Akhirnya saya mulai membaca buku Mengikat Makna Update Pak Hernowo, setelah seminggu lamanya saya menunggu penjilidan buku baru saya itu di Mathba' (Percetakan) untuk menghindari daripada kerusakan. Tidak biasanya saya begitu memikirkan penjilidan ini, khususnya disetiap buku bacaan yang baru saya beli. Tetapi entah mengapa saya begitu terhipnotis dengan kehadiran buku ini, tanpa berpikir panjang saya langsung menjilidkannya kepercetakan pesantren agar sampul depannya terjaga dan tampak rapi.
Setelah membaca berbagai komentar tentang sosok pak Hernowo dalam pandangan rekan sejawat dan praktisi perbukuan terkenal, yang kebanyakan memberikan respon positif akan kehadiran buku ini. Saya mencoba mengikuti alur bacaan saya dari awal halaman hingga akhirnya sampai kepada halaman PEMBUKA, yang mana didalamnya menceritakan awal niat pak Hernowo menuliskan bukunya ini. Ia mengkarmakan angka 35 sebagai angka spesial baginya, khususnya terkait dengan buku-buku ciptaannya. Di bukunya yang ke-35 ini, ia benar-benar ingin mencerminkan dirinya dan yang telah menjadi bagian dari sejarah hidupnya, yaitu dengan kegiatan baca dan tulis yang terangkum dengan teori Mengikat Makna. Begitu besar cita-citanya untuk mengembangkan budaya baca-tulis, sampai bilamana ia berangan-angan untuk menuliskan sebuah buku yang berbicara tentang "Fikih Menulis". Membangun peradaban Islam yang sangat canggih dalam mewariskan kegiatan membaca dan menulis. Sungguh cita-cita yang mulia yang patut ditiru..!
Adalah cita-citanya membangun peradaban islam yang canggih ini mengingatkan saya kepada artikel yang saya baca dari catatan ustad.Qosim Nurseha yang menuturkan bahwa Ibn Qoyyim Al-Jauziyyah pernah menganalogikan keistimewaan ilmu yang kita miliki, yang pastinya dibangun dengan membaca dan menulis,"Sekiranya ilmu itu digambarkan dalam bentuk manusia. Niscaya dia akan lebih indah dan cantik dari matahari dan bulan." Keistimewaan ilmu yang terangkum dengan kegiatan membaca dan menulis, menjadikan suatu bangsa menjadi bermartabat, dan memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa saintis lainnya. Semoga cita-cita itu dapat terealisasikan kedepannya.Amin....
Memasuki proses awal pembuatan buku "Mengikat Makna Update" saya dikenalkan dengan tiga cara penulisan untuk membuat sebuah buku. Pertama, dengan membuat buku yang berasal dari kumpulan tulisan. Kedua, menggunakan pola Per-Bab. Dan yang ketiga, Secara bercerita. Nah, dengan cara ketiga inilah akhirnya Pak Hernowo sering menuliskan buku-bukunya agar lebih menarik dan lebih meresapi, karena berdasarkan pengalaman baca-tulis beliau selama ini. Yang mana telah mengubah paradigma para pembacanya tentang baca-tulis, khususnya di Indonesia. Saya sendiri menyadari hal itu ketika saya sering membaca artikel-artikel beliau di fb, yang selalu mencerminkan kekonsistenannya menggeluti apa yang ia tuliskan dengan buku "Mengikat Makna Update". Ini pula yang membuat saya tertarik untuk lebih mengenal beliau dengan bukunya ini.
