Bahan Bakar Kehidupan  

Posted by Unknown in

Bila dalam satu detik jantung berdenyut dua kali, berarti saya dapat mengibaratkan tubuh ini sebagai sebuah mesin kendaraan yang sangat kompleks yang memiliki bahan bakar alami: DENYUT JANTUNG. Jumlah denyut jantung yang diberikan kepada setiap insan di dunia ini telah ditetapkan besarnya. Tidak akan bertambah ataupun berkurang walaupun hanya satu denyutan. Layaknya ibarat mesin, bahan bakar dalam tanki penyediaan akan terus berkurang seiring dengan penggunaan kendaraan tersebut. Demikian pula dengan jumlah denyut jantung yang diberikan kepada kita. Dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun, bahan bakar "denyut jantung" tersebut menjadi semakin menipis persediaannya.

Seorang pemilik kendaraan yang bijak tentu akan mempergunakan bahan bakar tersebut dengan sebaik-baiknya. Yang akan mengantarkan sang pemiliknya ke tempat-tempat yang ditujunya. Lalu bila ada seorang pemilik kendaraan, yang hanya menghidupkan mesin kendaraannya di dalam garasi tanpa pernah dijalankan selama beberapa hari, sebutan apa yang dapat kita berikan kepadanya? Padahal sangat jelas bahwa fungsi kendaraan adalah untuk tujuan transportasi.

Demikian halnya kita sebagai hamba Allah SWT. Telah jelas bahwa maksud penciptaan diri manusia adalah semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT. Telah ditetapkan pula jumlah "persediaan bahan bakarnya". Lalu akan kita habiskan untuk apa "bahan bakar" ini? Apakah seperti orang bodoh yang membuang bahan bakar kendaraan dari tanki persediaan agar nantinya menguap hilang dengan sendirinya, seperti orang-orang yang berkata "hanya untuk sekadar menghabiskan waktu" dengan melakukan hal yang sia-sia, menguap hilang tanpa ada bekas.

Demam Yang Diharapkan  

Posted by Unknown in

Sajian Utama majalah SWA Sembada edisi saat ini (29 April - 12 Mei 2004) membahas materi yang sungguh menarik saya. Judul sajian utama itu ialah "Demam yang Sungguh Menggairahkan". Demam apakah itu? Yah, demam profesi entrepreneur.

Padahal diantara mereka banyak yang lulusan luar negeri seperti Amerika Serikat dan Australia, yang katanya akan mudah mencari kerja. Sementara ada juga sebagian lainnya lagi yang sudah menjadi profesional muda kemudian banting setir menjadi pengusaha muda.

Saya sendiri menyambut baik keberanian mereka untuk meninggalkan zona nyaman, karena semakin banyak orang yang berwiraswasta akan semakin terbuka lapangan kerja bagi pengangguran Indonesia yang konon sudah mencapai 40 juta orang. Belum lagi dengan pertumbuhan ekonomi seperti saat ini pengangguran akan bertambah sekitar 1 juta orang pertahun ditambah angkatan kerja baru yang baru saja lulus.

Apakah itu motivasi mereka? Mungkin saja, diniatkan maupun tidak, dampak positif dari demam ini akan bermanfaat. Salah satu motivasi mereka adalah "kepuasan pribadi", mereka senang jika bisa melakukan apa yang menurut orang lain tidak bisa mereka lakukan, dengan kata lain, anak muda memang suka tantangan.

Mudah-mudahan demam mereka bisa menular kepada orang lain sehingga masalah pengangguran bisa teratasi. Jika seandainya anggota BMMI memiliki karyawan 5 orang saja, tentu saja sudah bisa membantu 5 X 1.300 = 6.500 orang. Jumlah tersebut akan cukup berarti dalam mengatasi masalah pengangguran. Jika Anda merasa tidak muda lagi, saya yakin jiwa muda Anda yang penuh semangat masih ada di dada Anda.

Bukan Sekedar Harta  

Posted by Unknown in



Hidup dengan uang melimpah, deposito yang cukup untuk tujuh keturunan, seperti menjanjikan sebuah hidup yang enak, serba bisa dan memiliki kuasa. Hal inilah yang banyak menjadi motivasi banyak orang untuk bekerja membanting tulang, pergi pagi pulang malam, bahkan sikut sini sikat sana. Yang menjadi pertanyaan, apakah dengan kekayaan melimpah menjamin kehidupan yang enak?

Jawabannya sudah pasti tahu semua. Tidak, kekeyaan tidak menjamin hidup enak dan bahagia. Hal inilah yang sering dijadikan alasan oleh sebagian orang untuk tidak kerja keras. Sekali lagi muncul pertanyaaan, betulkah kita tidak perlu kerja keras untuk mendapatkan harta yang banyak?

Betul harta yang melimpah tidak menjamin kebahagiaan, namun jangan lupa bahwa dengan kekayaan kita mempunyai berbagai kekuasaan. Sementara kekuasaan menyebabkan kemenangan. Dengan uang Anda mempunyai kekuasaan untuk menyantuni anak yatim yang banyak. Dengan harta anda mempunyai kekuasaan untuk memajukan pendidikan uang sudah jauh tertinggal. Dengan rupiah Anda mempunyai kekuasaan untuk memberi makan. Bukankah kekuasaan seperti ini bisa memberikan kebahagiaan?

Yang terpenting, jangan menjadikan bahwa uang adalah segala- galanya dalam hidup Anda. Kekayaan bukan hanya rupiah, dolar atau emas. Kekayaan adalah kemauan Anda memberi, kekayaan Anda adalah teman yang dimiliki, kekayaan Anda adalah kepuasaan mendapatkan apa yang Anda inginkan, kekayaan adalah kepuasaan melalui tantangan, kekayaan adalah kebaikan dan kebajikan yang Anda kumpulkan selama ini, kekayaan adalah ......

Kesimpulannya adalah bahwa jika Anda suka uang, hendaklah ditambah dengan kekayaan yang lain, yang menjadikan uang Anda menjadi alat untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Apa yang harus ditambahkan? Akhlaqul Karimah.

Uang + Ahklaqul Karimah akan menjadi modal yang sangat berharga baik untuk Anda sendiri, maupun untuk kemajuan Umat Islam. Kejarlah keduanya.

"Jangan Takut Gagal"  

Posted by Unknown in




Resiko Selalu ada, Setiap yang kita lakukan adalah mengandung resiko. Mulai dari memasak, ada resikonya. Coba saja kita lihat resiko dari memasak. Pertama resiko gosong, resiko tidak enak, resiko ada racunnya, resiko tidak sehat, bahkan resiko kebakaran. Lalu apakah Anda tidak akan masak?

Naik angkotpun mengandung resiko. Resiko kecopetan dan resiko kecelakaan. Apakah Anda tidak akan naik angkot? Tidak karena saya punya mobil, apakah mengendarai mobil sendiri tidak ada resikonya? Bahkan jalan kakipun tetap mengandung resiko, lalu apakah Anda tidak akan keluar rumah?

Memasak dan mengendarai kendaraan juga mengandung resiko, bahkan sampai resiko kehilangan nyawa. Tetapi semua orang melakukannya. Kenapa? Karena kita semua membutuhkannya, jadi dengan "terpaksa" kita melakukannya bahkan setiap hari.

Ketakutan Hanya Membatasi
Coba bayangkan jika Anda takut dengan resiko memasak dan menaiki kendaraan. Anda akan sangat terbatasi, sulit melakukan berbagai hal yang sangat vital bagi kehidupan Anda.

Begitu juga, dengan ketakutan-ketakutan yang lainnya akan membatasi Anda untuk melakukan berbagai hal yang sangat berarti bagi Anda. Orang tidak akan mau berbisnis karena takut akan gagal sehingga uangnya akan hilang, dia tidak akan mendapatkan uang dari berbisnis. Seorang penjual yang takut akan ditolak, dia tidak akan mendapatkan seorang pembeli.

Napoleon Hill dalam bukunya Think and Grow Rich mengatakan: "Rasa takut ini melumpuhkan kemampuan pertimbangan akal, merusak kemampuan imajinasi, membunuh rasa percaya pada diri sendiri, merongrong antusiasme, melemahkan inisiatif, menuju ketidak pastian mengejar sasaran, mendorong kebiasaan menunda- nunda, menghapus semangat, dan membuat kontrol atas diri sendiri jadi mustahil.

Rasa takut merenggut pesona dari kepribadian seseorang, menghancurkan kemungkinan kemungkinan pemikiran yang akurat, mengalihkan konsentrasi ats upaya; rasa takut mengalahkan ketekunan, mengubah kekuatan kemauan menjadi hal yang tidak ada artinya, membinasakan ambisi, mengaburkan ingatan, dan mengundang kegagalan dalam setiap bentuk yang bisa dipikirkan; rasa takut membunuh cinta dan mematikan emosi hati yang lebih halus, menghambat persahabatan dan mengndang bencana dalam seratus bentuk, mengakibatkan orang tidak bisa tidur, mendatangkan kesengsaraan dan ketidakbahagiaan---dan semua ini terjadi walaupun ada kenyataan bahwa kita hidup dalam dunia yang penuh keberlimpahan apa saja yang diinginkan orang tanpa ada yang menghalangi kita mendaptakan apa yang kita inginkan, kecuali kurangnya tekat yang pasti."

Jangan Biarkan Rasa Takut Bersama Anda.
Rasa takut bisa dihindari. Menjadi orang berani bisa dipelajari. Anda pun bisa, semua orang bisa, termasuk Anda.

Bayaran Untuk Sukses  

Posted by Unknown in

Segala sesuatu yang kita kejar selalu menuntut bayaran. Hal yang paling umum yang diperlukan saat mengejar cita-cita ialah mengganggu zona nyaman. Zona nyaman Anda akan terusik atau bahkan harus Anda tinggalkan terlebih dahulu.

Saat Anda ingin sukses di karir Anda, Anda harus meninggalkan zona nyaman Anda untuk bekerja dengan santai. Anda harus mau berkorban memberikan lebih dari yang diminta oleh bos atau atasan Anda. Anda harus meninggalkan ngobrol yang banyak disela kerja Anda untuk memanfaatkan waktu seoptimal mungkin. Mungkin Anda perlu pulang kerja sedikit terlambat dari jadwal yang telah ditentukan.

Saat Anda ingin sukses dalam olahraga. Anda harus bersedia meninggalkan kenyamanan Anda diganti dengan latihan berat yang harus Anda lakukan setiap hari. Lihatlah atlet-atlet yang akan berjuang di piala Thomas dan Uber, mereka berlatih setiap hari dan memakan waktu berjam-jam setiap harinya dengan waktu libur yang sempit.

Jika kita menginginkan sesuatu tanpa suatu kerja keras, tanpa suatu pengorbanan, tanpa melalui kesulitan, tanpa melalui pengambilan resiko, dan sebagainya, itu seperti mimpi disiang bolong yang tidak ada artinya. Pengejaran selalu diiringai keringat yang membasahi tubuh Anda.

Hal inilah yang sering menyebabkan orang enggan meraih prestasi tinggi. Bukan prestasi tinggi yang dia enggani, tetapi mereka enggan untuk meninggalkan zona nyaman mereka. Banyak yang sering berdalih kalau mereka sudah puas dengan kehidupan mereka. Yah, mungkin saja banyak yang sudah puas dengan kehidupan diri sendiri, namun mereka melupakan bahwa yang perlu diperjuangkan bukan hanya kehidupan diri mereka sendiri saja.

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin."
(QS Al Maa'uun: 1-3)

Rangkaian Utama Meraih Sukses  

Posted by Unknown in

Bermimpilah yang tinggi, tetapi bukan sekedar mimpi. Tidak akan berguna mimpi yang indah atau mimpi yang luhur jika tanpa tindakan untuk memulai meraih mimpi tersebut. Mimpi memang sangat perlu untuk memlihara gairah hidup dan kemajuan, tetapi mimpi tanpa disertai tindakan hanyalah seperti pepesan kosong belaka.

