[Oase] Mencintai Al-Qur'an-Tadabbur Surat Ar-Rahman  

Posted by Unknown in ,

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kasih Allah yang diberikan kepada seluruh ciptaan-Nya tanpa pilih kasih. Sayang Allah yang dilimpahkan atas hamba pilihan-Nya tanpa terbayang. Pemberi karunia tiada batas. Meskipun air laut dijadikan tinta, ranting pohon dijadikan pena, serta daun tanaman dijadikan kertas, untuk menghitung nikmat Allah SWT, niscaya akan kering sebelum dapat mencatatnya. Semoga keselamatan dan kesejahteraan senantiasa tercurah atas nabi Muhammad SAW. Pemimpin para Rasul. Penutup para Nabi. Suri tauladan bagi seluruh ummat manusia.

Ikhwah fillah, Pada kesempatan ini, saya terhenyak dengan sebuah tulisan seorang ikhwan yang saya baca pada Majalah El-Nilein (Media Komunikasi dan Informasi Mahasiswa di Sudan) yang saya dapatkan dari seorang sahabat. Hati saya tiba-tiba terharu dan terketuk setelah membaca tulisan ikhwan tersebut yang membuat saya bersemangat untuk menuliskannya kembali di media facebook ini. Hanya saja, saya ingin menggabungkan kembali tulisan dengan menambahkan sedikit bahasa, sembari mengambil i'tibar dari apa yang telah dijalani. Semoga apa yang tertuliskan ini menjadi dakwah adanya untuk membangkitkan kembali himmah menjadi insan sejati yang berdedikasi pada Din al-izzah.

Tadabbur Surat Ar-Rahman
Seperti biasa pagi itu seorang pemuda membuka lembaran Al-Qur'an saku yang selalu setiap menemani kemanapun dia pergi. itu telah menjadi sebuah rutinitas. Setiap terdapat waktu kosong ia selalu berusaha untuk tilawah dan bertadabbur. Dia memang seorang pemuda shaleh yang sangat mencintai kitab suci pedoman hidupnya. Dan ia menghayati bacaan Al-Qur'an dengan kalimatnya yang sangat indah untuk dimengerti.

Kali ini, Pemuda tersebut membaca surat Ar-Rahman. Ia membaca ayat," Fa bi ayyi aalla-i Rabbikumaa tukadzziban? Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?". Sungguh takjub, bening air matapun mengalir deras dari matanya yang sejuk. Hatinya terasa damai, ia pun kembali mentadabburi ayat demi ayat dalam surat tersebut.
***

Ikhwah fillah, Mari kita coba untuk ikuti pemuda itu dalam mentadabburi Surat Ar-Rahman yang ia baca!

Sebagai muslim sejati, kita dituntut untuk senantiasa menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup, azas dari segala azas yang ada. Merealisaskan kembali apa yang menjadi tugas dan kewajiban utama kita sebelum meminta hak untuk diri kita. Diantara tugas utama itu ialah 'menjadikan amal perbuatan memiliki nilai instrinsik ibadah'. Sebagaimana dalam Surat Ad-Dzariyat ayat 56 berbunyi : "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".  Tentu, ibadah tidak sembarang ibadah, hendak pula dibarengi dengan adanya ketulusan di dalamnya, ketulusan yang merupakan inti daripada ibadah itu sendiri. Disamping itu pula hendaklah berdasarkan Syari'at yang benar, dan tidak asal berbuat.

Membaca surat Ar-Rahman. Sebuah surat dengan pengulangan ayat yang sama, dapat menghadirkan nuansa keagungan Al-Qur'an. Ayat itu berbunyi "Fa bi ayyi aalaa-i Rabbikumaa tukadzibaan, Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?". Surat Ar-Rahman yang memiliki 78 ayat terdapat 31 ayat dengan pengulangan yang sama. Itu artinya, hampir setengah kandungan surat tersebut mempertanyakan manusia-dan jin, yakni dengan sebuah pertanyaan yang menegaskan kelalaian dua makhluk Allah ini dalam bersyukur, dengan secara tegas dengan makna lain berkata "Mengapa seringkali manusia tidak bersyukur terhadap nikmat Allah SWT?"

Mentadabburi satu-dua ayat saat tilawah sangat membantu kita dalam memahami maksud dan konteks ayat tersebut. Banyak sekali ayat yang menarik perhatian. Terkadang ada dua ayat yang tampak berhubungan, tanpa disebut secara langsung dua ayat berurutan itu. Sebagai contoh ayat 39 dalam surat Ar-Rahman yang berbunyi : "Fa yauma idzin laa ys-alu 'an dzanbihil insun wa laa jaann; Pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosaya". Pada saat yang bersamaan ayat tersebut dilanjutkan dengan ayat yang berbunyi " Fa bi ayyi aala-i Rabbikumaa tukadzzibaan". Lantas apa hubungan antara kedua ayat tersebut?

