Betapa jauh jalan harus kutempuh
membuatku letih
lalu cuaca semakin sukar kuterka
menghadang langkah
aku ingin singgah saja
berteduh pada salah satu rumah yang kulintasi
riak cemas wajahmu
tergambar jelas pada langit buram
memberiku kekuatan
badai harus kuterjang
sebelum semuanya direnggut malam
jalanan panjang melurus niatanku
dengan sedihmu yang ditinggal rembulan hati
tak sanggup ku bayangkan rancu perasaanmu
kala cahaya hidup pergi dan takkan kembali
berharap,
ku mampu memberikan embun doa
dilorong hatimu yang kian padam
di tinggalkan matahari yang tenggelam
ditelan senja..
berharap,
ku mampu menyatukan serpihan sedih
di retak wajahmu yang sembab memilu tangis
di atas nisan matahari dan bulanmu yang membisu
adikku,
tabahkan hatimu,
doakan mereka semoga diterima disisi-Nya
aku hanya dapat mengukir kisah
dibalik samudera hikmah
untuk dirimu dan diriku..
Muhammad Nur
28/04/10
*Pengukir Hikmah dalam setiap kisah*
Malam tadi adalah malam penuh hikmah bagiku. Bagaimana tidak. sore itu terdengar olehku kabar meninggalnya ke-dua orang tua salah seorang santri di pesantren yang kini duduk dikelas 5. Sebelumnya, ibunya yang kritis lantas meninggal ditempat akibat kecelakaan di labuhan batu. Menyusul dua hari selanjutnya, ayahnya ikut menyusul ibunya dalam kejadian yang sama setelah dirawat 2 hari di rumah sakit tanpa sadarkan diri. Sembari dengan itu. Aku diajak bersama rombongan guru mewakili pondok untuk mentakjiahi ahl musibah di sana. Dalam perjalanan tak elak ku berpikir dan merasakan bagaimanakah perasaan adikku itu bersama ketiga saudara-saudarinya. Ditinggalkan kedua orang tua sekaligus. Sudah pasti perasaan kalut, sedih, menjamah hati mereka.
Kini hal itu ku kembalikan kepada diri, sembari sadarkan diri akan musibah yang mereka alami. Apa jadinya kalau hal tersebut datang menghampiriku? Apakah ku mampu menahan perasaan sedih dan kalut?. Mengingat jasa tanpa pamrih kedua orang tua yang telah mendidik dan mengajariku arti hidup.
Lantas, ku teringat dengan perjalanan ku kemarin hari. Ketika aku kehilangan helm dan berusaha menepis kesedihan yang sempat menghampiri. Dan malam tadi, hikmah itu seakan menjamah hati dan pikiranku dengan kejadian yang hampir serupa. "KEHILANGAN". Ya, kehilangan kedua orang tua. Allah telah membuka cakrawala berpikirku dengan wafatnya kedua orang tua adikku ini. Allah seakan membimbingku dengan perjalanan malam tadi. Mengeja hikmah dibalik musibah yang telah dialami oleh adikku itu.
Dalam perjalanan yang jauh, Medan-Labuhan batu. 6 jam lamanya perjalanan yang membuatku bertanya tanya sembari mengaitkan-ngaitkan fenomena yang telah terjadi 2 hari ini. Antara kehilangan helm dan kehilangan kedua orang tua. Betapa jauh perbedaan itu, namun pada hakikatnya sama, yakni "Kehilangan". Mengapa aku harus sedih dengan kehilangan helm, toh kini aku melihat adikku kehilangan kedua orang tua sekaligus.
Mungkin dengan inilah, mata hatipun terbuka. Bahwa kehilangan tidak selamanya harus menjadikan ku lemah. Justru dengan itu ku menjadi bersyukur, karena Allah masih mengingatkanku dengan teguran-Nya itu. Bahwa ada hikmah dibalik musibah dan kejadian yang menimpa. Dan pertanyaan hanya satu. Bagaimana kita mengambil hikmah dan pelajaran dibalik itu?.
Alhamdulillah Ya Allah, Kau telah membuka cakrawala berpikirku
Alhamdulillah Ya Allah, Kau telah menerangi hatiku dengan hikmah-Mu.
Kepada ikhwan/at pembaca. Mohon doa sembari menitipkan cahaya penerang bagi kedua orang tua teruntuk kepda Ahli musibah. Agar kiranya mampu memikul beban berat ini. Semoga di ringankan dari segala cobaan.
Ku dedikasikan kepada adikku tercinta di laman kesedihan. Semoga doa senantiasa bertabur dan tersembahkan kepada keduanya yang kini pergi meninggalkanmu dalam ranah perjuangan. Amin Ya Rabb...
This entry was posted
on Rabu, 28 April 2010
at 05.16
and is filed under
Kisah-Q,
Puisi,
Refleksi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.