.
Dua hari yang lalu, rampung sudah saya menuliskan sebuah essai tentang Helvy Tiana Rosa yang berjudul "Helvy Tiana Rosa dan Peradaban Dunia". Sosok penulis yang saya kagumi akan kekonsistenan dan dedikasinya kepada umat, khususnya dalam berdakwah dengan pena. Saya ingin mengekplorasikan kekaguman saya ini dengan menuliskan apa yang saya ketahui selama ini dari sesosok HTR yang konon telah menginspirasi banyak orang lewat kisah-kisahnya yang berbalut nilai intrinsik dakwah yang menggugah. Namun, bukan maksud ingin terlalu memuja yang berlebihan. Tapi, itulah saya dengan segala kekurangan dan batasan yang untuk sekarang ini hanya mampu berdecak kagum dengan karya-karya penulis yang telah berhasil mengubah paradigma banyak orang. Begitu besarnya rasa iri saya kepada mereka, sampai bilamana saya sesekali menyisipkan karya-karya dan ucapan mereka di tulisan saya. Namun, tetap jua dengan bahasa dan pemahaman saya sendiri tanpa maksud adanya unsur plagiatisasi. Berharap dengan itu saya dapat tertular rasa dan pemahaman mereka serta semangat menulis mereka dalam menghasilkan karya.
.
Dan akhirnya saya di ajak untuk berpusat kepada nilai yang terkandung dalam kebermaknaannya pak Hernowo dalam bukunya "Mengikat Makna Update ini". Saya di pertemukan dengan penjelasan "Makna" yang telah berevolusi dalam pengartian pak hernowo selama ini. Ia memberikan alasan dan tahap awal jumpanya dengan "Kebermaknaan" di dalam upaya pencariannya selama 40 tahun lamanya. Bermula dari 3 tahap yang cukup lama di jalani :
1. Ia mendapati istilah "mengikat makna" dari ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a yang mengatakan " Ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Dengan mendapatkan ilmu adalah sebuah kebahagiaan(kebermaknaan) yang tiada tara.
2. Menaiki tahap ke dua, yakni mendefenisikan makna dari Syed Naquib Al-Attas. Namun itu juga di rasa masih kabur dan belum jelas. Syed Naquib mengatakan," Makna adalah pengenalan tempat-tempat segala sesuatu di dalam sistem. Pengenalan yang terjadi jika relasi sesuatu dengan yang lain dalam sistem tersebut menjadi terjelaskan dan terpahamkan. Relasi yang harus menguraikan suatu keteraturan tertentu".
3. Dan disinilah akhirnya Pak Hernowo, dapat memahami "Makna" secara mendalam, yakni setelah membaca buku Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning. yang mengaitkan kegiatan membaca dan menulis dan di padukan dalam teori yang ia beri nama "mengikat makna".
Dari ketiga tahap ini ia merefleksikan "Kebermaknaan" yang ketika itu menjadi pertanyaan besar baginya. Namun untuk menjalankan kegiatan membaca dan menulis seperti yang ia maksudkan ada dua cara yang patut di tempuh, yang pertama: Dengan meraih makna lewat proses, yaitu ketika seseorang itu sedang menjalankan kegaitan membaca dan menulis. Kedua: Ketika seseorang itu telah selesai menjalankan kegiatan membaca dan menulis dan mendapatkan sebuah hasil.
Itulah sekilas Kebermaknaan yang dapat saya tangkap dari hasil adventure yang di jalani olehPak Hernowo dalam meraih "Nilai Makna".
Namun sekali lagi, saya ingin menggabungkan persepsinya itu dengan pemahaman yang juga berasal dari diri sendiri. Yakni ketika saya menggabungkan bacaan "Mengikat Makna" saya dengan membaca karya-karya HTR dan karya fiksinya yang kental dengan nilai dakwah. Seakan saya terbawa ke alam realita yang lantas meyuguhkan nilai yang lebih besar dalam meraih kebermaknaan hidup dan bukan sekedar karya saja. Yaitu ketika seseorang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dengan karya-karyanya yang dapat di terima oleh hal layak pada umumnya. Dan itu dapat menjadi inspirasi yang lantas menumbuhkan persepsi baru dalam berbuat.
