[Membangun Ruang Privat] Pelajaran.2: Merefleksikan diri dalam menggali potensi diri dengan selfish dan motode AMBAK.
Sungguh saya sangat bersyukur telah menemukan buku Pak Hernowo yang saya miliki saat ini. Membaca halaman demi halaman yang kian membantu saya untuk kembali menelusuri dunia baru dalam menggali potensi yang saya miliki. Untuk saat ini saja, saya baru menyelesaikan dua materi dalam bab pertama yang berjudul "Andaikan Saat Ini Anda Hidup Sendirian di Muka Bumi" dan" Andaikan Kehidupan Anda Serba- Tidak kekurangan".
bertujuan agar dapat memahaminya lebih dalam dan lebih mengena kepada maksud. Dengan di awali mutiara kata dari Aldous Huxley seorang novelis dan esais terkenal di inggris yang mengatakan " Hanya kamu yang dapat mengubah dirimu" , saya menangkap bahwa apa yang dimaksudkan pak Hernowo dengan perkataan huxley ini bahwa kita sebagai makhluk spesial dari Sang Maha Karya hendaklah menyadari diri kita terlebih dahulu. Banyaknya nasehat dan cara-cara yang sering dipaparkan orang baik itu secara tertulis maupun lisan, kiranya tak mampu mengubah diri untuk menjadi seperti apa yang kita harapkan seandainya tidak dibarengi pengubahan sikap dan mentalitas. Sama halnya dengan berbagai teori membaca dan menulis, bahwa untuk menulis tidak hanya harus mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan kepenulisan, seperti apa yang telah saya baca dari catatanAkh Radinal yang berjudul "Adakah yang Mengetahui, Mengapa Semangat Menulis 'Tertinggal' di Tempat Pelatihan? "disitu dituliskan
"Diantara kita, cendrung lebih suka mengambil motivasi yang ada pada pelatihan. Tidak mengambil kunci yang diberikan oleh pelatih itu sendiri. Artinya, kita lebih cendrung mengambil semangat yang ada pada pelatihan tersebu. Kita lupa mengambil kuncinya! Nah dari sini kita dianjurkan lebih kepada mengambil sikap dan tindakan, agar apa yang kita dapat menngenai sasaran dari pelatihan itu sendiri.
Maka tak salah jikalau pak Her mengambil ucapan huxley ini sebagai kata awal yang mungkin dapat membantu kita khususnya saya agar memahami maksud dari tema yang akan diakan diceritakan nantinya.
"Diantara kita, cendrung lebih suka mengambil motivasi yang ada pada pelatihan. Tidak mengambil kunci yang diberikan oleh pelatih itu sendiri. Artinya, kita lebih cendrung mengambil semangat yang ada pada pelatihan tersebu. Kita lupa mengambil kuncinya! Nah dari sini kita dianjurkan lebih kepada mengambil sikap dan tindakan, agar apa yang kita dapat menngenai sasaran dari pelatihan itu sendiri.
Maka tak salah jikalau pak Her mengambil ucapan huxley ini sebagai kata awal yang mungkin dapat membantu kita khususnya saya agar memahami maksud dari tema yang akan diakan diceritakan nantinya.
Untuk part pertama dari bab pertama ini, saya dikenalkan kepada 3 buah buku yang menjadi rujukan pak Her ketika menulis bagian ini. ketiga buku itu berjudul " The 28 Laws of attraction: saatnya kesuksesan Mengejar Anda" karya Thomas J. Leonard. Buku ini lebih kurangnya menegaskan kita untuk lebih kepada melakukan tindakan karena konsep yang benar sesungguhnya berasal dari keberhasilan sebuah tindakan dan bukan dengan banyaknya konsep serta teori yang sering diramaikan oleh banyak orang.
Buku ke-dua " Brain Based Learning' karya Eric Jensen yang menegaskan kita lebih kepada membedakan dan memaknai dua sikap yang sering kita gunakan dalam mengamati sesuatu baik itu secara Reference-Meaning (Makna yang telah dirumuskan) dan Sense-Meaning (Makna yang dihayati).
Dan untuk buku yang ketiga berjudul "The 7 habits of highly Effective People" karya Sthepen R. Covey yang juga membicarakan pentingnya pembiasaan dalam bentuk tindakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Semoga saya dapat membeli ketiga buku ini untuk lebih memahami secara mendalam apa yang telah dipahami dari pak Her yang menjadikan buku-buku ini menjadi bahan rujukan.