Belajarlah tiada henti. Belajar adalah salah satu modal sukses bagi setiap orang. Sering orang mengatakan tidak bisa tanpa pernah belajar. Jika saat ini masih banyak yang belum Anda kuasai, sudahkah Anda belajar? Namun belajar tidak akan ada gunanya, meskipun seberapa lama Anda belajar, seberapa tinggi ilmu Anda, dan seberapa komplek ilmu Anda, tanpa disertai aplikasi dari ilmu tersebut.

Jangan hanya asik dengan belajar, mencari strategi yang jitu agar Anda bisa sukses cepat. Karena suatu strategi bisa diketahui jitu jika kita telah mengaplikasikan strategi tersebut, bahkan keadaan lapangan bisa berbeda dengan teori. Teori memang perlu, belajar memang perlu, tetapi mengaplikasikan teori yang telah kita pelajari itu lebih perlu.

Aplikasi atau tindakanlah yang membuat orang sukses, tentu saja setelah mimpi yang tinggi dan ilmu yang mencukupi. Tindakanlah yang membedakan antara orang yang sukses dengan pemimpi disiang bolong. Tindakanlah yang akan memberi makna terhadap ilmu yang Anda miliki.

Tindakan bukan sembarang tindakan, tindakan yang diperlukan untuk sukses adalah tindakan yang kontinyu penuh komitment. Tindakan yang cerdas bukan hanya keras, tindakan yang dilandasi dengan strategi jitu yang sudah kita susun, dan tindakan dengan determinasi yang tinggi tanpa kenal henti seperti yang telah dilakukan oleh para mujahid kita dalam berjihad membela agama kita.

Waktu Adalah Pahala  

Posted by Unknown in

Oleh Rahmat*

Jika orang lain mengatakan bahwa waktu adalah uang, kita sebagai umat Muslim menganggap bahwa waktu bukan hanya sekedar uang, tetapi waktu adalah pahala. Waktu kita adalah hidup kita, sementara tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah, seperti firman Allah SWT pada Al Quran:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS:Adz Dzaariyaat:56).

Jadi jangan biarkan waktu kita dalam kekosongan, apalagi waktu kita diisi dengan kemaksiatan. Kekosongan waktu saja sudah merugikan kita karena kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala, apalagi jika waktu kita diisi oleh kemaksiatan.

Jadi jangan biarkan waktu berlalu begitu saja, hal seperti ini sangat dibenci oleh salah seorang sahabat utama Rasulullah SAW yaitu Umar bin Khathab -- semoga Allah ridha kepadanya-- berkata:

"Sesungguhnya aku benci jika melihat salah seorang diantara kamu berpangku tangan, tanpa amal, baik dunia maupun akhirat."

Maka jangan ditunda lagi, segera laksanakan rencana Anda, jangan menunggu besok apa lagi minggu depan, jika kita bisa melakukan sekarang maka lakukanlah, jika tidak ada maka carilah apa yang bisa dilakukan, jika masih tidak bisa isilah kekosongan waktu tersebut dengan hal yang bermanfaat, misalnya dengan membaca buku. Tentu saja tidak lupa dengan ibadah-ibadah utama lainnya.

Sedetik waktu terlewat, tidak akan pernah bisa kembali. Maka jangan sia-siakan waktu yang kita miliki. Pernahkan Anda mengenang waktu yang sudah lewat? Tahunan waktu yang sudah lewat seperti hanya sebentar, oleh sebab itu kita sering mendengar ungkapan, "seperti baru kemarin".

Oleh karena itu ada baiknya kita mengikuti apa yang dikatakan Ibnul Qayyim al Jauziah :

"Orang yang berakal adalah tahu bahwa dunia ini tidak diciptakan hanya untuk mencari kesenangan di dalamnya; karenanya, dalam kondisi apapun ia harus konsisten dalam menggunakan waktunya secara tepat."

Tugas Dan Peran Manusia  

Posted by Unknown in

Manusia dengan makhluk Allah lainnya sangat berbeda, apalagi manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, salah satunya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk penciptaan, namun kemuliaan manusia bukan terletak pada penciptaannya yang baik, tapi tergantung pada; apakah dia bisa menjalankan tugas dan peran yang telah digariskan Allah atau tidak, bila tidak, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka dengan segala kesengsaraannya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS 95:4-6).
Paling kurang, ada tiga tugas dan peran yang harus dimainkan oleh manusia dan sebagai seorang muslim, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tapi menjalankannya dalam kehidupan ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dengan baik dan menyenangkan.

BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT

Beribadah kepada Allah Swt merupakan tugas pokok, bahkan satu-satunya tugas dalam kehidupan manusia sehingga apapun yang dilakukan oleh manusia dan sebagai apapun dia, seharusnya dijalani dalam kerangka ibadah kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku (QS 51:56).

Agar segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah Swt, maka paling tidak ada tiga kriteria yang harus kita penuhi. Pertama, lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah Swt dan ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena meskipun apa yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya sebagai sesuatu yang berat, apalagi amal yang memang sudah ringan. Sebaliknya tanpa keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa menjadi berat, apalagi amal yang jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang terasa sangat berat untuk mengamalkannya.

Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara yang benar, bukan membenarkan segala cara. sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah Swt, maka tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap ridha Allah Swt dan ini akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang terjadi, maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan, terutama kesulitan dari dalam diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-hambatan itu seringkali terjadi karena manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain yang justeru bertentangan dengan ridha Allah Swt.



KHALIFAH ALLAH DI MUKA BUMI

Nilai-nilai dan segala ketentuan yang berasal dari Allah Swt harus ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini. Untuk menegakkannya, maka manusia diperankan oleh Allah Swt sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi ini untuk menegakkan syariat-syariat-Nya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS 2:30).

Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, maka manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang sangat mendasar untuk bisa diterapkan dan tanpa kebenaran, keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikajn kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan (QS shad:26).

Untuk bisa memperoleh kehidupan yang baik di dunia ini, salah satu yang menjadi penopang utamanya adalah penegakkan hukum secara adil sehingga siapapun yang bersalah akan dikenai hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang sangat ditekankan oleh Allah Swt kepada manusia sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS 4:58).

Mengingat keadilan begitu penting bagi upaya mewujudkan kehidupan yang baik, kerharusan berlaku adil tetap ditegakkan meskipun kepada orang yang kita benci sehingga jangan sampai karena kebencian kita kepadanya, keadilan yang semestinya ia nikmati tidak bisa mereka peroleh. Manakala keadilan bisa ditegakkan, maka masyarakat yang bertaqwa kepada Allah Swt cepat atau lambat akan terwujud, Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS 5:8).



MEMBANGUN PERADABAN

Kehidupan dan martabat manusia sangat berbeda dengan binatang. Binatang tidak memiliki peradaban sehingga betapa rendah derajat binatang itu. Adapun manusia, dicipta oleh Allah Swt untuk membangun dan menegakkan peradaban yang mulia, karenanya Allah Swt menetapkan manusia sebagai pemakmur bumi ini, Allah berfirman yang artinya: Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya (QS 11:61).

Untuk bisa membangun kehidupan yang beradab, ada lima pondasi masyarakat beradab yang harus diwujudkan dan diperjuangan pelestariannya, yaitu: Pertama, nilai-nilai agama Islam yang datang dari Allah Swt, Kedua, akal yang merupakan potensi besar untuk berpikir dan merenungkan segala sesuatu. Ketiga, harta yang harus dicari secara halal dan bukan menghalalkan segala cara. Keempat, kehormatan manusia dengan akhlaknya yang mulia yang harus dijaga dan dilestarikan. Dan Kelima, keturunan atau nasab manusia yang harus jelas sehingga dalam masalah hubungan seksual misalnya, manusia tidak akan melakukannya kepada sembarang orang.

Manakala manusia tidak mampu membangun peradaban sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah Swt, maka martabat manusia akan menjadi lebih rendah dari binatang, hal ini karena manusia bukan hanya memiliki potensi fisik yang sempuna dibanding binatang, juga manusia punya botensi berpikir dan mendapat bimbingan berupa wahyu dari Allah Swt yang diturunkan kepada para Nabi. Dalam kaitan kemungkinan manusia menjadi lebih rendah atau lebih sesat dari binatang, bahkan binatang ternak dikemukakan oleh Allah Swt dalam firman-Nya yang artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS 7:179).

Dari keterangan di atas menjadi jelas bagi kita bahwa kemuliaan manusia sangat tergantung pada, apakah ia bisa menjalankan tugas dan perannya dengan baik atau tidak, bila tidak, maka kemuliaannya sebagai manusia akan jatuh ke derajat yang serendah-rendah dan ia akan kembali kepada Allah dengan kehinaan yang sangat memalukan dan di akhirat, ia menjadi hamba Allah yang mengalami kerugiaan yang tidak terbayangkan.

