Ngilu hati menjadi saksi
melihatmu sibuk mengasah belati
tusuk ke jantung saudaramu sendiri
kapan kau akan mengerti
berapa harga dari sebuah perdamaian
sedang kau terus merobeknya
bagai srigala yang kelaparan
Ngilu hati tak terobati
kau semakin tak mengerti
kita telah kehilangan segalanya
tapi kenapa?
genderang peperangan
terus kita tabuh
kita semakin menjauh
ternayta waktu pun semakin berpaling
meninggalkan rindu-rindu
yang kering
Ngilu hati meremuk perih
kau menyalah arti
dari sebuah perjuangan
bawakan agama sebagai rona
mengiringmu dengan kekhilafan
hindari kejaran dan berlari
tegakkan senjata membawa misi
Sadarkan diri wahai pejuang
bukan senjata menjadi penghadang
melawan mereka yang pecundang
Sadarkan diri, intropeksi diri...
dengan amal umat yang kian lari
benahi dan ratapi
akankah kita tinggal diam...
Sadarkan diri
oh mujahid....
bukan senjata simbolkan syahid
melawan mereka yang terjepit
dari onak pahit
tapi hati dan gerakan
menjunjung ilmu dan pengetahuan
hendaklah berujung
membangun peradaban
membawa islam yang kian kelam
menuju cahaya genderang
membantu dan berkasih sayang
kepada mereka yang bertandang
dibawah titi perdamaian...
(Didedikasikan untuk umat yang kian kelam, mengartikan makna perjuangan)
This entry was posted
on Minggu, 21 Maret 2010
at 10.34
and is filed under
Puisi,
renungan
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.