivasi, menebarkan bibit-bibit virus menulis yang lantas bercabang dan mengokohkan keinginan saya agar dapat bertemu dengannya suatu hari nanti. Dan alhamdulilah, impian saya itu akhirnya terkabulkan. Saya di pertemukan dengan beliau saat mengikuti Seminar Bahasa Arab International (Arabic Language On Perpective Of Social And Culture ,12-14 Oktober 2009) yang di adakan di Unversitas Sumatera Utara. Walaupun hanya sekedar berpose bersama, namun cukup membuat hati gembira karena telah bertemu dengan HTR juga Kang Abik yang menghadiri acara tersebut. Duel penulis yang konon menginspirasi banyak umat. Maka tidak salah kiranya kalau saja saya berkeinginan seperti mereka dalam rangka mengispirasi umat lewat pena dakwah. Tidak pun dengan perkataan, namun dapat tertorehkan dalam bentuk tulisan. Karena tidak semuanya orang mampu untuk mengungkapkan emosi dan dakwah lewat ucapan dan kata, namun mampu menuliskannya secara detail dan spesifik dengan pena. Semoga impian saya ini dapat terkabulkan suatu hari nanti.
HTR, Membangun Peradaban Dengan Tulisan.
Indonesia banyak memiliki potensi SDM yang jikalau di kembangkan mampu bersaing dengan negera-negara maju lainnya. Itu terbukti dengan berbagai prestasi para pelajar yang sebagian adanya mampu mengalahkan Negara-negara lainnya, baik itu dalam ajang Olimpiade Nasional maupun International. Namun kerap kali dengan segudang prestasi ini, tidak di jadikan momen untuk berbenah dari segala keterpurukan yang melanda. Justru potensi ini sering di abaikan dengan berbagai alasan yang di jadikan kambing hitam dari segala permasalahan. Bahkan lebih dari itu, para pelajar yang kerap mendapat segudang prestasi enggan kembali ke negeri sendiri akibat kurangnya perhatian negeri sendiri mengenai hal itu.
Ingatkah kita dengan sebuah buku berbahasa Jerman dengan judul Der Judenstaat karya Theodore Hertzl. Konon buku inilah yang menjadi inspirasi jutaan orang Yahudi di dunia untuk menegakkan sebuah negara rasis; Yahudi Raya, atau kita kenal sekarang ini dengan Israel. Atau dengan buku Das Kapitalnya Karl Marx yang telah mengubah paradigma dalam memandang agama dengan materialistik. Dan masih banyak lagi para penulis yang spektakuler; positif ataupun negatif. Goresan pena mereka, atau ketikan mereka mampu membangkitkan emosi masyarakat dan melahirkan sebuah pergolakan sosial dan politik. Begitu besarnya kesaktian para penulis, sehingga mampu menggelorakan jiwa manusia sehingga mampu menciptakan suatu hal yang luar biasa bahkan di luar jangkauan sebelumnya.
Sama halnya dengan HTR dkk yang telah mengkaderisasikan para penulis, khususnya di Indonesia lewat Forum Lingkar Penanya (FLP). Berawal dari forum inilah akhirnya banyak bermunculan penulis-penulis muda berprestasi indonesia yang kian menjamur dan mendominasi ragam budaya dan kesastraan, yang mampu memberikan kontribusi banyak kepada Indonesia sebagai Negara yang memiliki potensi SDM yang patut di perhitungkan. Seperti Habiburrahman El-Shirazy dengan AAC dan KCB-nya yang telah merambah kancah Nasional bahkan Internasional, Asma Nadia dengan "Emak Ingin Naik Hajinya", Gol A Gong dengan Balada Si Roy, Afifah Afra dengan "De Wints"nya, dan masih banyak lagi para penulis muda yang mumpuni yang telah terlahir dari forum kepenulisan rintisan HTR yang telah mendunia bahkan telah mendapat berbagai macam penghargaan baik nasional dan internasional ini.