Terbentuknya Masyarakat Satu Tubuh  

Posted by Unknown in

Pengertian Masyarakat :
Allah SWT menciptakan manusia dengan karakter-karakter yang khas, antara lain memiliki naluri mempertahankan diri. Salah satu manifestasi dari naluri tersebut adalah berkumpulnya manusia satu sama lain. Hanya saja, ketika manusia berkumpul dan bertemu belum bisa disebut sebagai suatu masyarakat (mujtama) jika individu-individunya tidak membentuk hubungan atau interaksi (‘alaqat). Kumpulan tersebut hanya sekedar kelompok (jama’ah).
Menurut Taqiyuddin an Nabhaniy dalam kitab ad Daulah al Islamiyah hal 52, interaksi tersebut tidak akan membentuk satu masyarakat kecuali dengan terjadinya kesatuan pandangan pada individu-individu di masyarakat tersebut terhadap hubungan tersebut dengan mempersatukan pemikiran mereka, adanya kesatuan snang dan bencinya mereka terhadap hubungan itu dengan mempersatukan perasaan mereka, dan adanya kesatuan dalam cara pemecahan persoalan-persoalan interaksi tersebut dengan cara mempersatukan peraturan yang memecahkan permasalahan mereka. Oleh karena itu, suatu masyarakat terbentuk dengan adanya interaksi antara individu-individu (al afraad) dalam suatu kelompok manusia yang memiliki kesatuan pemikiran (wahdatul afkar), kesatuan perasaan (wahdatul masya’ir), dan kesatuan peraturan (wahdatul nizham).
Dalam kitab Mitsaaqul Ummah hal 43-44 disebutkan bahwa dengan pengertian masyarakat diatas kita dapat mengetahui adanya ragam masyarakat yang saling berbeda lantaran perbedaan pemikiran, perasaan, dan aturan yang mereka miliki. Jadi suatu masyarakat bisa disebut masyarakat Kapitalis ketika memiliki kesatuan perasaan, pemikiran, dan peraturan yang kapitalis begitu pun dengan masyarakat Komunis. Sedangkan Masyarakat Islam (al Mujtama’ al Islami) adalah suatu masyarakat yang terdiri dari kaum muslimin yang berinteraksi secara kontinue (‘alaqat daa-imiyah) mereka senantiasa diwarnai dengan pemikiran Islam (al afkaar al Islamiyah), perasaan-perasaan Islami (al Masyaa’ir al Islamiyah), dan peraturan-peraturan Islam (al anzhimah al Islamiyah).
Muhammad Husain Abdullah dalam kitabnya Mafahim Islamiyah menulis bahwa suatu masyarakat bisa diklasifikasikan ke dalam dua jenis :
1. Masyarakat Yang Unik, adalah masyarakat yang terbentuk dari individu-individu, pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran yang berasal dari satu jenis, masyarakat ini hanya akan terwujud bila individunya berpegang kepada mabda (aqidah yang melahirkan berbagai pemikiran dan peraturan) yang satu. Seperti masyarakat Islam, Masyarakat Komunis, dan Masyarakat Kapitalis.
2. Masyarakat Yang Tidak Unik, adalah masyarakat yang terbentuk dari individu, pemikiran, perasaan dan aturan yang bukan dari satu jenis, masyarakat yang seperti ini bisa dikatakan sebagai masyarakat yang amburadul karena tidak berpegang kepada satu mabda dari tiga mabda yang ada, akan tetapi disandarkan pada sesuatu yang lain, seperti negaranya, kaumnya atau yang lain.
Transformasi Masyarakat Islam
Masyarakat Islam di Madinah
Penduduk Madinah ada tiga golongan.
1. Pertama, kaum muslimin yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Dan ini merupakan kelompok mayoritas.
2. Kedua kaum musyrikin, orang-orang suku aus dan khazraj yang belum masuk Islam. Dan ini merupakan kelompok minoritas.
3. Ketiga kaum Yahudi yang terdiri dari empat kelompok, satu kelompok tinggal di Madinah yaitu Bani Qainuqa, dan tiga kelompok tinggak diluar kota Madinah yaitu Banu Nadlir, Banu Quraizhah, dan Yahudi Khaibar.
Sebelum Islam masuk ke Mainah, kelompok Yahudi ini merupakan masyarakat yang terpisah dari masyarakat Madinah. Pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan, serta pemecahan permasalahan mereka berbeda dari masyarakat Madinah. Oleh karena itu, meskipun mereka tinggal di dalam atau disekitar kota Madinah, mereka tidak dianggap sebagai bagian dari masyarakat Madinah.
Kaum Muhajirin berasal dari kota Mekah dan Anshar merupakan penduduk asli kota Madinah mereka dipersatukan oleh aqidah Islam dan Islam pun telah mempertautkan hati mereka. Oleh karena itu pemikiran dan perasaan mereka satu, serta tentunya interaksi diantara mereka diatur dengan syari’at Islam. Rasulullah saw. memulai langkah membangun masyarakat kaum muslimin tersebut dengan membentuk hubungan diantara mereka berdasarkan aqidah Islamiyah. Beliau menyerukan “gerakan persaudaraan” berdasarkan agama Allah (ukhuwah fillah) dengan mempersaudarakan dua orang-dua orang, sebuah persaudaraan yang memberikan pengaruh nyata dan bisa dirasakan pada aktivitas muamalah mereka, harta mereka, dan segala aspek kehidupan mereka. Beliau mempersaudarakan diri beliau saw, dengan sahabat Ali bin Abi Thalib ra. sebagai dua orang yang bersaudara, beliau mempersaudarakan paman beliau Hamzah bin Abdul Muthalib r.a. dengan maula beliau Zad bin Haritsah r.a. dan sebagainya.
Dari segi materi, hubungan ini mempunyai pengaruh yang kuat. Para Anshar sangat dermawan kepada saudara mereka Muhajirin. Mereka memberikan uang dan berbagai pemberian lainnya, dan mereka bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Yang pedagang ditunjukkan kepada perdagangan, yang petani ditunjukkan kepada pertanian, dan semua ditunjukkan kepada pekerjaannya. Abdurahman bin Auf r.a. yang pedagang, mulai berdagang dengan menjuak keju dan mentega kemudian banyak sahabat yang mengikuti jejak Abdurrahman. Ini tentunya berpengaruh pada perdagangan mereka. Adapun Abu Bakar, Umar, dan Ali bin Abi Thalib mereka bergelut di bidang pertanian, dan mereka bertani di lahan yang diberikan oleh orang-orang Anshar. Rasulullah saw, bersabda :
“Siapa yang punya tanah hendaknya ia tanami, atau ia berikan kepada saudaranya”
(HR. Al Bukhari)
Mereka semua bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada waktu itu ada sekelompok orang yang disebut sebagai ahli shuffah. Mereka adalah sekelompok kecil yang tak punya harta dan pekerjaan serta tempat tinggal. Mereka ditempatkan di shuffah (suatu bagian di mesjid). Mereka mendapatkan bagian dari rizki Allah yang diperoleh kaum Muhajirin dan Anshar. Dengan demikian Rasulullah saw telah membentuk masyarakat klaum muslimin secara mantap dengan asas hubungan masyarakat yang kokoh. Masyarakat yang beliau bangun ini siap menghadapi kekufuran, Yahudi dan munafiq. Adapun orang-orang Musyrik, mereka tunduk dengan hukum Islam dan tidak lama kemudian keberadaan mereka pun hilang. Jadi tidak ada pengaruhnya dalam pembentukkan masyarakat. Sedangkan orang-orang Yahudi, sebelum datangnya Islam, mereka adalah masyarakat lain. Dan setelah Islam datang, semakin jelas perbedaan masyarakat Yahudi dengan Islam. Oleh karena itu, hubungan dengan mereka harus dibangun dengan suatu asas tertentu. Rasulullah saw. menentukan sikap kaum muslimin terhadap mereka dan menetapkan kepada mereka apa yang mesti mereka lakukan delam melakukan hubungan dengan kaum muslimin. Beliau saw. membuat satu pedoman di antara Muhajirin dan Anshar yang kemudian terkenal dengan “Piagan Madinah” yang didalamnya disebut tentang Yahudi dan menetapkan syarat-syarat tertentu kepada mereka. Dalam piagam tersebuit ditentukan hubungan antara qabilah-qabilah Yahudi dengan kaum muslimin setelah ditetapkan hubungan antara sesama kaum muslimin dan hubungan antara kaum muslimin dengan orang-orang yang mengikuti mereka.
Demikianlah masyarakat yang dibangun Rasulullah saw. Masyarakat yang kokoh dan aman dari segenap masyarakat tetangganya yang Yahudi. Kehidupan masyarakat Islam di Madinah bersifat kahs, berbeda peradabannya dari masyarakat lainnya, yakni mempunyai metode kehidupan yang tersendiri. Metode kehidupan dalam masyarakat Islam dapat disimpulkan menjadi tiga bagian :
1. Asas Pembangunan Peradaban adalah Aqidah Islamiyah
2. Standart perbuatan dalam kehidupan adalah perintah dan larangan Allah
3. Arti kebahagiaan dalam kehidupan masyarakat Islam adalah mendapatkan Ridla Allah semata.
Inilah metode kehidupan masyarakat yang ditempuh dan diperjuangkan kaum muslimin. Untuk mengokohkan kehidupan tersebut, dibutuhkan Daulah yang menerapkan aturan Islam dan melaksanakan hukum-hukumnya. Takkala kaum muslimin berpindak ke Madinah, mereka memulai kehidupan dengan warna khas tersebut, yakni kehidupan berasaskan Aqidah Islamiyah. Ayat-ayat Al-Quran pun turun menjelaskan hukum-hukum Allah dalam bidang Muamalah dan Uqubat. Hukum-hukum Ibadah yang belum turun pun turun. Diwajibkan zakat dan shaum pada tahun kedua Hijriah. Pada tahun itu pula disyari’atkan adzan sehingga seluruh penduduk Madinah mendengar adzan sebagai tanda diserukan shalat lima kali sehari. Tujuh belas bulan setelah tinggal di Madinah, qiblat pun dirubah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah di kota Mekah. Demikianlah secara berangsur-angsur turun ayat-ayat hukum dalam masalah ibadah, makanan, akhlaq, mu’amalat, dan uqubat. Ayat-ayat yang mengharamkan khamr, daging babi, riba dan lain-lain. Rasulullah pun merinci dan menjelaskan ayat-ayat yang turun berkaitan dengan pemecahan permasalahan kehidupan yang memenuhi kebutuhan dan kemaslahatan masyarakat, memutuskan perkara diantara mereka serta mengatur uruan mereka, dan memecahkan permasalahan mereka dengan ucapan-ucapan beliau dalam pembicaraan dengan mereka dan dengan perbuatan yang beliau lakukan, serta dalam pembicaraan dengan mereka dan dengan perbuatan yang beliau lakukan serta dengan diamnya beliau terhadap perbuatan-perbuatan yang terjadi di hadapan beliau, sebab ucapan, perbuatan dan diamnya beliau adalah syari'at’lantaran yang beliau ucapkan bukanlah dari hawa nafsu beliau melainkan wahyu semata. Allah SWT berfirman :
“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (al-quran) menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS. An-Najm 3-4)

