undefined
undefined
[Aku Bangga Menjadi Santri] Satu Jam Bersama Penulis "Negeri 5 Menara"
Walaupun begitu saya tetap bersyukur karena mendapatkan kabar dari salah seorang teman saya dikamar pagi kemarin setelah shalat subuh perihal kehadiran beliau yang konon katanya ingin memberikan motivasi kepada adik-adik dimasjid setelah subuh. Walhasil, akhirnya saya dapat dipertemukan dengan beliau seusai memberikan arahan dan wejangan kepada adik-adik. Sungguh kesempatan yang sangat berharga bagi saya, karena dapat berjumpa dengan salah seorang penulis yang bukunya telah saya nikmati. Merupakan kebanggaan tersendiri tatkala sosok yang dielukan dengan kepiawaiannya mengolah kata, dapat bertatap muka secara langsung dimesjid jami' ini.
Bagi saya bertemu dengan seorang penulis, merupakan kesempatan bagi saya agar kiranya dapat menduplikasikan apa yang telah ia alami dengan pengalamannya menulis itu, dan akhirnya menjadi panduan dan motivasi yang menggugah diri agar senantiasa menulis. Karena sudah barang tentu, seorang penulis tidak akan rela menyia-nyiakan waktu untuk menimba lebih banyak ilmu dari empunya menulis. Seorang penulis bagi saya adalah semangat hidup yang patut diteladani. Seperti halnya hernowo yang mengidolakan J.K Rowling dan Sthepen King sebagai guru menulisnya, Juga penulis lainnya yang juga mengidolakan satu sama lain. Nah, tak salah juga saya mengidolakan seorang penulis yang patut saya tiru akan kesuksesannya dalam menulis, baik itu Pak Hernowo, Kang Abik, Mbak Helvi, juga Ust.A.Fuadi yang kemarin pagi bersama saya. Bukan hal sepele, tentunya seorang penulis ketika melakukan kegiatannya itu sudah pasti memerlukan energi serta kesabaran penuh demi terciptanya sebuah tulisan dan pastinya perlu adanya ilmu dan wawasan lebih untuk itu. Nah, ini pula yang ingin saya teladani dari setiap penulis yang berhasil menuliskan maha karyanya dan akhirnya disambut oleh masyrakat luas. Maka waktu satu jam ini tak ingin saya sia-siakan untuk meniliki sekilas ramuan yang dimiliki dan digunakan oleh Ust.Fuadi ketika ia memulai kegiatan menulisnya itu.
Mendengar kabar kedatangannya itu, saya segera mengambil buku "Negeri 5 Menara" di lemari, seraya bergegas menuju mesjid, guna meminta tanda tangan Ust. Fuadi sebagai tanda terima kasih saya akan karya yang membawa harum nama Santri ini. Mungkin disini saya terlihat orang yang layaknya baru pertama kali bertemu dengan seorang penulis, walaupun sebelumnya saya juga pernah bertemu dengan Kang Abik dan Mbak Helvi ketika mengikuti Seminar B. Arab Internasional di Universitas Sumatera Utara yang mana ia juga adalah seorang penulis masyhur. Namun, ini merupakan kesempatan yang sangat saya nantikan karena dapat secara langsung berdiri di sampingnya sembari memintanya berphoto bersama.
" Mungkin jarang sekali ada buku yang mengupas seluk beluk kisah dibalik sebuah pondok yang
Namun, untuk sebuah lembaga yang berbentuk asrama sangat sulit sekali ditemui untuk sekarang ini yang menjanjikan akan menelurkan generasi-generasi emas bangsa. Seperti halnya tatkala melihat berita ditelevisi yang notabene menceritakan adanya sebuah lembaga yang mengajarkan anak didiknya dengan kekerasan dan menjurus hukuman fisik, dan lain sebgainya. Nah, dengan adanya Novel Lima Menara ini, masyarakat diberi pandangan akan kehidupan pesantren yang penuh teka-teki, juga ingin menepis adanya kabar-kabar yang kini sering menyudutkan pesantren sebgai lembaga pendidikan yang notabene akan kegiatannya. Baik itu, Hukuman fisik, pelanggaran HAM, sampai bilamana menjurus kepada Terorisme. Sungguh ini membuat miris hati siapa saja yang telah menyelami kehidupan pesantren sebenarnya, karena secara tidak langsung telah mencemarkan nama dari lembaga pendidikan yang konon katanya telah banyak memberikan banyak sumbangan moril kepada kemerdekaan bangsa Indonesia ini. Sungguh kehadiran Novel ini, telah memberikan banyak pandangan luas kepada para pembaca yang masih awam mengenai kehidupan pesantren yang kiranya dengan itu memperbaiki citra baik Lembaga pendidikan ini agar tidak disalah arti.
Dilain sisi, buku ini telah menjadi obat rindu yang mungkin kiranya dirasakan oleh banyak alumni pondok yang tersebar dan menjadi tokoh-tokoh dipelbaga tempat, baik didalam, maupun diluar negeri. Yang dengannya pembaca diajak kembali menelusuri kehidupan pondok. Sudah barang tentu buku ini kiranya bisa dijadikan buku wajib bacaan santri, karena telah menyuguhkan banyak kisah inspiratif sekaligus mengenang pengalaman menjadi santri tatkala telah merasakan manfaat filsafat-filsafat hidup didalamnya.
PANCA JIWA SANTRI
1.KEIKHLASAN
2.KESEDERHANAAN
3.BERDIKARI
4.UKHUWAH ISLAMIYAH
5.KEBEBASAN.
MOTTO SANTRI
1.BERBUDI TINGGI
2.BERBADAN SEHAT
3.BERPENGETAHUAN LUAS
4.BERFIKIRAN BEBAS
5.BERAMAL IKHLAS
6.BERAMAL MULIA.
Semoga bermanfaat.....!!!!
This entry was posted
on Minggu, 21 Maret 2010
at 10.41
and is filed under
Artikel,
Motivasi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.