Adalah cita-citanya membangun peradaban islam yang canggih ini mengingatkan saya kepada artikel yang saya baca dari catatan ustad.Qosim Nurseha yang menuturkan bahwa Ibn Qoyyim Al-Jauziyyah pernah menganalogikan keistimewaan ilmu yang kita miliki, yang pastinya dibangun dengan membaca dan menulis,"Sekiranya ilmu itu digambarkan dalam bentuk manusia. Niscaya dia akan lebih indah dan cantik dari matahari dan bulan." Keistimewaan ilmu yang terangkum dengan kegiatan membaca dan menulis, menjadikan suatu bangsa menjadi bermartabat, dan memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa saintis lainnya. Semoga cita-cita itu dapat terealisasikan kedepannya.Amin....
Memasuki proses awal pembuatan buku "Mengikat Makna Update" saya dikenalkan dengan tiga cara penulisan untuk membuat sebuah buku. Pertama, dengan membuat buku yang berasal dari kumpulan tulisan. Kedua, menggunakan pola Per-Bab. Dan yang ketiga, Secara bercerita. Nah, dengan cara ketiga inilah akhirnya Pak Hernowo sering menuliskan buku-bukunya agar lebih menarik dan lebih meresapi, karena berdasarkan pengalaman baca-tulis beliau selama ini. Yang mana telah mengubah paradigma para pembacanya tentang baca-tulis, khususnya di Indonesia. Saya sendiri menyadari hal itu ketika saya sering membaca artikel-artikel beliau di fb, yang selalu mencerminkan kekonsistenannya menggeluti apa yang ia tuliskan dengan buku "Mengikat Makna Update". Ini pula yang membuat saya tertarik untuk lebih mengenal beliau dengan bukunya ini.
Diawali dengan membuat semacam "Pemetaan Pikiran" yang merupakan salah satu cara beliau menjabarkan maksud dan tujuannya kelak. Ada empat pilar utama yang menjadi pembahasan baginya. Pertama, "Mengikat Makna" memadukan mambaca dan menulis. Kedua, melibatkan diri pribadi yang paling dalam (inner-self). Ketiga, Memerlukan kontinuitas dan konsistensi. Dan yang kempat, Menggunakan teknik "brain-based writing". Namun, beliau menuturkan bahwa proses "Mengikat Makna Update" ini lebih menekankan di pilar utama kedua, yakni melakukan kegiatan mengikat makna di "rung privat" yang menjabarkan untuk lebih mengenali diri terlebih dahulu, mengevaluasi, berdialog dengan diri sendiri, menikmati kebebasan menulis, dan menulis sebgai salah satu modus untuk melakukan refleksi (bertafakkur atau berfikir secara mendalam, hati-hati, dan sistematis).
1. Mengenal Diri Sendiri
1. Mengenal Diri Sendiri
"Kita membaca buku mencari tahu tentang diri kita sendiri apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan oleh orang lain, entah itu nyata atau imajiner, merupakan petunjuk yang sangat penting terhadap pemahaman kita mengenai siapa kita" (Ursula K. Le Guin), Ini mengingatkan saya pada proses yang sedang saya geluti dengan dunia tulis-menulis, bahwa saya sedang membentuk jati diri saya dengan sering menulis apa saja. Karena suatu saat kita akan mengetahui dimanakah kita cenderung menulis, baik itu fiksi maupun nonfiksi. Maka tulislah hingga akhir dari tulisan kita adalah "Saya tidak tahu lagi apa yang akan saya tulis". Ini memandu saya agar lebih mengenali diri saya dengan membaca dan menulis.
2. Mengevaluasi Diri
Dibagian ini Pak Hernowo lebih kepada menganjurkan saya, dan anda untuk memulai kata ganti orang pertama dengan "Aku" atau "Saya" agar lebih menggali potensi yang tersembunyi didiri kita.