Perkembangan Masyarakat Islam
Diawal pertumbuhannya masyarakat Islam di Madinah ini mengalami berbagai ujian dan cobaan, lebih-lebioh sifat masyarakat yang mengemban risalah Islam ini tidak statis, bahkan dinamis. Maksudnya unsur-unsur yang ada didalam masyarakat tersebut senantiasa berkembang dan menguat seiring dengan periode penurunan syari’at. Dalam interaksinya engan masyarakat luar baik di kota Madinah dan sekitarnya maupun dengan qabilah-qabilah diseluruh jazirah Arabiah, masyarakat yang dipimpin Rasulullah saw. ini menawarkan konsep masyarakat yang baru. Akhirnya pergulatan pemikiran, pertarungan politik dan benturan fisik pun tak terhindarkan. Sejarahpun mencatat debat antara kaum muslimin dengan masyarakat Yahudi dan Nashrani, perang Badar, Pengusiran Bani Qainuqa, persoalan-persoalan kaum munafiq didalam negeri, perang Ahzab, perjanjian Hudaibiyah, pengiriman utusan ke negara-negara tetangga, perang Khaibar, perang Mu’tah, penaklukan kota Mekah, perang Hunain dan perang Tabuk. itulah ujian dan cobaan dalam pertumbuhannya suatu masyarakat yang unik yang baru muncul di permukaan Bumi yang dalam tempo 10 tahun telah berkembang dari “negara kecil” yang hanya meliputi satu kota Madinah, menjadi “negara besar” baru yang meliputi seluruh jazirah Arabiyah.
Perang Tabuk menandai mantapnya negara baru tersebut dalam menjaga tapal batasnta. Lahirnya tentara Romawi dari Tabuk telah membikin kecut musuh-musuh Daulah Islamiyah. Negara baru tersebut semakin mantap setelah turunnya surat Bara’ah (at-Taubah) dimana kaum musyrikin yang masih menyembah berhala, dan melakukan haji dengan kemusyrikannya serta bertawaf dengan telanjang, mereka diberi tempo empat bulan untuk memilih masuk Islam atau mati. Dengan demikian bersihlah jazirah Arab dari noda-noda syirik dan negara baru yang ditegakkan dengan asas aqidah Islamiyah itu siap keluar dari jazirah Arab untuk mengemban da’wah Islam yang Universal itu ke seluruh duinia. Allah SWT berfirman :
“Tidaklah kami utus engkau melainkan sebagai basyir (pemberi kabar baik) dan nadzir (pemberi peringatan) untuk seluruh umat manusia” (QS. Saba’ 28)
Penaklukan demi penaklukan terjadi. Penaklukan yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah untuk menyebarkan da’wah Islam, bukan untuk menjajah dan mengeksploitasi bangsa-bangsa yang ditaklukan dan bukan dilakukan lantaran banyaknya kekayaan alam dari suatu negeri. Penaklukan dilakukan semata-mata hanya untuk menyampaikan risalah Islam, membebaskan bangsa-bangsa yang ditaklukan dari kehidupan mereka yang sulit dan dari sistem peraturan hidup mereka yang rusak. Oleh karena itu Penaklukan Islamiyah dilakukan tanpa mengenal kesulitan dan kemudahan, juga tanpa mengenal penolakan atau penerimaan penduduknya. Tanpa membedakan, antara penaklukan Mesir yang kaya raya dan begitu mudah ditaklukan dengan penaklukan Afrika Utara yang miskin, sulit ditaklukan, dan penuh kesulitan dalam menyebarkan Islam. Sebab penaklukan Islam hanya dilakukan demi da’wah Islam. Allah SWT telah menjelaskan sebab-sebab peperangan dan kewajiban jihad bagi kaum muslimin dalam ayat-ayatnya sebagai berikut :
“Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan ketaatan itu hanya untuk Allah semata.... “(QS. Al Baqarah : 193)
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah (gangguan) terhadap umat dan agama Islam dan supaya agama itu untuk Allah semata “ (QS. Al anfal : 39). Menurut An Nasafi dan Al Maraghi, maksud ayai ini adalah tegaknya agama Islam dan sirnanya agama-agama yang batil.
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberi al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk” (QS. At Taubah : 29)
Perlu kita ketahui, bahwa futuhat Islamiyah ini (penaklukan ) dilakukan oleh pasukan kaum Muslimin yang terdiri dari para ulama dan ahli-ahli dalam membaca Al-Quran dan menulisnya. Mereka juga disertai para ulama yang berpindah-pindah dari darul Islam ke negeri-negeri yang baru dibuka dengan tujuan untuk menyebarkan da’wah Islam. Oleh karena itu ke dalam negeri-negeri yang ditaklukan itu mereka membawa Al-Quran, As Sunah, dan bahasa Arab. Mereka mengajarkan Al Quran, Al Hadits, dan hukum-hukum Islam, oleh karena itu terjadi gerakan kultur Islam. Gerakan tersebut sangat berpengaruh pada penduduk negeri-negeri yang ditaklukan, meskipun mereka tidak dipaksa untuk masuk Islam. Namum karena kekuatan dan kebenaran mabda Islam, serta begitu jelasnya dan sederhananya aqidah Islam, mereka memasuki agama Allah secara berbondong-bondong. Dengan pengajaran tsaqafah Islamiyah yang dilakukan oleh para ulama, dan penerapan hukum Islam secara praktis. Bangsa-bangsa Persi, Mesir, Syam, Afrika Utara dan Spanyol yang tadinya memiliki kultur tertentu telah mengalami perubahan besar. Mereka yang tadinya berbeda-beda kebangsaan, bahasa, pandangan dan kebudayaan telah menyatu. Mereka bersatu padu menjadi satu umat yakni Umat Islam. Bahasa Arab pun menjadi bahasa persatuan mereka, sebab bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa Al Quran dan Al Hadits, serta bahasa pengantar yang digunakan oleh Daulah Islamiyah yang menerapkan satu hukum dan perundang-undangan yakni Syari’at Islam. Demikianlah umat Islam yang terdiri dari berbagai bangsa tersebut telah bersatu dalam cara berfikir dan cara memenuhi kebutuhan hidup mereka. Mereka memilki satu Aqliyyah Islamiyah (cara berfikir Islam) dan satu Nafsiyah yaitu Nafsiyah Islamiyah (sikap jiwa yang Islami).
Dengan demikian masyarakat yang tumbuh di Madinah dan Jazirah Arab itu, telah berkembang ke daratan Asia, Afrika, dan Eropa. Wilayah yang begitu luas itu, yang dihuni oleh manusia yang berbeda-beda warna kulitnya, bahasa aslnya, dan kesukuannya, serta kebangsaannya, kepercayaannya dan pemikiran sebelumnya, menjadi satu masyarakat yakni Masyarakat Islam yang memiliki kesatuan pemikiran, perasaan dan aturan yang Islami.

Kehancuran Masyarakat Islam
Masyarakat Islam mengalami kehancuran pada pertengahan abad 18 Masehi, yakni setelah terjadinya Perang Kebudayaan dan Kristenisasi. Setelah sekian lama kaum muslimm mengalami stagnasi lantara negara hanya memfokuskan diri dalam bidang militer, kurang memperhatukan bahasa Arab dan pengembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan, serta lantaran proses penjang kebekuan pemikiran lantaran adanya seruan-seruan penutupan pintu ijtihad (sejak abad 4 Hijriyah) dan mayoritas masyarakat pun bertaqlid, sebagian kaum muslimin, khususnya kalangan terpelajar, mulai terpesona dengan kemajuan Barat. Mereka pun mulai mengirimkan mahasiswa nya untuk belajar ke Eropa, ternyata para mahasiswa itu justru mengalami “keterpengaruhan budaya” karena menganggap kebudayaan Barat tersebut baik untuk umat Islam. Keterpengaruhan mereka itu mereka bawa pulang ke negeri-negeri Islam mereka yang masih di bawah naungan Daulah Utsmaniyah yang sedang sakit berat. Kondisi diperparah ketika mereka terpengaruh oleh kepemimpinan berfikir Barat, yakni suatu aqidah yang sangat bertentangan dengan aqidah Islam. Akibatnya, kalangan terpelajar itu mengatakan bahwa “Agama Islam wajib dipisahkan dari negara” sedangkan kalangan kaum muslimin yang tidak terpelajar mengatakan “jangan kalian masukkan agama itu ke dalam politik” Inilah yang terjadi pada masa-masa kemunduran masyarakat kaum muslimin diambang keruntuhan Daulah Khilafah Islamiyah Utsmaniyah.
Disamping berbagai kelemahan yang sudah ada, masuknya pengaruh Barat, terhentinya politik luar negeri Daulah Islan dan jihad fi sabilillah serta dimasukkannya sebagian perundangan Barat ke dalam perundangan Daulah Islamiyah akibat Daulah tersebut menerima syarat tersebut ketika masuk ke Liga Bangsa-Bangsa (LBB saat ini menjadi PBB) pada tahun 1856, dan juga adanya berbagai goncangan yang datang dari dalam maupun luar Daulah Islamiyah. Daulah Islamiyah semakin tersungkur ketika terjadinya Perang Dunia Pertama tahun 1917 dikalahkan oleh sekutu.
Daulah Islamiyah Utsmaniyah merupakan kelanjutan dari Daulah Islamiyah di masa Rasulullah saw., Khulafa-ur Rasyidin, Daulah Umayyah, dan Daulah Abasiyyah yang selama ini mempunyai masyarakat kaum muslimin yang Islami akhirnya runtuh pad Tanggal 3 Maret 1924 Masehi. Khalifah terakhir, Sultan Abdul Madjid diusir. Kekhilafahan pun diubah oleh Mustafa Kamal menjadi Republik Turki. Dan sekulerisasi di pusat Daulah Islamiyah itupun dilancarkan besar-besaran.

Masyarakat Islam setelah Runtuhnya Al Khilafah
Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah menyebabkan negeri-negeri Islam dikontrol dan diperintah langsung oleh para penjajah Barat. Mereka segera menerapkan sistem peraturan Barat yang kufur itu di negeri-negeri Arab dan wilayah Islam lainnya. Mereka pun menyusun kurikulum pendidikan yang mereka dasarkan atas peradaban dan kebudayaan mereka yakni “pemisahan agama dari kehidupan” yang konsekuensinya adalah pemisahan agama dari negara. Dengan pendidikan tersebut penjajah Barat menjadikan kepribadian mereka sebagai standart kebudayaan kaum muslimin. Penjajah Barat menjadikan peradaban mereka dan pemahaman-pemahaman hidup mereka, struktur negara mereka, sejarah, dan lingkungan mereka sebagai standart bagi kaum muslimin. Para penjajah itu bahkan memutar balikkan fakta sedemikian rupa, sehingga kaum muslimin menganggap mereka (para penjajah) mulia, bangsa teladan, dan sebuah kelompok yang kuat yang mau tidak mau kaum muslimin harus berjalan bersama mereka dalam menempuh kehidupan. Dengan cara-cara yang kotor mereka menyembunyikan tampang kalonialis mereka yang mempelajari suatu kebudayaan yang merusak. Mereka belajar bagaimana cara orang lain (Penjajah Barat) berfikir, akibatnya kaum muslimin menjadi lemah untuk belajar bagaimana mereka sendiri (kaum Mslimin) berfikir.
Pengaruh masuknya kebudayaan Barat itu tidak terbatas hanya kepada kalangan terpelajar saja, tapi merata kepada masyarakat scara umum. Mayarakat kaum muslimin pun diracuni oleh para penjajah Barat dengan paham kebangsaan, patriotisme, dan sosialisme serta paham-paham kedaerahan yang sempit. Juga masyarakat kaum muslimin diracuni dengan kemustahilan berdirinya Daulah Islamiyah dan kemustahilan persatuan dan kesatuan negeri-negeri Islam dengan adanya perbedaan kultur, penduduk, dan bahasa, sekalipun mereka merupakan suatu umat yang terikat dengan aqidah Islamiyah yang memancarkan sistem Islam selain itu mereka diracuni dengan konsep-konsep politik yang salah seperti “Kedaulatan di tangan rakyat” mereka juga diracuni dengan selogan-selogan yang kelitu seperti “Agama milik Allah dan tanah air milik Masyarakat” (lihat kitab at Takattul hal 14-15).
Akibat proses peracunan tersebut masyarakat di negeri-negeri Islam, termasuk negeri-negeri Arab, mengalami perubahan luar biasa, yang tadinya Islami menjadi tidak Islami, yang tadinya diliputi pemikiran-pemikiran Islam sepenuhnya menjadi mengadopsi banyak sekali pemikiran Barat. Perundangan Barat pun mereka terapkan dan perjuangkan. Sebagian besar negeri Arab dan Islam lainnya menerapkan sistem peraturan Barat. Negeri-negeri Arab yang justru sumbernya Islam ternyata mayoritas mereka meninggalkan hukum-hukum Islam. Dan mereka hanya menggunakan hukum Islam yang hanya berkaitan dengan masalah nikah, talak, cerai, rujuk dan sebagian kecil hukum Islam lainnya. Yang menerapkan hukum Islam yang agak uas hanyalah Arab Saudi. Namn untuk sistem pemerintahan Islam dan fiqih siyasah (politik), nampaknya para penguasa kaum muslimin itu sepakat untuk meninggalkan Islam.
Akhirnya Masyarakat kaum muslimin yang tadinya merupakan umat yang satu kini menjadi tercerai berai menjadi lebih dari 50 negara kecil-kecil yang telah kehilangan ciri khasnya seperti yang pernah digambarkan oleh Rasulullah saw sebagai berikut :
“Perumpamaan seorang mukmin didalam cinta dan kasih sayang seperti satu tubuh, jika mengeluh alah satu anggota tubuh, maka yang lain akan merasakan demam dan panas serta tak bisa tidur”. Justru masyarakat kaum muslimin yang kini jumlahnya lebih dari satu milyar itu bagaikan hidangan yang disantap dan diterkam oleh musuh-musuhnya. sebab mereka tidak menjadi masyarakat yang satu tubuh seperti masyarakat yang pernah ada dalam Daulah Islamiyah di masa Rasulullah saw sampai pada akhir hancurnya Daulah Islamiyah Utsmaniyah.

Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah dan Kedengkian Barat
Setelah hancurnya kekhilafahan terakhir Turki Utsmani pada tanggal 3 Maret 1924, maka lenyaplah Islam dari eksistensi politik dan sosial. Sementara itu, kafir penjajah secara terus menerus melakukan usaha penghancuran umat Islam. Mereka menghantam kesatuan umat dan daulah dengan terlebih dahulu membuat keraguan terhadap Islam. Barulah kemudian mereka membagi-bagi wilayah Daulah Islamiyah menjadi negeri-negeri Islam. Pemecahbelahan ini menyebabkan hilangnya harapan untuk mengembalikan sistem Kekhilafahan.
Setelah kehancuran Islam, kafir Barat menarik diri dari semua negeri Islam, tetapi mereka menempatkan penguasa Muslim menggantikan kedudukan mereka. Pengganti mereka itu ternyata jauh lebih kejam dan lebih bersemangat menghapus sistem Islam. Agar negeri-negeri Islam itu tetap cerai berai, dibuatlah ikatan persahabatan, hubungan ketetanggaan dan kebersamaan dalam kepentingan belaka. Ikatan inilah yang dijadikan media komunikasi di negeri-negeri Islam, menggantikan ikatan Keislaman.