Dalam tahap awal ini, saya dikenalkan kepada istilah 'selfish' atau mementingkan diri sendiri. Mementingkan diri disini bukan untuk hal-hal yang bersifat materialistik juga bukan sikap yang menjurus kepada hasad. Tapi disini saya memahami lebih kepada sikap mau mengenali diri sendiri terlebih dahulu untuk selanjutnya mengembangkannya kepada orang lain. Dengan istilah selfish ini, saya teringat kepada sebuah ungkapan arab yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan ilmu perlu adanya sikap 'tamak' kepada ilmu tersebut. Tamak yang diartikan untuk lebih kepada mementingkan diri sendiri dalam meraih ilmu, rakus untuk melahap berbagai ilmu yang diawali dengan sikap merasa butuh dan kekurangan. Nah, 'tamak' disini saya samakan dengan selfish yang dimaksudkan Pak Her, bahwa apa yang menjadi kebutuhan pokok kita hendaklah kita terlebih dahulu melengkapinya. Mementingkan diri sendiri terlebih dahulu agar menguasai jati diri, dan bukan untuk sesuatu yang bersifat egostik semata.
Istilah selfish ini adalah istilah yang di bawakan leonard dalam bukunya tepatnya di langkah 1, yang artinya ia cenderungkan kepada kamus Webster yang mendefenisikan kata selfish sebagai ' memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memerhatikan, atau dengan mengorbankan, kenyamanan dan keuntungan orang lain.' ini adalah referense meaning dari sitilah tersebut. Namun, yang dimaksud leonard sendiri untuk istilah selfish, ia cenderung kepada memaknainya secara di hayati (sense-meaning) yang menyatakan bahwa' mementingkan diri sendiri ini akan memungkinkan kita untuk menjadi lebih murah hati dan mendukung orang lain daripada sebelumnya.'
Namun paradigma ini digeser dengan paradigma-baru stephen covey yang menyatakan bahwa tak hanya dengan pengetahuan untuk dapat mengungkap jati diri, tetapi juga dnegan keterampilan dan tindakan serta keinginan kuat (Ghibtoh) agar paradigma ini benar-benar bergeser yang itu hendaknya dilakukan secara kontinyu atau dengan pembiasaan-pembiasaan yang efektif.
Nah, teori inilah yang kemudian di ambil oleh Pak Her untuk teorinya "mengikat makna" yang telah berhasil ia bawa untuk membongkar paradigma lama, yang dimanfaatkan kepada memberdayakan membaca dan menulis untuk sekarang ini. Konsep itu berhasil dibawanya untuk mengubah dan mengenali lebih dalam potensi yang ia miliki dengan menulis dan membaca. yang dengannya pula saya dan anda dituntut untuk menyikap diri, menjelahi diri, serta mengungkap diri dengan menulis. Sungguh pembelajaran yang patut diteladani oleh sesosok Hernowo yang dikenal dengan teori Mengikat Makna. Ini menguatkan saya bahwa dengan kegiatan yang secara terus menerus dilakukan atau dengan pembiasan-pembiasaan kepada apa yang kita inginkan akan menjadi karakter yang membentuk kita menjadi "Pribadi Berbeda' dari sebelumnya. Pastinya itu adalah yang menuju kepada kemajuan dan pembaharuan dalam menggali potensi yang kita miliki. Saya teringat kepada komentar yang pernah saya dapatkan dari teman fb saya, Akh Abdila Abdi Putra ketika saya menulis cerpen yang berjudul "Rembulanpun tersenyum" ia mengatakan bahwa apa yang khususnya ia lakukan ketika menulis adalah sebuah produktifitas juga pembiasaan. Ada dua tangga yang harus dilewati oleh seorang penulis :tangga pertama : produktivitas , tangga kedua : kualitas. Nah, hendaklah produktifitas dibangun lebih awal sebelum menghasilkan sebuah karya yang berkualitas. Oleh karnanya pembiasan-pembiasaan disini akan membantu terciptanya hal tersebut. Maka jangan ragu untuk memulai, karena justru tahap memulai itulah yang kerap membuat orang dapat memaknai arti sebenarnya dari sebuah kegiatan. Kenikmatan menulis dan membaca tidak akan dirasakan kalau saja tidak ada langkah awal untuk memulainya. Nah, untuk memulainya, saya akan menjelaskan kepada teman-teman akan teori AMBAK yang djelaskan rinci oleh Pak Her di bukunya ini.
