undefined
undefined
Mempromosikan orang lain lewat tulisan, Apa gunanya sih?
Kembali kepada maksud tulisan saya ini, saya akan mengambil dua opsi dari apa yang saya dapatkan dengan komentar teman saya tadi. yang mana dua opsi tersebut saya sajikan berupa dua pertanyaan yang menggandrungi pikiran saya saat ini.
1.Apa sih gunanya saya mempromosikan kesuksesan seseorang kepada orang-lain?
Oleh karenanya inilah yang melandasi saya untuk selalu menceritakan dan mempromosikan orang-orang tertentu yang mungkin kiranya dapat dijadikan permisalan(Uswatun Hasanah) tanpa mengenyampingkan potensi yang saya miliki.
Mungkin dapat dikategorikan egois jikalau saya selalu menyebut-nyebutkan diri saya sendiri, baik itu prestasi ataupun hal-hal lain yang mungkin bisa saja dijadikan pelajaran.Sah-sah saja kita menceritakn diri sendiri tapi diwaktu yang tepat pula, karena terkdang kita menyampaikan tidak diwaktu dan moment yang tepat, bisa saja orang tersebut belum mengenal kita, bisa saja ia memandang status kita, latar belakang kita, ataupun bagraund kita. Kalau ada orang yang tidak mengenal kita bisa saja ia mengatakan dengan perkataan yang membuat kita cenderung pesimis, "emang siapa sih loe, berani-beraninya ceritain diri loe yang tak sebarapa tuh". Itu mungkin anggapan yang salah, karena ia belum mengetahui jati diri kita sebenarnya. Nah, itulah yang selalu menjadi bahan muhasabah diri saya agar tidak terjebak kepada membanggakan diri sendiri diwaktu yang tidak tepat bagi saya untuk menceritakannya, karena Allah sendiri melarang hal tersbut dengan ayatnya yang berbunyi "Kabura maqtan 'inda Allahi An taquulu maa la tafa'aluun" kemarahan besar Allah kepada orang-orang yang berbicara namun tidak melaksanakannya. Saya teringat dengan sebuah ungkapan arab yang berbunyi "Likulli maqomin maqolun, walikulli maqolin maqomun", setiap tempat itu ada pembahasan (pembicaraan) yang terpat untuk dibicarakan, dan setiap pembicaraan itu ada tempat yang tepat untuk membicarakan suatu hal. Saya ingin memporsikan diri sebagai pembelajar yang msaih harus beljar, baik itu dari pengalaman, ataupun hal-hal yang disampaikan dan dialami oleh orang lain. Untuk apa saya menggembar-gemborkan diri, toh saya sendiri masih harus banyak mengintropeksi diri agar lebih baik lagi, ketika saya telah mencapai waktunya saya akan berusaha menceritakan apa yang saya alami itu dan mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi orang lain, bukan untuk tempo yang lama, bahkan kalau saja hari ini ada hal yang baik untuk diceritakan apa salahnya, tidak harus menunggu untuk jangka waktu yang panjang. Dilain hal, ketika saya menceritakan kesuksesan orang lain baik itu sikap dan pengalaman mereka. secara tidak langsung saya merasa tenggelam dengan apa yang mereka alami, baik itu perjuangan mereka dalam merentas karir, cobaan demi cobaan yang silih berganti, bahkan bagaimana mereka menjadi sesosok publik figur yang diteladani. Itu semua saya rasakan tatkala saya mencoba mengkisahkan pengalaman mereka satu persatu. Mengenai mereka kenal tidaknya kepada diri saya bukan menjadi pikiran yang menggandrungi, karena hal tersebut hanya akan mengkucilkan potensi yang kita miliki.
2.Apa manfaatnya mempromosikan kesuksesan orang lain bagi saya ?