Dilema Ukhuwah Islamiyah
Ikatan Ukhuwah Islamiyah akhirnya lenyap, dan tidak membekas pada individu, rakyat maupun negara. Orang faham dan maklum bagaimana hubungan antar Irak dengan Iran, Suriah dengan Turki, atau antara Mesir dengan Libia. Hubungan mereka tidak lagi berdasarkan ikatan keislaman, tetapi hanya sekedar ikatan persahabatan untuk kepentingan bersama. Kemudian sering terdengar cekcok diantara mereka tentang batas negara. Suriah menuntut Turki untuk mengembalikan daerahnya yang bernama Liwaul Iskandariyah, Iran menuntut Irak agar mengembalikan pulau-pulau Abi Musa, Tambul Besar dan Pulau Ton Kecil.
Itulah strategi “Memecah Belah” yang dilakukan kafir penjajah. Dengan cara demikian mereka berhasil membuat teritorial penguasaan dan pengawasan, berhasil menyulitkan usaha mengembalikan sistem Khilafah sekaligus membuat media dan ajang bertengkar diantara sesama muslim. Keadaan ini membuat kacau suasana karena setiap penduduk suatu wilayah menganggap bahwa negeri tempat mereka berpijak adalah satu-satunya wilayah dan tempat kepentingan mereka, lalu berusaha memisahkan diri dari wilayah lainnya. Usaha mengembalikan sistem Khilafah semakin sukar. Gambaran eksistensi khilafah satu-satunya Sistem Pemerintahan Islam yang mengayomi seluruh Muslim di Dunia, semakin kabur.
Usaha kafir enjajah telah berhasil menghilangkan ikatan keislaman ikatan seperti ini hanya terbatas dipraktekkan sebagian individu. Persatuan umat telah tercabik-cabik. Predikat Ummah yang dulu merupakan ikatan penghubung diantara rakyatnya, kini tidak ada lagi.
Allah SWT menjadikan orang-orang mukmin bersaudara. Hubungan mereka didasari Ukhuwah Islamiyah, sedangkan hubungan dengan orang kafir tidak boleh ada hubungan persaudaraan. Tidak ada hubungan persaudaraan kecuali hanya antar sesama Mukmin. Tidak ada hubungan persaudaraan antara orang kafir dengan orang Mukmin selama-lamanya. Sebab diantara mereka memang tidak ada tali penghubung, yakni tali Islam. demikian juga tidak ada hubungan persaudaraan berdasarkan garis keturunan selama seseorang tetap setia denga kekufurannya. Rasulullah saw. bersabda :
“Seorang mukmin adalah saudara mukmin yang lain. Maka tidak halal baginya menjual di atas perdagangan saudaranya dan melamar di atas lamaran saudaranya sebelum saudaranya itu meninggalkan lamarannya”(HR. Muslim dari Uqbah bin Amr)

Sabdanya lagi :
“Muslim itu adalah saudaranya muslim yang lain. (ia) tidak mendzolimi dan tidak pula menyerahkannya ke tangan musuh atau membinasahkannya. Apabila seseorang memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhan orang tersebut. Dan siapa yang membebaskan seorang Muslim dari kesulitan, maka Allah akan membebaskannya dari salah satu kesulitan di Hari kiamat. Juga sipa saja yang menutupi aib sesama Muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di Hari Kiamat nanti”
(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dari Ibn Umar)

Kemudian Sabdanya pula:
“Hai manusia, sesungguhnya Rabb kalian adalah satu dan bapak kalian juga satu. Tidak ada keutamaan orang ‘Ajam atas orang Arab. Tidak ada Keutamaan orang hitam di atas orang merah. Juga tidak ada keutamaan kulit merah atas orang kulit hitam kecuali teqwanya” (HR. Imam Ahmad)

Seluruh Hadits di atas menunjukkan bahwa satu-satunya ikatan penghubung antar Muslim adalah persaudaraan Islam. Islam adalah satu-satunya ikatan yang diwajibkan Allah SWT untuk seluruh manusia yang beriman, apakah orang Arab maupun bukan.
Islam menghancurkan ikatan kebangsaan dan kesukuan setiap bangsa yang memeluk Islam, menggantinya dengan ikatan persaudaraan Islam. Mereka bersatu dalam bahasa, tsaqafah, adat dan seluruh peraturan yang berlaku. Tetapi setelah Barat menyerang dan menguasai daerah-daerah Muslim, mereka hancurkan persatuan ummat dan negara. Mereka bangkitkan kembali di tengah kaum Muslimin fikrah Nasionalisme dan Patriotisme, adat, tradisi kuno, Kultur dan agama-agama kuno, seperti Asyiria, Barbaria, Persia, Budhisme, keberhalaan primitif dan lain-lain. Demikian juga kurikulum pendidikan di negeri-negeri Islam diberi landasan fikrah dan pandangan tentang kehidupan, kebudayaan dan peraturan Barat. Sungguh tragis, kita telah kembali ke zaman sebelum Islam.
Malapetaka ini telah menyebabkan kepunahan Daulah Islamiyah dan menghapuskan umat Islam ke arah kemusnahan. Mereka juga mencegah Kaum Muslimin bersatu berdasarkan Islam dibawah naungan Daulah Islamiyah. Padahal Islam mewajibkan kauk Muslimin mengembalikan sistem kekhilafahan sebagaimana Islam mewajibkan pula menghilangkan perpecahan serta memerintahkan untuk bersatu. Sekarang, seluruh kaum Muslimin tidak menyadari hakekat penyesatan berfikir yang dilakukan Barat dan para penguasa boneka mereka.
Kini telah tiba saatnya mencabut fikrah-fikrah Barat, semisal Liberalisme, Sekulerisme,Sosialisme dan Komunisme. Sudah saatnya mengganti fikrah-fikrah sesat tersebut dengan fikrah Islam dan Ikatan keislaman yang dikehendaki Allah SWT yaitu ikatan persaudaraan Islam.
Ikatan inilah yang dapat mengembalikan persatuan ummat, negara dan seluruh generasi manusia. Bagi Muslimin, tidak ada kemuliaan, kesenangan, kesejahteraan batin dan rasa aman kecuali dengan Islam dan hidup di bawah naunagan Islam.

Manifestasi Ukhuwah Islamiyah

Kesatuan Umat dan Daulah
Salah satu manifestasi ukhuwah Islamiyah yang paling penting adalah persatuan antar bangsa-bangsa Islam di seluruh muka bumi. Persatuan ini dianggap sebagai satu teritorial dan sat negeri. Bila mereka berpindah dari satu negeri Muslim ke negeri Muslim yang lainnya tidak dianggap keluar negeri atau menjadi orang asing. Sebab, negeri Islam manapun merupakan milik kaum Muslimin seluruhnya.
Memecah belah negeri-negeri Muslim atau meletakkan garis batas antara negeri-negeri tersebut adalah haram. Masuknya seorang Muslim ke negeri Islam lainnya tidak memerlukan visa atau paspor. Inilah yang pernah dilaksanakan dulu oleh Daulah Islamiyah. Allah SWT berfirman :
“Dan ingatlah akan nikmat Allah yang diberikan padamu tatkala kalian pernah bermusuhan, lalu Kami persatukan hatimu. Dan atas nikmat Allah kamu menjadi saudara” (QS. Ali Imran : 103)

Sabda Rasulullah:
“Akan terjadi fitnah di masa mendatang,oleh karena itu siapa saja yang berusaha memecahbelah umat Islam (pada saat itu keadaan mat bersatu), maka pancunglah kepalanya, siapapun orangnya” (HR. Muslim)

Mempertahankan Negeri Islam
Ukhuwah Islamiyah menonjol ketika musuh dari negeri-negeri lain berkomplot untuk menyerang Islam. Pada saat tersebut kaum Muslimin bersatu mempertahankan negeri khilafahnya. Begitu musuh hendak merampas sebagian wilayah mereka, maka mereka telah bersiap diri memasuki kancah peperangan, betapapun lamanya, seperti yang mereka lakukan ketika terjadi perang salib yang berlangsung selama 200 tahun sampai mereka berhasil mendobrak kaum salib dari Palestina.
Sekarang tidak ada lagi semangat mempertahankan negeri-negeri Islam. Terhadap pendudukan Yahudi di Palestina, Rusia di Afganistan, mereka diam. Padahal jihad terhadap orang-orang kafir dan mempertahankan negeri Islam adalah wajib bagi umat di setiap zaman meskipun penguasanya baik atau buruk, Allah SWT berfirman:
“Jika kamu tidak mau berperang atau tidak mau ke medan perang, maka pasti didatangkan azab yang pedih, dan engkau / kaummu akan diganti dengan kaum lain. Hal ini tidak akan merugikan Allah sama sekali. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
(QS. At Taubah : 39)
FirmanNya yang lain:
“Bunuhlah mereka (orang-orang kafir) dimana saja mereka berada dan usirlah mereka sebagaimana mereka pernah mengusirmu dahulu” (QS.Al Baqarah : 191)
Kedua ayat diatas menunjukkan bahwa Rasulullah saw dan para pengikutnya telah berperang melawan qabilah-qabilah yang menentang Daulah Islamiyah dalam perang Ahzab, meskipun kekuatan musuh saat itu tiga kali lipat kekuatan kaum Muslimin. Itulah yang terjadi pada hari-hari pertama berdirinya Daulah Islamiyah di Madinah. Hal itu mungkin terjadi lagi bila Daulah Islamiyah berdiri di masa depan. Setiap Muslim wajib membela khilafah, sebab khilafah ini pasti terancam oleh gabungan kekuatan kafir, juga para penghianat yang muncul dari kalangan Muslimin sendiri.

Amar Ma’ruf Nahi Mungkar
Ukhuwah Islamiyah biasanya muncul pada saat anggota masyarakat melaksanakan kewajiban dan tuntutan untuk berpegang teguh kepada Syari’at Islam, yaitu seruan “amar ma’ruf nahi mungkar”. Tuntutan tersebut bisa dilakukan oleh anggota atau kelompok masyarakat. Mereka malakukan kritik manakala penguasa buruk menerapkan Syari’at Islam atau berkhianat terhadap penerapan Aturan Islam, yakni dengan cara menerapkan aturan yang bukan Islam, atau berkhianat terhadap umat dengan memberikan kesempatan orang-orang kafir berkuasa diatas umat.
Kritik semacam itu sering muncul pada abad-abad pertama. Umat Islam berdiri di hadapan penguasa dengan berani menasehati pada setiap kali melihat pemimpinnya menyimpang, berkhianat atau menerapkan hukum-hukum kufur. Tindakan yang sama juga dilakukan seorang Muslim yaitu menasehati kawannya sesama Muslim setiap melihat saudaranya itu keluar dari ketentuan hukum Islam.
Islam selalu menganjurkan untuk mengubah kemungkaran dengan amar am’ruf nahi mungkar, serta mengamati penerapan hukum Islam di dalam masyarakat dan negara Allah SWT berfirman:
“Orang-orang Mukmin dan orang-orang Mukminat adalah wali satu sama lain, mereka menyuruh pada kebaikan dan melarang perbuatan munkar, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu adalah orang-orang yang akan diberi Rahmat oleh Allah” (QS.At Taubah : 71)
Rasulullah bersabda :
“Tegakkanlah amar ma’ruf nahi munkar dan tuntunlah para penguasa yang zalim, doronglah mereka kepada yang hak. Paksalah mereka berbuat yang hak, jika tidak, maka Allah AWT akan memecahbelah hatimu dan akan merasakan adzab” (HR. Tirmidzi)