Dalam tahap awal ini, saya dikenalkan kepada istilah 'selfish' atau mementingkan diri sendiri. Mementingkan diri disini bukan untuk hal-hal yang bersifat materialistik juga bukan sikap yang menjurus kepada hasad. Tapi disini saya memahami lebih kepada sikap mau mengenali diri sendiri terlebih dahulu untuk selanjutnya mengembangkannya kepada orang lain. Dengan istilah selfish ini, saya teringat kepada sebuah ungkapan arab yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan ilmu perlu adanya sikap 'tamak' kepada ilmu tersebut. Tamak yang diartikan untuk lebih kepada mementingkan diri sendiri dalam meraih ilmu, rakus untuk melahap berbagai ilmu yang diawali dengan sikap merasa butuh dan kekurangan. Nah, 'tamak' disini saya samakan dengan selfish yang dimaksudkan Pak Her, bahwa apa yang menjadi kebutuhan pokok kita hendaklah kita terlebih dahulu melengkapinya. Mementingkan diri sendiri terlebih dahulu agar menguasai jati diri, dan bukan untuk sesuatu yang bersifat egostik semata.
Istilah selfish ini adalah istilah yang di bawakan leonard dalam bukunya tepatnya di langkah 1, yang artinya ia cenderungkan kepada kamus Webster yang mendefenisikan kata selfish sebagai ' memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memerhatikan, atau dengan mengorbankan, kenyamanan dan keuntungan orang lain.' ini adalah referense meaning dari sitilah tersebut. Namun, yang dimaksud leonard sendiri untuk istilah selfish, ia cenderung kepada memaknainya secara di hayati (sense-meaning) yang menyatakan bahwa' mementingkan diri sendiri ini akan memungkinkan kita untuk menjadi lebih murah hati dan mendukung orang lain daripada sebelumnya.'
Namun paradigma ini digeser dengan paradigma-baru stephen covey yang menyatakan bahwa tak hanya dengan pengetahuan untuk dapat mengungkap jati diri, tetapi juga dnegan keterampilan dan tindakan serta keinginan kuat (Ghibtoh) agar paradigma ini benar-benar bergeser yang itu hendaknya dilakukan secara kontinyu atau dengan pembiasaan-pembiasaan yang efektif.
Nah, teori inilah yang kemudian di ambil oleh Pak Her untuk teorinya "mengikat makna" yang telah berhasil ia bawa untuk membongkar paradigma lama, yang dimanfaatkan kepada memberdayakan membaca dan menulis untuk sekarang ini. Konsep itu berhasil dibawanya untuk mengubah dan mengenali lebih dalam potensi yang ia miliki dengan menulis dan membaca. yang dengannya pula saya dan anda dituntut untuk menyikap diri, menjelahi diri, serta mengungkap diri dengan menulis. Sungguh pembelajaran yang patut diteladani oleh sesosok Hernowo yang dikenal dengan teori Mengikat Makna. Ini menguatkan saya bahwa dengan kegiatan yang secara terus menerus dilakukan atau dengan pembiasan-pembiasaan kepada apa yang kita inginkan akan menjadi karakter yang membentuk kita menjadi "Pribadi Berbeda' dari sebelumnya. Pastinya itu adalah yang menuju kepada kemajuan dan pembaharuan dalam menggali potensi yang kita miliki. Saya teringat kepada komentar yang pernah saya dapatkan dari teman fb saya, Akh Abdila Abdi Putra ketika saya menulis cerpen yang berjudul "Rembulanpun tersenyum" ia mengatakan bahwa apa yang khususnya ia lakukan ketika menulis adalah sebuah produktifitas juga pembiasaan. Ada dua tangga yang harus dilewati oleh seorang penulis :tangga pertama : produktivitas , tangga kedua : kualitas. Nah, hendaklah produktifitas dibangun lebih awal sebelum menghasilkan sebuah karya yang berkualitas. Oleh karnanya pembiasan-pembiasaan disini akan membantu terciptanya hal tersebut. Maka jangan ragu untuk memulai, karena justru tahap memulai itulah yang kerap membuat orang dapat memaknai arti sebenarnya dari sebuah kegiatan. Kenikmatan menulis dan membaca tidak akan dirasakan kalau saja tidak ada langkah awal untuk memulainya. Nah, untuk memulainya, saya akan menjelaskan kepada teman-teman akan teori AMBAK yang djelaskan rinci oleh Pak Her di bukunya ini.