Harapan membangun peradaban dengan tulisan kiranya dapat terwujudkan dari buah tangan HTR yang mendunia. Baik itu melalaui Forum kepenulisan yang telah dirintis, juga berbagai kegiatan yang ia tekuni. HTR di harapkan mampu memberikan peluang-peluang baru dengan karya-karya unggulannya yang tersebar di mana-mana. Buku-buku dengan sampul yang dibubuhi nama Helvy Tiana Rosa telah didistribusikan secara luas. Buku-buku itu laris manis di pasaran dan mendulang banyak manfaat. Semua orang bisa mendapatkan, membaca dan mencerna isinya. Otomatis jalan untuk membangun peradaban dunia dengan tulisan telah di depan mata. Kiranya Karya-karya yang telah ia tuliskan dapat memberikan kontribusi untuk masyarakat luas terlebih bagi negara sendiri yang kini lagi gencar-gencarnya di hadang problematika politik dan kekuasaan.
Karya-karya HTR yang lebih mendominasi dan sering bertemakan realita hangat. Kiranya mampu memberikan pandangan dan paradigma baru bagi masyarakat luas, yang kini terjangkiti oleh media yang serba mengumbar hedonisme dan paradigma kekuasaan berpolitik. Sehingga tidak hanya masyarakat tengah dan bawah yang sering merasakan imbas dari perbuatan para pekerja politik itu, namun juga mereka para penguasa yang seharusnya lebih merasakan itu. Agar mereka tidak hanya pandai beretorika namun juga harus pandai mempertanggung jawabkan apa yang menjadi janji dan harapan orang banyak. Harapan mengkisahkan perjuangan yang berazaskan nasionalisme hendaklah lebih di galakkan untuk saat ini yang lagi di landa krisis kepemimpinan. Agar banyak dari kita menyadari pentingnya jiwa self belonging, sikap saling memiliki dan menghargai serta menyantuni kalangan bawah dapat segera terwujudkan.
Pastinya hal ini akan terwujud tatkala karya-karya HTR dapat di nikmati oleh masyrakat luas. Dan tidak untuk kalangan menengah dan atas saja. Mungkin saja banyak orang yang ingin sekali menikmati maha karya HTR tersebut, khususnya kalangan bawah. Namun di karenakan minimnya ekonomi dan meningkatnya harga penjualan buku-buku untuk sekarang ini, kerap mengkerdilkan niatan para rakyat jelata untuk sekedar mampir terlebih lagi membeli buku-buku tersebut. Nah melalui media ini, besar harapan agar kiranya sering di adakannya program buku gratis untuk mereka yang kehidupannya masih di bawah standar kesejahteraan agar menikmati karya-karya HTR yang mampu menghipnotis para pembacanya dengan motivasi dan kisah inspiratif lainnya. Dan tidak mustahil mereka yang merasakan nikmatnya karya-karya HTR tersebut dapat meraih predikat penulis terkenal suatu hari nanti. Sehingga dapat di kenang dan abadi di dalam hati mereka dalam merajut impian yang kini tertunda.
Berawal dari bacaan dan tulisan inilah akhirnya saya berharap, HTR dapat membangun peradaban dunia, khususnya Indonesia. Memasuki Era Globalisasi dengan memunculkan minat baca dan tulis kepada para pembaca dan penggemar maha karyanya yang mendunia. Yang tidak menutup kemungkinan bangsa ini akan menjadi bangsa yang maju dan dapat menutupi kekurangan yang kini lagi menggenjala. Karya-karya HTR yang berbobot pasti mampu untuk mengubah peradaban dunia, khususnya dengan membangkitkan nilai-nilai sosialisme dan budaya Indonesia. InsyaAllah pasti berjaya.
Mohon saran serta doanya.
This entry was posted
on Sabtu, 17 April 2010
at 02.22
and is filed under
ESAI
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.