Tolong Menolong dengan Sesama Muslim
Diantara realisasi ukhuwah Islamiyah adalah muwalahnya (tolong menolong) orang-orang muslim satu sama lain. Mereka muwallah terhadap orang-orang kafir baik secara individu mapun dengan mengangkat menjadi pemimpin. Tiap individu tidak mengambil wali dari orang-orang kafir dalam setiap jenis perwalian, sehingga ia tidak terjerumus untuk saling tolong menolong dan bantu membantu dengan orang-orang kafir.
Adanya muwallah sesama Muslim, akan menyebabkan bahu membahu dalam mengemban risalah Islam atau memerangi orang-orang kafir dan munafiq. Demikian pula orang-orang Muslim tidak akan memasukki medan perang antar sesama Muslim yang mengancam jiwa sesama Muslim
Diantara contoh muwallah sesama muslim adalah adanya persahabatan dan saling membantu antar sesama. Ia tidak mencintai orang kafir atau menjadikannya sahabat, sebab Allah SWT dengan jelas mengharamkan mengambil orang kafir sebagai wali. Firman Allah SWT:
“Berilah kabar gembira kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan menerima azab pedih, yaitu mereka yang telah mengambil orang-orang kafir sebagai wali mereka bukannya orang-orang Mukmin. Apakah mereka itu menghendaki kemuliaan padahal seluruh kemuliaan itu ada di Tangan Allah” (QS. An Nisaa : 138-139)
Rasulullah saw bersabda :
“Orang Mukmin dengan sesama Mukmin adalah seperti bangunan yang saling memperkuat”(HR. Bukhari dan Muslim)
Sabdanya yang lain:
“Muslim itu saudaranya Muslim lainnya, tidak mendzoliminya, tidak menghinanya dan tidak mencelanya”(HR. Bukhari dan Muslim)
Isi hadits juga ditunjukkan kepada para penguasa muslim yang mempunyai kewajiban melindungi umatnya, atau meminta pertolongan kepada umatnya untuk menangkal serangan musuh, bukan sebaliknya, meminta tolong kepada musuh untuk menghantam umatnya. Tidak dibenarkan para penguasa menzalimi orang-orang Muslim, menghina atau membiarkannya di bawah kekuasaan orang-orang kafir.

Tidak Melanggar Kehormatan Sesama Muslim
Sesungguhnya jiwa seorang Muslm memiliki kehormatan yang tidak boleh dilanggar dalam keadaan bagaimanapun, sebagaimana halnya keselamatan harta dan kehormatan mereka. Siapa saja yang mengi’tikadkan bahwa setiap muslim adalah saudaranya, mustahil ia melanggar hak saudaranya, seperti membunuh, menuduh, memarahi, menggunjing, menghina, menipu, memata-matai dan lain sebagainya. Sebab, Islam telah mengharamkan melanggar kehormatan kaum muslim sebagaimana firman Allah SWT:
“Siapa saja membunuh seorang muslim dengan sengaja, maka ganjarannya adalah jahanam. Ia kekal di sana dan Allah murka serta menjanjikan mereka adzab yang pedih”
(QS. An Nisaa : 93)

FirmanNya yang lain:
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak berprasangka karena sebagian dari prasangka adalah dosa, dan jangan saling memata-matai, dan jangan saling menggunjung. Apakah kamu suka makan bangkai saudaramu yang mati? Maka tentulah kamu merasa jijik. Bertaqwalah kapada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujurat : 12)

FirmanNya yang lain :
“Dan mereka yang telah menuduh orang-orang suci berbuat zina kemudian tidak mampu mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka dengan 80 kali deraan. Kemudian jangan lagi diterima kesaksiaan mereka. Sesugguhnya mereka itu aalah orang-orang fasiq” (QS. An Nuur : 4)

Rasulullah saw bersabda:
“Hilangnya dunia ini lebih enteng bagi Allah daripada membunuh atau dibunuhnya seorang muslim oleh seseorang” (HR. Tirmidzi)

Sabdanya yang lain:
“Harta, kehormatan dan nyawa seorang muslim, haram bagi seorang muslim lainnya. Cukuplah kebaikan bagi seorang muslim atau cukuplah keburukan bagi seseorang dengan menghina saudaranya Muslim” (HR. Abu Daud)

Menonjolkan dan Meluaskan Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah Islamiyah wajib muncul ketika berhubungan dengan sesama muslim, dalam tingkah laku individual, jama’ah dan hubungannya antara pemimpin dan yang dipimpin, serta antara penguasa dan rakyat. Tumbuhnya ukhuwah Islamiyah antar sesama mereka, menunjukkan keluhuran akhlaq dan sifat mulia seseorang. Diantara perwujudan ukhuwah Islamiyah tersebut adalah pemaaf, dapat menahan marah, sabar, tahan menanggung siksaan terutama saat mengemban da’wah, jujur, malu, tawadlu, murah hati, menepati janji, baik sangka, siap menunjukkan ke arah kebaikan dan memperbaiki kesalahan, saling mencintai dan tidak mementingkan diri sendiri meskipun sedang dalam kesulitan.
Semua itu menunjukkan manifestasi ukhuwah Islamiyah yang mulia, agunf dan memberi bekas yang besar di dalam masyarakat. Telah banyak diuraikan ayat dan hadits yang melarang muslimin memiliki akhlaq yang buruk dan sifat-sifat buruk lainnya, seperti ghibah, menggunjing, memfitnah, dengki, suka membeberkan aib seorang muslim, kikir dalam berinfaq, menipu, sombong, nifak dan sebagainya. Sebaliknya persahabatan, kelemahlembutan terhadap orang-orang muslim, kasih sayang sesama muslim, mendo’akan mereka, memenuhi kebutuhan mereka, membantu mereka, berziarah kepada mereka, bersama-sama dalam kegembiraan dan kesusahan, ikut simpati terhadap masalah mereka, memberi hadiah pada saat-saat munasabah tertentu, atau mewariskan harta kepada mereka sebelum meninggal dunia, menjenguk mereka sewaktu sakit, mengurus dan mengantar jenazah hingga menguburkannya, adalah jenis hubungan kemanusiaan yang agung dan sempurna. Banyak ayat Al-Quran dan Hadits yang menunjukkan bahwa sifat-sifat ini sudah mendarah daging pada diri para sahabat, seolah-olah mereka adalah Al-Islam yang berjalan di atas bumi.

Kembali kepada Ukhuwah Islamiyah yang Sejati
Demikianlah manifestasi dari ukhuwah Islamiyah yang penting sebagaimana telah ditunjukkan nash Syar’i dalam Al Quran dan Sunnah Rasul. Apabila hal tersebut tersebar dikalangan orang Islam, seperti yang pernah terjadi pada masa kejayaan Islam, maka umat Islam, seperti pasti mampu bangkit seperti sediakala. Apabila hal ini berdasarkan Aqidah Islam, saat itulah penampakkan eksistensi Islamiyah, bukan Nasionalisme, Patriotisme atau Sekulerisme yang berdiri diatas dasat maslahat bersama, buka pula eksistensi palsu yang berdiri di atas hubungan ketetanggaan atau persahabatan antar sesama bangsa Islam dan sebagainya.
Memang negeri-negeri kufur yang pernah menjajah kaum Muslimin begitu lamanya, masih gigih menghalangi kita kembali kepada ukhuwah Islamiyah yang sebenarnya, yang mampu menghubungkan sesama negeri dan bangsa-bangsa Islam yang ada di muka bumu ini, sebagaimana mereka (kafir penjajah) telah menghalangi kita untuk mengembalikan kekhilafahan untuk kali yang ke dua

Tiga Derajat Hikmah  

Posted by Unknown in


Menurut pengarang Manazilus Sa'irin, ada tiga derajat hikmah, yaitu sebagai berikut.

Engkau memberikan kepada segala sesuatu sesuai dengan haknya, tidak melanggar batasannya, tidak mendahulukan dari waktu yang telah ditetapkan dan tidak pula menundanya.

Karena segala sesuatu itu memiliki tingkatan dan hak, engkau harus memenuhinya sesuai dengan takaran dan ketentuannya. Karena segala sesuatu memiliki batasan dan kesudahan, engkau harus sampai ke batasan itu dan tidak boleh melampauinya. Karena segala sesuau mempunyai waktu, engkau tidak boleh mendahulukan atau menundanya. Yang disebut hikmah adalah memperhatikan tiga sisi ini.

Ini hukum secara umum untuk seluruh sebab dan akibatnya, menurut ketentuan Allah dan syariat-Nya. Menyia-nyiakan hal ini berarti menyianyiakan hikmah, sama dengan menyia-nyiakan benih yang ditanam dan tidak mau menyirami tanah. Melampaui hak seperti menyirami benih melebihi kebutuhannya, sehingga benih itu terendam air, yang justru akan membuatnya mati. Mendahului dari waktu yang ditentukan seperti memanen buah sebelum masak. Begitu pula meninggalkan makanan, minuman dan pakian merupakan tindakan yang melanggar hikmah dan melampaui batasan yang diperlukan. Jadi, yang disebut hikmah ialah berbuat menurut semestinya, dengan cara yang semestinya, dan pada waktu yang semestinya.

Allah telah mempusakakan hikmah kepada Adam dan anak keturunannya. Orang laki-laki yang sempurna ialah yang mempunyai hak waris secara sempurna dari ayahnya. Setengah laki-laki, seperti wanita, memperoleh setengah warisan. Hanya Allahlah yang mengetahui banyaknya perbedaan-perbedaan dalam masalah ini. Makhluk yang paling sempurna dalam pusaka hikmah ini adalah para rasul dan para nabi. Yang paling sempurna di antara para rasul adalah ulul azmi. Yang paling sempurna di antara ulul azmi adalah Muhammad saw. Karena itu, Allah mengaruniakan hikmah kepada beliau dan umatnya, sebagaimana firman-Nya yang artinya, "Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian rasul di antara kalian, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian al-kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui." (Al-Baqarah: 151).

Setiap tatanan alam berkaitan dengan sifat ini, dan setiap celah di ala mini dan pada diri hamba merupakan penyimpangan dari sifat ini. Orang yang paling sempurna ialah yang paling banyak memiliki hikmah, dan yang paling tidak sempurna ialah yang paling sedikit menerima warisan hikmah.

Hikmah mempunyai tiga sendi: ilmu, ketenangan, dan kewibawaan. Kebalikannya adalah kebodohan, terburu-buru, dan kegabahan.


Mempersaksikan pandangan Allah tentang janji-Nya, mengetahui keadilan Allah dalam hukum-Nya dan memperhatikan kemurahan hati Allah dalam penahanan-Nya.

Artinya, engkau bisa mengetahui hikmah dalam janji dan ancaman Allah serta menyaksikan hukum-Nya dalam firman-Nya, "Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipatgandakannya danmemberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." (An-Nisaa: 40).

Dengan begitu engkau bisa menyaksikan keadilan Allah dalam ancaman-Nya, kemurahan Allah dalam janji-Nya, dan semua dilandaskan kepada hikmah-Nya. Engkau juga bisa mengetahui keadilan Allah dalam hukum-hukum syariat-Nya dan hukum-hukum alam yang berlaku pada semua makhluk, yang di dalamnya tidak ada kezaliman dan kesewenang-wenangan, termasuk pula hukum-hukum yang diberlakukan terhadap orang-orang yang zalim sekalipun. Allah adalah yang paling adil dari segala yang adil.