Mungkin dapat dikategorikan egois jikalau saya selalu menyebut-nyebutkan diri saya sendiri, baik itu prestasi ataupun hal-hal lain yang mungkin bisa saja dijadikan pelajaran.Sah-sah saja kita menceritakn diri sendiri tapi diwaktu yang tepat pula, karena terkdang kita menyampaikan tidak diwaktu dan moment yang tepat, bisa saja orang tersebut belum mengenal kita, bisa saja ia memandang status kita, latar belakang kita, ataupun bagraund kita. Kalau ada orang yang tidak mengenal kita bisa saja ia mengatakan dengan perkataan yang membuat kita cenderung pesimis, "emang siapa sih loe, berani-beraninya ceritain diri loe yang tak sebarapa tuh". Itu mungkin anggapan yang salah, karena ia belum mengetahui jati diri kita sebenarnya. Nah, itulah yang selalu menjadi bahan muhasabah diri saya agar tidak terjebak kepada membanggakan diri sendiri diwaktu yang tidak tepat bagi saya untuk menceritakannya, karena Allah sendiri melarang hal tersbut dengan ayatnya yang berbunyi "Kabura maqtan 'inda Allahi An taquulu maa la tafa'aluun" kemarahan besar Allah kepada orang-orang yang berbicara namun tidak melaksanakannya. Saya teringat dengan sebuah ungkapan arab yang berbunyi "Likulli maqomin maqolun, walikulli maqolin maqomun", setiap tempat itu ada pembahasan (pembicaraan) yang terpat untuk dibicarakan, dan setiap pembicaraan itu ada tempat yang tepat untuk membicarakan suatu hal. Saya ingin memporsikan diri sebagai pembelajar yang msaih harus beljar, baik itu dari pengalaman, ataupun hal-hal yang disampaikan dan dialami oleh orang lain. Untuk apa saya menggembar-gemborkan diri, toh saya sendiri masih harus banyak mengintropeksi diri agar lebih baik lagi, ketika saya telah mencapai waktunya saya akan berusaha menceritakan apa yang saya alami itu dan mudah-mudahan menjadi pembelajaran bagi orang lain, bukan untuk tempo yang lama, bahkan kalau saja hari ini ada hal yang baik untuk diceritakan apa salahnya, tidak harus menunggu untuk jangka waktu yang panjang. Dilain hal, ketika saya menceritakan kesuksesan orang lain baik itu sikap dan pengalaman mereka. secara tidak langsung saya merasa tenggelam dengan apa yang mereka alami, baik itu perjuangan mereka dalam merentas karir, cobaan demi cobaan yang silih berganti, bahkan bagaimana mereka menjadi sesosok publik figur yang diteladani. Itu semua saya rasakan tatkala saya mencoba mengkisahkan pengalaman mereka satu persatu. Mengenai mereka kenal tidaknya kepada diri saya bukan menjadi pikiran yang menggandrungi, karena hal tersebut hanya akan mengkucilkan potensi yang kita miliki.
2.Apa manfaatnya mempromosikan kesuksesan orang lain bagi saya ?
Jadi tak salah Dr. Stephen R. Covey, Penulis buku best seller 7 habits of Highly Effective People yang
Bagi saya menceritakan kesuksesan orang lain adalah hal yang bermanfaat bagi saya untuk memotivasi semangat saya mencapai kesempurnaan tadi. Adakalanya orang merasa putus asa, tatkala gagal meraih sesuatu yang diimpikan. Ada pula yang merasa dirinya sial tatkala mencoba sesuatu, dan yang paling naif sekali seandainya merasa bahwa Tuhan tidak adil membagikan karunianya kepadanya dirinya tersbut. Oleh karena itu, ada baiknya jika kita membaca dan mengkaji pengalaman orang yang telah sukses melewati masa-masa kritisnya(putus asa, terkucilkan, patah semangat, tidak percaya diri dll), agar dapat menjadi bahan perbandingan sekaligus pelajaran yang mungkin kiranya kita jadikan panduan dalam melangkah. Dan alangkah lebih baik lagi seandainya kita menceritakan hal tersebut kepada orang selain kita yang sedang mengalami penyakit-penyakit hati tersebut. alias mengkisahkan dalam bentuk tulisan agar mudah dipahami dan dikisahkan kembali setelahnya. Dengan menuliskannya kembali maka kita secara tidak langsung telah mewariskan ilmu yang berharga itu untuk jangka yang lebih panjang. Sebagaimana para ulama' terdahulu yang telah menuliskan sebagian ilmunya dan diabadikan, sehingga kita masih mendapati dan membacanya untuk sekarang ini.
Semoga apa yang saya tuliskan ini bermanfaat, dan apabila banyak kekhilafan ataupun kekurangan agar kiranya diberi masukkan, agar tidak menjadi kesalahpahaman nantinya.
Mohon saran dan kritiknya...!!!
This entry was posted
on Kamis, 11 Maret 2010
at 23.10
and is filed under
Artikel,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.