3. Berdialog Dengan Diri Sendiri
Ini membuktikan bahwa kita sedang mengalami proses menikmati tulisan yang kita tulis, yaitu dengan adanya proses tanya jawab dengan diri sendiri yang akhirnya menjadikan proses menulis menjadi asyik. Saya juga mulai merasakan seperti yang beliau tuturkan, ketika saya harus menulis hingga tengah malam baik itu di fb ataupun di buku diary, tak terasa waktu seakan cepat, saya terlena dengan menulis, dan akhirnya ketika bangun pagi saya rasakan pikiran menjadi plong. Ini kerap saya rasakan dan alami, bahwa apa yang pak Her katakan dengan proses berdialog kita diajak untuk lebih terbuka dan akhirnya membuang segala penat pikiran dikepala.
4. Menikmati Kebebasan Menulis
Yups, benar sekali. Menikmati kebebasan menulis, tanpa memikirkan aturan atau keinginan orang lain kepada diri kita. Proses ini mengingatkan saya ketika mengikuti latihan kepenulisan bersama Akh.Radinal Mukhtar. Saat-saat dimana kita menulis dan dilihat oleh orang lain, bagaimana reaksi kita? canggungkah atau sebaliknya menikmati kegiatan menulis tersebut. seandainya masih canggung maka itu menandakan bahwa kita menulis masih memanfaatkan otak kiri yang bekerja secara teratur. Dan apabila sebaliknya menikmati maka itu menandakan bahwa kita telah mampu memanfaatkan otak kanan untuk bekerja secara bebas.Disini jelas bahwa kebiasaan yang sering dilakukan Pak Her untuk mengawali menulisnya yakni dengan "mematikan" terlebih dahulu otak kiri dan mengatifkan otak kanan. Nah, menggunakan otak kanan inilah yang Pak Her sebut sebagai menulis di sebuah "ruang privat".
5. Menulis Sebagai Salah Satu Modus Berefleksi
Yakni menyertakan kegiatan menulis setelah membaca sebuah buku. Pada tahap ini, kita dituntut untuk berpikir keras untuk mendapatkan sebuah makna. yang itu diawali dengan proses membaca, memahami dan mencerna. Dan seandainya menemukan makna yang sulit dipahami, maka Pak Her menganjurkan agar berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Setelah mendapatkan sepotong makna, maka hendaklah mengungkapkan kembali secara tertulis dengan bahasa sendiri. Dan dalam konteks inilah kita dituntut agar lebih berhati-hati lagi.
Inilah sekilas catatan yang dapat saya tulis dan tanggapi dari catatan PEMBUKA buku "Mengikat Makna Update" Pak Hernowo. Masih banyak lagi hal-hal penting yang perlu saya dalami untuk bacaaan awal ini, karena saya dapati bahwa untuk catatan PEMBUKA ini saja saya telah menemukan banyak hal yang menuntun saya agar lebih spesifik dan terperinci membaca setiap lembarnya. Banyaknya referensi serta rujukan hasil bacaan beliau menjadikan setiap kata yang ditulis memiliki bobot yang perlu dipertimbangkan kembali, karena intinya dengan banyak membaca dan menulis akan memperkaya kosa kata, juga pola pikir akan semakin berkembang.
2. Mengevaluasi Diri
Dibagian ini Pak Hernowo lebih kepada menganjurkan saya, dan anda untuk memulai kata ganti orang pertama dengan "Aku" atau "Saya" agar lebih menggali potensi yang tersembunyi didiri kita.
3. Berdialog Dengan Diri Sendiri
Ini membuktikan bahwa kita sedang mengalami proses menikmati tulisan yang kita tulis, yaitu dengan adanya proses tanya jawab dengan diri sendiri yang akhirnya menjadikan proses menulis menjadi asyik. Saya juga mulai merasakan seperti yang beliau tuturkan, ketika saya harus menulis hingga tengah malam baik itu di fb ataupun di buku diary, tak terasa waktu seakan cepat, saya terlena dengan menulis, dan akhirnya ketika bangun pagi saya rasakan pikiran menjadi plong. Ini kerap saya rasakan dan alami, bahwa apa yang pak Her katakan dengan proses berdialog kita diajak untuk lebih terbuka dan akhirnya membuang segala penat pikiran dikepala.