Allah juga murah hati, yang simpanan-Nya tidak akan berkurang karena pemberian-Nya. Allah tidak memberikan karunia kepada seseorang melainkan berdasarkan hikmah, karena Allah Maha Murah hati dan Maha Bijaksana. Hikmah-Nya tidak bertentangan dengan kemurahan-Nya. Allah tidak meletakkan kemurahan dan karunia-Nya, kecuali di tempat yang semestinya dan sesuai dengan waktunya, sesuai dengan takdir yang ditentukan hikmah-Nya. Andaikan Allah membentangkan rezeki untuk semua hamba-Nya, tentu mereka semua akan binasa dan rusak. Sekiranya Allah mengetahui pada diri orang-orang kafir terdapat kebaikan dan mau menerima nikmat iman serta syukur kepada-Nya atas nikmat ini, cinta dan pengakuan kepada-Nya, tentu Diaakan menunjukkan mereka kepada iman. Karena itu, mereka bertanya kepada orang-orang mukmin, "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?" Lalu, Allah menjawab dengan firman-Nya, "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (Al-An'am: 53).

Ibnu taimiyah berkata, "Mereka itulah orang-orang yang mengetahui kadar nikmat iman dan mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat ini."

Allah tidak memberi melainkan berdasarkan hikmah-Nya, tidak menahan melainkan berdasarkan hikmah-Nya, dan tidak menyesatkan melainkan berdasarkan hikah-Nya pula.


Dengan tuntutan bukti, engkau bisa mencapai bashirah; dengan petunjukmu, engkau bisa mencapai hakikat; dan dengan isyaratmu, engkau bisa mencapai sasaran.

Artinya, tuntutan dalil dan bukti engkau bisa mencapai derajat ilmu yang paling tinggi, yang juga disebut basyirah, yang penisbatan ilmu dengan hati sama dengan penisbatan objek pandangan ke pandangan mata. Ini merupakan kekhususan yang dimiliki para sahabat Rasulullah saw. dan tidak dimiliki selain mereka dari umat Islam, dan basyirah ini merupakan derajat ilmu yang paling tinggi. Allah berfirman, "Katakanlah, 'Inilah jalan (agamaku), aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan basyirah." (Yusuf: 108).

Dengan kata lain, aku dan para pengikutku ada pada basyirah. Tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa aku menyeru kepada Allah berdasarkan basyirah, dan orang yang mengikutiku juga mengajak kepada Allah berdasarkan basyirah. Pendapat mana pun yang lebih pas dari dua pendapat ini, yang pasti para pengikut beliau adalah orang-orang yang meiliki basyirah, yang menyeru kepada Allah berdasarkan basyirah.

Dengan petunjukmu engkau bisa mencapai hakikat, artinya jika engkau memberikan petunjuk kepada orang lain, maka engkau bisa mencapai hakikat. Begitu pula sebaliknya, yaitu jika ada orang lain yang memberimu petunjuk, engkau bisa mencapai hakikat.



Sumber: Madaarijus Saalikiin baina Manaazili Iyyaaka Na'budu wa Iyyaaka Nasta'iin, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah

Tabayun Dulu Saudaraku...!  

Posted by Unknown in

Kita terkadang terlalu yakin dengan pengetahuan diri. Kita merasa tahu
segalanya sehingga seolah-olah memiliki otoritas untuk membuat kesimpulan
mengenai sesuatu hal. Atau kalau menyangkut kepribadian orang lain, kita
sering merasa tidak perlu informasi lebih lanjut karena kita merasa cukup
pengetahuan mengenai jati diri orang itu sebenarnya.

Kesalahan terbesar seseorang adalah ketika ia menganggap dirinya telah
cukup pengetahuan sehingga ia tidak memiliki itikad sedikitpun untuk
melakukan cek ricek, tabayyun, konfirmasi balik. Tentang suatu kejadian,
ia langsung menyimpulkan ini itu. Tentang diri seseorang, ia langsung
menyimpulkan ini itu, menilai begini itu. Dengan pengetahuan sedikitnya,
ia merasa sudah banyak pengetahuan. Dengan interaksinya dengan orang lain
yang sebentar, ia merasa sudah berhak membuat kesimpulan mengenai diri
seseorang itu padahal boleh jadi apa yang disimpulkannya itu hanya akan
membuahkan fitnah dan kebohongan, jauh dari fakta sebenarnya. Keterbatasan
yang dimilikinya tiada pernah disadari. Ia terjebak dalam ujub diri,
merasa punya kemampuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu hal atau
orang lain tanpa diiringi dengan sikap kehati-hatian. Maka ia pun mudah
berkomentar tanpa dipikir lebih dalam lagi. Ia mudah menilai sesuatu tanpa
mencari dulu fakta yang benar.

Yang lebih fatal lagi adalah ketika kecerobohan sikap ini disebarkan ke
orang lain. Kalau menyangkut diri seseorang, maka betapa ia akan
menumbuhkan sikap kebencian dari orang yang dirugikannya atas pemberitaan
yang tidak benar. Prasangka dikira kebenaran. Prasangka melahirkan
kebohongan. Prasangka yang tidak disertai tabayun akan melahirkan
kerenggangan hubungan sesama.

Kita berlindung dari Allah dari sifat sombong, ujub diri, dengki, dan
fitnah. Kita ini makhluk yang sangat terbatas. Terbatas ilmunya. Terbatas
pengetahuannya. Bila kita sadar bahwa kita terbatas, maka kita akan
menjadi manusia yang sangat hati-hati. Hati-hati dalam menyikapi sesauti.
Hati-hati dalam menilai sesuatu. Hati-hati dalam membuat kesimpulan
terhadap suatu kejadian. Hati-hati meski sekedar dalam hati.

~ Quu Anfusikum wa ahlikum naara

Syarat Utama Diterimanya Amal  

Posted by Unknown

"Islam dibangun di atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan puasa pada bulan Ramadhan." (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abdullah Ibnu Umar)


Tauhid merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang ada di dalam agama ini.

Tidak ada keraguan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang paling tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak Allah yang paling besar atas hamba-hamba-Nya, Sebagaimana dalam hadits Mu'adz bin Jabal ra. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya : "Hai Mu'adz, tahukah kamu hak Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui". Beliau mengatakan: "Hak Allah atas hamba-Nya adalah mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun." (HR. Bukhari dan Muslim)


Tauhid merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di dalam Al Qur'an sebagaimana lawannya (yaitu syirik) yang merupakan larangan paling besar dan pertama kali kita temukan di dalam Al Qur'an, sebagaimana firman Allah:


"Hai sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Yang telah menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan menurunkan air dari langit, lalu Allah mengeluarkan dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi kalian. Maka janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah". (Q.S Al-Baqarah: 21-22)


Dalil yang menunjukkan hal tadi dalam ayat ini adalah perintah Allah "sembahlah Rabb kalian" dan "janganlah kalian menjadikan tandingan bagi Allah".


Tauhid merupakan poros dakwah seluruh para Rasul, sejak Rasul yang pertama hingga penutup para Rasul yaitu Muhammad. Allah berfirman:


"Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul (yang menyeru) agar kalian menyembah Allah dan menjauhi thagut." (Q.S An-Nahl: 36)


Tauhid merupakan perintah Allah yang paling besar dari semua perintah. Sementara lawannya, yaitu syirik, merupakan larangan paling besar dari semua larangan.


"Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua." (Q.S Al-Isra: 23)


"Dan sembahlah oleh kalian Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". (Q.S An-Nisa: 36)


Tauhid merupakan syarat masuknya seseorang ke dalam surga dan terlindungi dari neraka Allah, sebagaimana syirik merupakan sebab utama yang akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka dan diharamkan dari surga Allah. Allah berfirman:


"Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah maka Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat kembalinya adalah neraka dan tidak ada bagi orang-orang dzalim seorang penolong pun." (Q.S Al-Maidah: 72)


Rasulullah bersabda:

"Barang siapa yang mati dan dia mengetahui bahwasanya tidak ada illah yang benar kecuali Allah, dia akan masuk ke dalam surga." (Shahih, HR Muslim No.26 dari Utsman bin Affan)

Rasulllah shalallahu alaihi wa sallam bersabda :


"Barangsiapa yang kamu jumpai di belakang tembok ini bersaksi terhadap Lailaha illallah dan dalam keadaan yakin hatinya, maka berilah dia kabar gembira dengan surga." (Shahih, H.R Muslim No.31 dari Abu Hurairah)


Tauhid merupakan syarat diterimanya amal seseorang dan akan bernilai di hadapan Allah. Allah berfirman:


"Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar mereka menyembah Allah dan mengikhlaskan bagi-Nya agama". (Q.S Al-Bayinah: 5)

----------------------------------------------------------------------
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S. An Nuur 24:35).

"Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu ungkapan tentang Islam,
yang saya tidak memintanya kepada siapapun kecuali kepadamu." Rasulullah saw bersabda, "Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah,' kemudian Istiqamahlah." (H.R. Muslim)
-----------------------------------------------------------------------

Menggapai "Itqun Minannar"  

Posted by Unknown in

alhikmah.com - Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Salman Al Farisi, beliau berkata : Rosulullah SAW berkhutbah dihadapan kami pada akhir bulan Sya’ban,” Wahai segenap manusia, telah terbentang dihadapan kalian bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, bulan yang didalamnya terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu malam. Allah menjadikan puasa di siang harinya sebagai faridhoh (kewajiban), dan qiyam di waktu malam harinya sebagai tathowwu’an (sunah). Barang siapa melakukan muroqobah (baca: ibadah) didalamnya dengan melakukan suatu perbuatan baik maka pekerjaan itu setara dengan seseorang yang melakukan 70 faridhoh. Ramadhan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga. Ramadhan merupakan bulan persamaan (tiada kesenjangan), bulan yang dimana Allah akan melapangkan rizki setiap hamba-Nya. Barang siapa yang memberikan hidangan berbuka puasa bagi orang yang berpuasa maka akan diampuni dosanya, dan dibebaskan dari belenggu neraka serta mendapatkan pahala setimpal dengan orang yang berpuasa tampa mengurangi pahala orang yang berpuasa.”

Lalu para sahabat bertanya, “Wahai Rosulullah tidaklah setiap kami memiliki makanan untuk dihidangkan kepada orang-orang yang berpuasa ?” Maka Rosulullah SAW menjawab, “ Allah akan memberikan ganjaran pahala tersebut kepada orang memberikan korma untuk iftor orang-orang yang berpuasa atau segelas air atau segelas susu. Ramadhan bulan yang diawalnya merupakan rahmah, ditengahnya merupakan ampunan dan diakhirnya merupakan pembebasan dari api neraka. Oleh karena itu perbanyaklah dibulan ini dengan empat perkara (amal) : dua perkara merupakan pengantar kepada keridhoan Allah dan dua perkara merupakan perkara yang kalian tidak boleh merasa puas terhadapnya. Dua perkara yang pertama yang mengantarkan kepada keridhoan Allah adalah Syahadah tiada tuhan selain Allah dan memohon ampunan dari-Nya. Sedangkan dua perkara lainnya adalah mintalah kepada Allah surga dan perlindungan terhadap neraka.” HR Khuzaimah. Hadits ini memberikan gambaran tentang keutamaan bulan suci Ramadhan dengan berbagai aktifitas peribadahan yang seyogyanya kita lakukan di dalam memakmurkannya.

Walaupun hadits ini lemah menurut Imam Ibnu Hajar namun kandungannya secara logika adalah benar dan diperkuat oleh hadits-hadits lain. ‘Ala kulli hal di bulan ini kita dituntut untuk tidak menyia-yiakan fursoh Al ‘Adzimah ini di dalam menggapai ketakwaan kepada Allah SWT. Berbicara tentang kalimat neraka maka tergambar di otak berupa kobaran api yang kita lihat setiap hari namun api didunia ini hanyalah satu pertujuh puluh panasnya api neraka diakherat kelak sebagaimana sabda Rosulullah SAW : Dari Abu Hurairah berkata : Rosulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya api kalian ini merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian api di nerka jahanam.” HR. Darami. Dan bilamana kita mentadaburi didalam Al Qur`an akan kita temukan banyak ayat yang mengungkapkan kata ini ( sekitar 138 kali ) dan di dalam hadits lebih darip ada itu. Intinya semua itu adalah di dalam rangka mengingatkan (tarhib) manusia bahwa setelah kehidupan di dunia akan ada kehidupan terakhir yang kekal abadi yaitu imma di neraka atau di surga.