Ikhwan Penulis itu  menggambarkan keterkaitan dua ayat diatas dengan suatu perumpamaan lain, yakni dengan sebuah kejadian nyata yang terjadi pada sepasang remaja di Aceh yang tertangkap basah sedang berkhalwat. Menerima hukuman cambuk yang konon melanggar Hak Asasi Manusia ( Menurut pandangan sebagian orang). Hukuman yang tidak menyakitkan badan saja, tetapi menyakitkan hati pula. Ya, mereka dicambuk di depan ribuan warga yang menyaksikan. Malu, sudah pasti. Terhinakan di hadapan banyak orang kemanapun mereka pergi, di samping itu orang akan memandang sinis, meskipun hukuman telah tertunaikan d dunia. Namun dbalik itu, hukuman cambuk yang dinyatakan Al-Qur'an secara jelas menjadi kafarah (penghapus dosa) sebelum nantinya dihisab di yaumi-dien. Memang luar biasa sekali ayat Al-Qur'an, seperti menstimulasi  kita untuk berpikir cerdas, yakni apa hubungan antara "Dosa yang tidak ditanya di dunia, dengan "Mengapa manusia tidak bersyukur?".

Ya, rasa malu tadi. Tentu Allah SWT yang Maha Mengetahui, memiliki maksud lain, mengapa dosa tidak ditanya saat di dunia, melainkan di Akhirat. Manusia memiliki rasa malu terhadap sesamanya. Dan itu terjadi secara naluriah. Bahkan perampok saja menggunakan topeng saat merampok, tentu sangat mustahil ia berterus terang mengisi kolom pekerjaan dalam KTP dengan kata "PERAMPOK". Jawaban yang alamiah, manusia memang memiliki rasa malu terhadap sesamanya.

Sungguh betapa bersyukurnya kita dalam melewati hari-hari penuh kesibukan sebagai seorang muslim. Mengingat betapa banyak yang dapat kita jadikan sandaran dan rujukan untuk menghidupkan kembali hati yang redup, yang terkadang sering terlalaikan oleh waktu. Salah satu sandaran hidup yang paling utama yang semestinya diberlakukan pada diri ini, yakni dengan adanya Tilawah dan tadabburil-Qur'an, pedoman umat. Semoga tadabbur beberapa ayat pada surat Ar-Rahman ini bermanfaat adanya. Ma'llah Muwafiq fii Aqwami thariq...[El-Ahmady]

Wallahu A'lam Biswhowab.

Muhammad Nur
Khartoum, Sudan
16/08/11

Muhasabah-Tentang Karya; Tingkah, Tinta, dan Kata  

Posted by Unknown in ,


Suatu ketika kumenyadari..
tentang satu pertanyaan yang menghampiri

Adakah orang bertanya tentang aku,
ketika ku tak pernah menulis sepatah kata?

Adakah orang akan mencari namaku..
ketika ku tak pernah meninggalkan pesan kepada mereka?

Dalam renung, aku segera bergegas
berlari mengejar suara nurani yang pergi jauh, di ujung batas
'nafsu' yang membunuh,
perbuatan yang kerap acuh
Aku terkalahkan oleh lika-liku fatamorgana waktu

Seketika kumenyadari,,
tatkala melihat berjilid-jilid buku para ulama berjejer rapi
Mempersiapkan umat dengan ilmu, warisan para Nabi

Sungguh aku merasa iri,
Tatkala nama mereka dikenang, di sebut-sebut di setiap pengajian
Tatkala nama mereka dijadikan alasan dan hujjah
Tatkala nama mereka di dengungkan para da'i
bahwa itulah tuntunan ,mengikuti para salafus shaleh..

Aku mulai merangkak, berjalan, dan berlari
setapak jalan mulai kutelusuri; lewat tinta dan kata

Aku pun mengawalinya dengan tinta
yang kuharap inilah langkah awalku mengabdikan diri
Sekian lama kubiasakan; kujalani dan nikmati
Ah, ada ganjal di hati!
ternyata tidak sekedar mengukir tinta
hendaklah disertai ilmu dan prilaku nyata

Seketika itu pula aku menyadari kembali,
Bahwa aku tidak seperti tulisanku...
yang ternyata mengumbar bunga-bunga kata
Aku belum  seperti tulisanku...
yang kerap berselaksa makna
Betapa aibnya diri saat itulah kenyataan diri

Ketika ku menyadari bahwa itulah tugasku kini
yang mesti kuperbaiki dengan perbuatan nyata
bahwa itulah satu kepastian yang dihadapi
bahwa tidak sekedar tinta dan kata
tingkah hendak pula bersama

Ingin diri seperti mereka para ulama rabbani,
namun apalah jua...
Aku mesti merawat hati untuk satu tujuan suci
Karena dengan hatilah karya mereka abadi

***
Mari kita mulai merealisasikan apa yang telah terucap dan tuliskan. Mulai memperbaiki dari diri sendiri sebelum menyampaikan, agar terhindar dari apa yang Allah Subhanahu Wata'ala sebutkan dalam Al-Qur'an :"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan " (As-Shaf, ayat-3). Semoga ini dapat menjadi bahan muhasabah untuk saudara/iku pembaca tulisanku hari ini. Moga kelak kita dalam naungan hidayah dan petunjuk dari-Nya dalam melangkahkan kaki menuju ridho-Nya. [El-Ahmady]

Wallahu A'lam Bishowab...