Kebermaknaan yang saya tangkap dari karya Duel penulis ini (HTR dan Hernowo) membawa saya kepada sebuah pertanyaan yang mengkerucut yang lantas menghardik saya untuk segera menemukan jawabannya. Pertanyaan itu adalah "Mampukah saya meraih kebermaknaan yang mampu mengubah peradaban dunia dengan tulisan dan karya saya?". Pertanyaan besar ini hingga kini masih menyelimuti alam bawah sadar saya. Antara percaya atau tidak, pastinya saya berharap akan menggapainya suatu hari nanti.
Membangun Peradaban dengan Tuisan
Kiranya pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan bagi teman-teman yang sedang menggeluti dunia kepenulisan dan sebagainya. Pertanyaan yang kiranya mampu mendobrak bathin dan kesadaran bersosial dalam menjalankan titahNya di muka bumi ini sebagai Khalifah. Harapan saya teman-teman dapat memberikan pandangan kepada saya meraih dan menjawab pertanyaan saya tersebut. Agar suatu hari saya dapat menyimpulkan apa yang saya dapatkan selama pembelajaran saya memaknai "Kebermaknaan Hidup" yang memberdaya.
Akhir kata, semoga apa yang saya tuliskan ini menjadi suara hati saya kepada teman-teman untuk mencapai cita-cita tinggi saya ini. Saya memimpikan suatu hari nanti kita, khususnya bangsa indonesia dapat bangkit dari segala keterpurukan negeri kita sekarang ini. Yang mulai mengalami krisis dedikasi dan jiwa Nasionalisme dalam berbuat. Seperti apa yang telah di lakukan para pejuang pena dakwah kita selama ini. yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga apa yang mereka usahakan dalam membangun Peradaban lewat pena mujahadah dapat terkabulkan suatu hari nanti. Amien....
Wallahu A'alam Bishowab.
Syukron, untuk waktunya. Wassalamualaikum. Wr.Wb
Dua hari yang lalu, rampung sudah saya menuliskan sebuah essai tentang Helvy Tiana Rosa yang berjudul "Helvy Tiana Rosa dan Peradaban Dunia". Sosok penulis yang saya kagumi akan kekonsistenan dan dedikasinya kepada umat, khususnya dalam berdakwah dengan pena. Saya ingin mengekplorasikan kekaguman saya ini dengan menuliskan apa yang saya ketahui selama ini dari sesosok HTR yang konon telah menginspirasi banyak orang lewat kisah-kisahnya yang berbalut nilai intrinsik dakwah yang menggugah. Namun, bukan maksud ingin terlalu memuja yang berlebihan. Tapi, itulah saya dengan segala kekurangan dan batasan yang untuk sekarang ini hanya mampu berdecak kagum dengan karya-karya penulis yang telah berhasil mengubah paradigma banyak orang. Begitu besarnya rasa iri saya kepada mereka, sampai bilamana saya sesekali menyisipkan karya-karya dan ucapan mereka di tulisan saya. Namun, tetap jua dengan bahasa dan pemahaman saya sendiri tanpa maksud adanya unsur plagiatisasi. Berharap dengan itu saya dapat tertular rasa dan pemahaman mereka serta semangat menulis mereka dalam menghasilkan karya.
.
Dan akhirnya saya di ajak untuk berpusat kepada nilai yang terkandung dalam kebermaknaannya pak Hernowo dalam bukunya "Mengikat Makna Update ini". Saya di pertemukan dengan penjelasan "Makna" yang telah berevolusi dalam pengartian pak hernowo selama ini. Ia memberikan alasan dan tahap awal jumpanya dengan "Kebermaknaan" di dalam upaya pencariannya selama 40 tahun lamanya. Bermula dari 3 tahap yang cukup lama di jalani :
1. Ia mendapati istilah "mengikat makna" dari ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a yang mengatakan " Ikatlah ilmu dengan menuliskannya". Dengan mendapatkan ilmu adalah sebuah kebahagiaan(kebermaknaan) yang tiada tara.