Untuk part 2 dari bab pertama bertemakan " Andai Kehidupan Anda Serba-Tidak Kekurangan. Diawali dengan kata mutiara dari Danah Zohar dan Ian Marshall yang menuturkan bahwa"Kita memerlukan kesadaran akan makna dan tujuan yang menggerakkan hidup kita. Tanpa itu, kita akan sakit atau mati"Saya memahami bahwa kita sebagai Makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Telah dikaruniakan oleh yang namnya akal sebagai penuntun kita dan juga sebgai pembeda antara kita sebgai manusia dengan makhluk-makhluk Allah lainnya yang tidak memiliki akal. Nah, akal disini akan menuntun kita kepada kesadaran dalam segala hal, tanpa berdasarkan kepda nafsu belaka. Maka tiada salahnya Danah dan Ian menuturkan hal tersebut (kesadaran) bahwa dengan itulah kita akan mudah bergerak menemukan makna dan tujuan hidup.
Maka tak salah juga pak Her meletakkan kata mutiara ini sebagai pembuka untuk mulai memasuki apa yang dimaksud dengan AMBAK. Tidak jauh maknanya dari istilah selfish diawal tadi, istilah AMBAK ini juga sangat bersifat pribadi. Yang mana ia adalah akronim dari "Apa Manfaaat BAgi Ku?". Ini akan membawa kita kepada memaknai sesuatu secara individual, yakni untuk bertanya kepada diri akan manfaat suatu hal yang bersifat pribadi. Tujuannya agar bagaimana manfaaat tersebut mampu menggugah diri saya, Juga Teman-teman untuk terus melakukan sesuatu sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik (good habit).
Maka tak salah juga pak Her meletakkan kata mutiara ini sebagai pembuka untuk mulai memasuki apa yang dimaksud dengan AMBAK. Tidak jauh maknanya dari istilah selfish diawal tadi, istilah AMBAK ini juga sangat bersifat pribadi. Yang mana ia adalah akronim dari "Apa Manfaaat BAgi Ku?". Ini akan membawa kita kepada memaknai sesuatu secara individual, yakni untuk bertanya kepada diri akan manfaat suatu hal yang bersifat pribadi. Tujuannya agar bagaimana manfaaat tersebut mampu menggugah diri saya, Juga Teman-teman untuk terus melakukan sesuatu sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik (good habit).
Awal mula pak Her menemukan teori ini adalah dari buku karya Bob De Porter yang berjudul " Quantum Learning" disitu kita akan mendapati manfaat dari pada AMBAK itu secara mendalam, diantaranya :
1. Dapat belajar bagaimana membuat diri kita termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan.
2. Mengetahui langkah-langkah untuk menumbuhkan minat dalam segala sesuatu.
3. Mengetahui seluk-beluk belajar aktif
4. Meningkatkan kualitas hidup kita
Nah masih banyak lagi, namun inti dari kesemuanya adalah dari 4 yang dipaparkan Pak Her dalam bukunya ini. yang mana sifat AMBAK itu ditujukan agar lebih mempertanyakan segala sesuatu untuk porsi diri. Bertanyalah tentang banyak hal terhadap buku yang ingin Kita baca agar ketika sudah masuk ke dalam kegiatan memabca, Kita benar-benar mendaptkan sesuatu yang bermanfaat saat membaca.
Teori AMBAK bagus kita gunakan, khususnya ketika kita merefleksikannya sebangun dari tidur malam. Di pagi yang buta, kita harus bertanya apa yang hendak kita lakukan. Apa yang semestinya dilakukan dan itu dapat bermnfaat bagi diri, terlebih untuk orang lain jikalau kita mampu untuk itu. Segala sesuatu haruslah yang menjanjikan manfaat bagi diri kita atau kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Sama halnya ketika saya menuliskan reflesian saya terhadap buku Pak Hernowo ini, mungkin bisa saja saya bertanya,Untuk apa saya menuliskannya? Toh saya sendiri telah membacanya. Untuk apa saya jabarkan karya orang lain? Toh saya sendiri kan pasti mampu melakukan lebih dari itu(bukan maksud berbagga diri). Untuk apa saya menuliskannya, Toh penulisnya juga tidak kenal betul akan diri saya?. Nah, pertanyaan-pertanyaan ini, semestinya datang dan harus kita tanggapi secara seksama. Banyak yang saya dapatkan dari kegiatan menulis kembali apa yang telah saya baca ini. Saya dapat menafsirkan dengan bahasa saya sendiri, dengan cara dan gaya yang berbeda. Namun, bukan maksud untuk mengalihkan tujuan dari pada penulis disini, saya ingin membuktikan teori yang selama ini digembar-gemborkan oleh pak Her yang sudah mendarah daging didirinya dengan teori mengikat maknanya itu. Walhasil, ketika saya menuliskan kata-demi kata apa yang telah saya dapatkan dan saya baca dari bukunya tersbut. pola bahasa saya menjadi bertambah dan bertambah untuk dapat saya kembangkan lebih lanjut, khususnya menjabarkan istilah-istilah baru yang saya dapatkan dan akhirnya saya tuliskan kembali dalam bentuk bahasa saya sendiri. Begitu nikmatnya menulis, juga membaca yang membuat saya begitu asyik sehingga saya mengalihkan sejenak apa yang menjadi beban dipikiran saya. Nah, mungkin ini sekelumit yang dapat saya rasakan sebelum memasuki tafsiran AMBAK secara mendalam yaitu dengan membangun 'Ruang Privat' di pikiran dan kegiatan saya, yaitu dengan Membaca-menulis yang memberdayakan.
