Dalam derap langkah ku rajut segenap asa
melaman diri dari impian membuncah
adakah cahaya itu membawaku terbang ke angkasa
tuk sekedar memetik indahnya bintang
mengobati hatiku yang terundung resah
Dalam derap langkah ku ukir wajah ria
melewati masa demi masa
merampung kembali memori terlupa
di atas kertas putih
ingatkan indahnya kisah
lengkap sudah kebersamaan
tatkala hujan membasuh badan
engkau menangis...
engkau gundah...
dan engkau tertawa...
di atas panggung gembira
melumat sejenak kegalauan jiwa
ingatkah engkau kisah itu wahai sahabat?
kala kau membahu satu demi satu
hilangkan penat, berdendang, dan berjabat
dengan dekapan menyatu
aku disini hanya dapat meramu sisa
serpihan kisah yang hampir bersua
lintasan lamun yang melupa
elok wajahmu yang dulu menyapa
Dalam derap langkah ku kembali ingatkan itu
rengkuhan hikmah dibalik hujan yang membasuh
awal mula kau berkeluh kesuh
awal mula hati menyatu
di bawah guntur bergemuruh
sungguh ku nikmati masa itu
yang kini hanya tinggal memory membatu
akankah kau ingat itu wahai sahabatku?
tapi, sudahlah...
yang berlalu biarlah berlalu
mungkin kau sudah di sibukkan warna kehidupan
nun jauh disana merasakan pulau idaman
bersama mereka meniti tujuan
raih cita, menggapai impian
tapi, cobalah...
untuk sekedar mengingat
memori indah itu, obati penat
aku di sini hanya dapat meralat
kepingan senyum yang telah terlewat
bersamamu wahai sahabat
Doakan diri mogakan semangat
tegakkan ibu walau tersekat
dengan impian,
Insya Allah tersampaikan
Muhammad Nur
Pengembara Jati Diri
02/04/10
This entry was posted
on Jumat, 02 April 2010
at 09.46
and is filed under
Kisah-Q,
Puisi,
Refleksi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.