4. Menikmati Kebebasan Menulis
Yups, benar sekali. Menikmati kebebasan menulis, tanpa memikirkan aturan atau keinginan orang lain kepada diri kita. Proses ini mengingatkan saya ketika mengikuti latihan kepenulisan bersama Akh.Radinal Mukhtar. Saat-saat dimana kita menulis dan dilihat oleh orang lain, bagaimana reaksi kita? canggungkah atau sebaliknya menikmati kegiatan menulis tersebut. seandainya masih canggung maka itu menandakan bahwa kita menulis masih memanfaatkan otak kiri yang bekerja secara teratur. Dan apabila sebaliknya menikmati maka itu menandakan bahwa kita telah mampu memanfaatkan otak kanan untuk bekerja secara bebas.Disini jelas bahwa kebiasaan yang sering dilakukan Pak Her untuk mengawali menulisnya yakni dengan "mematikan" terlebih dahulu otak kiri dan mengatifkan otak kanan. Nah, menggunakan otak kanan inilah yang Pak Her sebut sebagai menulis di sebuah "ruang privat".
5. Menulis Sebagai Salah Satu Modus Berefleksi
Yakni menyertakan kegiatan menulis setelah membaca sebuah buku. Pada tahap ini, kita dituntut untuk berpikir keras untuk mendapatkan sebuah makna. yang itu diawali dengan proses membaca, memahami dan mencerna. Dan seandainya menemukan makna yang sulit dipahami, maka Pak Her menganjurkan agar berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Setelah mendapatkan sepotong makna, maka hendaklah mengungkapkan kembali secara tertulis dengan bahasa sendiri. Dan dalam konteks inilah kita dituntut agar lebih berhati-hati lagi.
Inilah sekilas catatan yang dapat saya tulis dan tanggapi dari catatan PEMBUKA buku "Mengikat Makna Update" Pak Hernowo. Masih banyak lagi hal-hal penting yang perlu saya dalami untuk bacaaan awal ini, karena saya dapati bahwa untuk catatan PEMBUKA ini saja saya telah menemukan banyak hal yang menuntun saya agar lebih spesifik dan terperinci membaca setiap lembarnya. Banyaknya referensi serta rujukan hasil bacaan beliau menjadikan setiap kata yang ditulis memiliki bobot yang perlu dipertimbangkan kembali, karena intinya dengan banyak membaca dan menulis akan memperkaya kosa kata, juga pola pikir akan semakin berkembang.
Oleh karena itu saya mengajak teman-teman bagi yang belum memiliki buku ini, agar segera memilikinya. Terkhusus bagi yang ingin mendalami dunia Membaca dan Menulis. Tiada ruginya mengeluarkan uang Rp.60.000 untuk buku yang berbobot ini, karena akan disuguhkan berbagai paradigma yang beliau dapatkan dari sebuah teori yang beliau ciptakan "MENGIKAT MAKNA". Tentunya kita tidak hanya dituntut lebih kepada membaca dan menulis saja, tetapi kita lebih dituntut untuk meraih KEBERMAKNAAN sebuah karya yang kita ciptakan, dan untuk mengenali diri sendiri dengan adanya proses Membaca dan Menulis.
Semoga kiranya tulisan saya ini memberikan manfaat kepada teman-teman pembaca, karena menulis tanpa sebuah makna dan manfaat sama artinya dengan mengukir diatas air.
Semoga bemanfaat...!!! Dan Selamat mencoba...!!!
Semoga kiranya tulisan saya ini memberikan manfaat kepada teman-teman pembaca, karena menulis tanpa sebuah makna dan manfaat sama artinya dengan mengukir diatas air.
Semoga bemanfaat...!!! Dan Selamat mencoba...!!!
This entry was posted
on Selasa, 16 Maret 2010
at 01.13
and is filed under
Artikel,
Resensi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.