2. Menaiki tahap ke dua, yakni mendefenisikan makna dari Syed Naquib Al-Attas. Namun itu juga di rasa masih kabur dan belum jelas. Syed Naquib mengatakan," Makna adalah pengenalan tempat-tempat segala sesuatu di dalam sistem. Pengenalan yang terjadi jika relasi sesuatu dengan yang lain dalam sistem tersebut menjadi terjelaskan dan terpahamkan. Relasi yang harus menguraikan suatu keteraturan tertentu".
3. Dan disinilah akhirnya Pak Hernowo, dapat memahami "Makna" secara mendalam, yakni setelah membaca buku Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning. yang mengaitkan kegiatan membaca dan menulis dan di padukan dalam teori yang ia beri nama "mengikat makna".
Dari ketiga tahap ini ia merefleksikan "Kebermaknaan" yang ketika itu menjadi pertanyaan besar baginya. Namun untuk menjalankan kegiatan membaca dan menulis seperti yang ia maksudkan ada dua cara yang patut di tempuh, yang pertama: Dengan meraih makna lewat proses, yaitu ketika seseorang itu sedang menjalankan kegaitan membaca dan menulis. Kedua: Ketika seseorang itu telah selesai menjalankan kegiatan membaca dan menulis dan mendapatkan sebuah hasil.
Itulah sekilas Kebermaknaan yang dapat saya tangkap dari hasil adventure yang di jalani olehPak Hernowo dalam meraih "Nilai Makna".
Namun sekali lagi, saya ingin menggabungkan persepsinya itu dengan pemahaman yang juga berasal dari diri sendiri. Yakni ketika saya menggabungkan bacaan "Mengikat Makna" saya dengan membaca karya-karya HTR dan karya fiksinya yang kental dengan nilai dakwah. Seakan saya terbawa ke alam realita yang lantas meyuguhkan nilai yang lebih besar dalam meraih kebermaknaan hidup dan bukan sekedar karya saja. Yaitu ketika seseorang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dengan karya-karyanya yang dapat di terima oleh hal layak pada umumnya. Dan itu dapat menjadi inspirasi yang lantas menumbuhkan persepsi baru dalam berbuat.
Kebermaknaan yang saya tangkap dari karya Duel penulis ini (HTR dan Hernowo) membawa saya kepada sebuah pertanyaan yang mengkerucut yang lantas menghardik saya untuk segera menemukan jawabannya. Pertanyaan itu adalah "Mampukah saya meraih kebermaknaan yang mampu mengubah peradaban dunia dengan tulisan dan karya saya?". Pertanyaan besar ini hingga kini masih menyelimuti alam bawah sadar saya. Antara percaya atau tidak, pastinya saya berharap akan menggapainya suatu hari nanti.
Membangun Peradaban dengan Tuisan
Kiranya pertanyaan ini juga menjadi pertanyaan bagi teman-teman yang sedang menggeluti dunia kepenulisan dan sebagainya. Pertanyaan yang kiranya mampu mendobrak bathin dan kesadaran bersosial dalam menjalankan titahNya di muka bumi ini sebagai Khalifah. Harapan saya teman-teman dapat memberikan pandangan kepada saya meraih dan menjawab pertanyaan saya tersebut. Agar suatu hari saya dapat menyimpulkan apa yang saya dapatkan selama pembelajaran saya memaknai "Kebermaknaan Hidup" yang memberdaya.
Akhir kata, semoga apa yang saya tuliskan ini menjadi suara hati saya kepada teman-teman untuk mencapai cita-cita tinggi saya ini. Saya memimpikan suatu hari nanti kita, khususnya bangsa indonesia dapat bangkit dari segala keterpurukan negeri kita sekarang ini. Yang mulai mengalami krisis dedikasi dan jiwa Nasionalisme dalam berbuat. Seperti apa yang telah di lakukan para pejuang pena dakwah kita selama ini. yang mungkin tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga apa yang mereka usahakan dalam membangun Peradaban lewat pena mujahadah dapat terkabulkan suatu hari nanti. Amien....
Wallahu A'alam Bishowab.
Syukron, untuk waktunya. Wassalamualaikum. Wr.Wb
This entry was posted
on Selasa, 13 April 2010
at 19.57
and is filed under
Artikel,
Kisah-Q,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.