Dari seorang pengembara pembelajaran, untuk kupersembahkan kepada teman-teman yang juga ingin menelusuri jati diri yang terpendam.
Semoga bermanfaat, mohon khilaf kalau ada tafsiran yang salah.
1. Dapat belajar bagaimana membuat diri kita termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan.
2. Mengetahui langkah-langkah untuk menumbuhkan minat dalam segala sesuatu.
3. Mengetahui seluk-beluk belajar aktif
4. Meningkatkan kualitas hidup kita
Nah masih banyak lagi, namun inti dari kesemuanya adalah dari 4 yang dipaparkan Pak Her dalam bukunya ini. yang mana sifat AMBAK itu ditujukan agar lebih mempertanyakan segala sesuatu untuk porsi diri. Bertanyalah tentang banyak hal terhadap buku yang ingin Kita baca agar ketika sudah masuk ke dalam kegiatan memabca, Kita benar-benar mendaptkan sesuatu yang bermanfaat saat membaca.
Teori AMBAK bagus kita gunakan, khususnya ketika kita merefleksikannya sebangun dari tidur malam. Di pagi yang buta, kita harus bertanya apa yang hendak kita lakukan. Apa yang semestinya dilakukan dan itu dapat bermnfaat bagi diri, terlebih untuk orang lain jikalau kita mampu untuk itu. Segala sesuatu haruslah yang menjanjikan manfaat bagi diri kita atau kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Sama halnya ketika saya menuliskan reflesian saya terhadap buku Pak Hernowo ini, mungkin bisa saja saya bertanya,Untuk apa saya menuliskannya? Toh saya sendiri telah membacanya. Untuk apa saya jabarkan karya orang lain? Toh saya sendiri kan pasti mampu melakukan lebih dari itu(bukan maksud berbagga diri). Untuk apa saya menuliskannya, Toh penulisnya juga tidak kenal betul akan diri saya?. Nah, pertanyaan-pertanyaan ini, semestinya datang dan harus kita tanggapi secara seksama. Banyak yang saya dapatkan dari kegiatan menulis kembali apa yang telah saya baca ini. Saya dapat menafsirkan dengan bahasa saya sendiri, dengan cara dan gaya yang berbeda. Namun, bukan maksud untuk mengalihkan tujuan dari pada penulis disini, saya ingin membuktikan teori yang selama ini digembar-gemborkan oleh pak Her yang sudah mendarah daging didirinya dengan teori mengikat maknanya itu. Walhasil, ketika saya menuliskan kata-demi kata apa yang telah saya dapatkan dan saya baca dari bukunya tersbut. pola bahasa saya menjadi bertambah dan bertambah untuk dapat saya kembangkan lebih lanjut, khususnya menjabarkan istilah-istilah baru yang saya dapatkan dan akhirnya saya tuliskan kembali dalam bentuk bahasa saya sendiri. Begitu nikmatnya menulis, juga membaca yang membuat saya begitu asyik sehingga saya mengalihkan sejenak apa yang menjadi beban dipikiran saya. Nah, mungkin ini sekelumit yang dapat saya rasakan sebelum memasuki tafsiran AMBAK secara mendalam yaitu dengan membangun 'Ruang Privat' di pikiran dan kegiatan saya, yaitu dengan Membaca-menulis yang memberdayakan.
Dari seorang pengembara pembelajaran, untuk kupersembahkan kepada teman-teman yang juga ingin menelusuri jati diri yang terpendam.
Semoga bermanfaat, mohon khilaf kalau ada tafsiran yang salah.
This entry was posted
on Jumat, 26 Maret 2010
at 05.30
and is filed under
Artikel,
Refleksi
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.