Camkanlah hadits Rosulullah SAW : Dari Anas RA berkata : Rosulullah SAW bersabda, “ Surga dikelilingi oleh perkara-perkara yang tidak disenangi (dibenci oleh nafsu karena bertentangan dengannya) dan neraka dikelilingi oleh lingkaran syahwat.” HR Muslim dan Darami.Bertolak dari judul, hadits dimuqodimah dan yang terakhir menunjukan bahwa untuk bisa menggapai ‘ITQUN MINANNAR maka diperlukan suatu usaha sebagaimana Allah berfirman : “ Barang siapa yang bersungguh-sungguh (berusaha) dijalan-Ku maka Kami akan memberinya petunjuk …!!.” Suatu usaha yang sangatmemerlukan kesungguhan, keikhlasan serta mengikuti tuntutan yang Allah dan Rosul ajarkan. Diantara amaliyah yang kita dapat lakukan untuk menggapai ghoyah Al ‘Aliyah ini sbb :

1. Sholat. Yang dimaksud sholat disini adalah sholat yang dilakukan (baik faridhoh atau tatowwu) dengan memperhatikan mutatolibatnya seperti selalu menjaga ketepatan pelaksanaannya, kebersihan dll. Rosulullah bersabda, Allahberfirman : “Barang siapa melakukan sholat pada waktunya dan menjaganya serta tidak melalaikannya maka Aku akan menjanjikannya masuk surga dan barang siapa yang sholat tidak pada waktunya dan tidak menjaganya serta melalaikannya maka Aku tidak akan menjanjikannya, apabila Aku menghendaki maka Aku mengazabnya atau aku mengampuninya.” HR Ahmad.

Di dalam hadits lain : “Barang siapa melakukan sholat pada waktunya dan menjaga batasannya maka Aku akan menjanjikannya masuk surga dan barang siapa yang sholat tidak pada waktunya dan tidak menjaga batasannya maka Aku tidak akan menjanjikannya, apabila Aku menghendaki maka Aku masukan ia kedalam neraka atau masukkedalam surga.” HR Darimi

2. Puasa. Maksudnya adalah puasa yang dilakukan dijalan Allah dengan penuh keimanan dan keikhlasan kepada Allah maka ia berhak untuk mendapatkan ganjarannya sabagaimana sabda Rosulullah: “Barang siapa melakukan saum dijalan Allah maka Allah akan menjauhinya dari jahanam sejauh 100 tahun.” HR Muslim. Didalam riwayat Muslim lain, “ … akan dibuat parit antaranya dengan neraka sejauh langit dan bumi.”

3. Zakat dan infak. Rosulullah SAW bersabda :Dari ‘Ady bin Hatim berkata : saya mendengar Rosulullah bersabda, “ Takutlah terhadap neraka walaupun hanya separuh kurma.” HR Bukhori

4. Haji. Rosulullah bersabda : “Tidaklah terdapat suatu hari dimana Allah banyak membebaskan hambanya darineraka dari hari Arafah.”

5. Berdo’a. Do’a merupakan otaknya peribadahan. Didalamnya terkandung makna penyerahan diri, penghinaan diri dan merasa ketergantungan dihadapan Allah. Oleh karena itu gunakan kesempatan waktu-waktu dikabulkan do’a sepeti 1/3 malam terakhir, antara adzan dan iqomah, hari jum’at dll.

6. Berbuat baik terhadap sesama dan lingkungan serta tidak mendzoliminya. Rosulullah bersabda : “Barang siapa menghalangi (mengambil) hak seorang muslim dengan sumpah (palsu) maka Allah memasukannya kedalam neraka dan diharamkan memasuki surga.” HR Muslim. Didalam sebuah hadits dikisahkan seorang wanita dimasukan ke dalam neraka disebabkan tidak perhatian terhadap seokor kucing.

7. Takut terhadap Allah. Rosulullah bersabda : “Diharamkan neraka kepada orang yang berjaga dijalan Allah (jihad) dan diharamkan neraka kepada mata yang menangis karena takut terhadap Allah.” HR Darimi.

8. Berkata baik dan menyelaraskan perkataan dengan perbuatan. Rosulullahh bersabda : “ …maka takutlah kamu terhadap neraka walaupun hanya dengan sebelah kurma, apabila kalian tidak mendapatkannya maka dengan perkataan baik.” HR Bukhori.

Dilain riwayat Rosulullah bersabda : “Akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat lalu dilemparkan ke neraka maka ia berputar-putar menyebarkan bau busuk yang menyengat seperti keledai berputar kemudian seluruh penghuni neraka berkumpul didepannya dan berkata, “ eh fulan kenapa engkau bisa begini kondisinya, bukankah kamu dahulu yang menyuruh kami untuk melakukan kebajikan dan melarang kami untuk melakukan kemungkaran ?” maka ia berkata, “ saya memang memerintahkan kalian untuk melakukan kebajikan tapi saya tidak melakukannya jga saya melarang kalian melakukan kemungkaran tapi saya melakukannya.” HR Bukhori.

9. Mempererat tali silaturahmi. Rosulullah bersabda : Dari Abu Ayyub berkata : datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW laluberkata tunjukilah kepadaku suatu amal yang dapat saya kerjakan sehingga mengantarkan saya masuk kedalam surga dan menjauhi saya dari neraka ? maka Rosulullah bersabda, “ kamu menyembah Allah dan tidak menduakan-Nya dengan sesuatu, menegakan sholat, membayar zakat dan menghubungi kerabat tatkala mereka membelakangi, apabila kamu berpegang teguh tehadap semua perintahini maka kamu akan masuk surga.” HR Muslim.

10. Menyatukan barisan dan menghindari perpecahan. Didalam hadits: Dari Mu’awiyah bin Abi Sofyan sesungguhnya Rosulullah berdiri diantara kami lalu bersabda, “Ketahuilah bahwa pada generasi sebelum kamu para ahli kitab terpecah menjadi 72 golongan dan pada umat ini (Islam) akan pecah menjadi 73 golongan, 72 golongan masuk neraka dan satu masuk neraka.” HR Darimi. Didalam riwayat lain dikatakan satu golongan ini adalah ahli sunnah wal jama’ah. Itulah beberapa amalan yang dapat kita lakukan baik yang berhubungan dengan kehidupan individu ataupun bermasyarakat. Dan sebagian amalan ini dapatdilakukan bersamaan dengan ‘Itikaf yang dilakukan pada 10 hari terakhirdibulan Ramadhan ini. Dari ‘Aisyah berkata, “ adalah Rosulullah melakukan ‘Itikaf pada 10 hariterakhir Ramadhan.” HR Muslim. wallohu a'lam

MEMBINA DIRI DARI PERPECAHAN  

Posted by Unknown in

"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul(-Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S An Nissa 4:59)


Bagaimanakah kita membina diri dalam Islam? Menurut istilah, Islam berarti
ketundukan dan kepatuhan kepada peraturan-peraturan Allah yang disampaikan
melalui Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam untuk mencapai
keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan Al Islam sendiri
berasal dari kata "salama" yang artinya damai dan selamat. Maka Islam adalah
suatu keyakinan yang utuh yang berpijak pada tata aturan Allah di dalam Al
Qur'an dan contoh tauladan Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Salam.


Konsekuensinya, manusia-manusia yang mengaku beragama Islam sudah sepatutnya dan
sudah seharusnya berupaya agar hidupnya damai tanpa ada permusuhan dan
perpecahan di antara sesama mu'min, kalau memang menginginkan keselamatan hidup
di dunia dan di akhirat.


Namun apa yang kita dapati sekarang sangatlah jauh berbeda dan bahkan sangat
menyimpang dari pengertian Islam itu sendiri. Hal ini dikarenakan masing-masing
diri mengandalkan ilmu yang telah dikuasainya dan timbullah kesombongan. Karena
kesombongan itulah akhirnya semua diri bersiteguh pada pendiriannya, bukan lagi
berpegang pada tali agama Allah melainkan berpegang pada tali logika
sendiri-sendiri. Apakah akibat yang terjadi dengan kondisi seperti ini?


"yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka." (Q.S Ar Ruum 30:32)


Yang nampak jelas adalah adanya perpecahan di dalam tubuh Islam itu sendiri
dengan bukti adanya golongan ini dan itu, yang mana masing-masing golongan
sangat membanggakan golongannya. Bila saja kita mau merenungi firman Allah di
bawah ini tentulah tak akan terjadi adanya golongan-golongan itu.


"dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan
itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa." (Q.S Al-An'am 6:153)


Apakah yang menyebabkan perpecahan di dalam tubuh Islam ini? Apakah karena
perbedaan pendapat? Kalau memang itu yang menjadi permasalahannya, haruskah
jalan perpecahan itu yang ditempuh? Tak adakah jalan lain agar umat Islam tetap
berada pada barisan yang utuh? Terlalu dangkal pemikiran mereka yang menempuh
jalan perpecahan itu. Bukankah Al Qur'an adalah merupakan petunjuk dari Allah di
dalam menghadapi berbagai masalah yang dihadapi?


Kita adalah umat terbaik yang diciptakan Allah!
Dan agama kita adalah rahmat bagi seluruh alam!
Buktikan kalimat-kalimat Allah itu, niscaya kita akan
mendapati Negara ini laksana sorga dunia yang membawa
ketentraman setiap insan yang tinggal di dalamnya.
Membuktikan Islam adalah agama rahmat untuk seluruh alam dan isinya


"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa
Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah
kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di
tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (Q.S Ali Imran
3:103)


Source : berbagai sumber
----------------------------------------------------------------------
"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S. An Nuur 24:35).

"Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu ungkapan tentang Islam,
yang saya tidak memintanya kepada siapapun kecuali kepadamu." Rasulullah saw
bersabda, "Katakanlah, 'Aku beriman kepada Allah,' kemudian Istiqamahlah." (H.R.
Muslim)
-----------------------------------------------------------------------

Hukum Musik & Nyanyian Menurut pandangan Islam.  

Posted by Unknown in

Musik dan nyanyian yang kerap semakin mendalam, mendarah daging di dalam lapisan masyarakat kita saat ini, telah melahirkan keaneka ragaman bentuknya, dari musik jaz, disco, dance, rock, rebana dan masih banyak lagi lainnya
Gendang yang dulunya hanya sendiri tampil di panggung, kini telah berorientasi kembali dan berubah menjadi lebih modern seperti alat musik yang trendi saat ini; gitar, Bas, Drum, Piano. Dengan seperangkat alat musik inilah, banyak dari kita (kawula muda) terhipnotis oleh karenanya, tidak hanya dalam satu sudut pandang negatif saja, bahkan lebih dari pada itu.
Dewasa ini banyak kita saksikan dan kita perhatikan betapa drastisnya perubahan fase pemuda-pemudi saat ini, berawal dari fase yang semula masih bisa di tanggulangi, hingga saat ini, (berubah menjadi sebuah masalah yang sangat serius dan sulit untuk di talangi) dan setelah ditinjau lebih dalam ternyata itu semua tidak jauh dari pada media yang beredar pada saat ini, baik media masa yang mengandung beribu berita yang tidak layak hingga media informatika; TV, Radio dan lain sebagainya, yang banyak karenannya orang terbuai dan lalai akannya, realitanya salah satu layanan yang ikut nimbrung dan menjadi perusak pada saat ini adalah layanan musik yang tidak mendidik, apabila dinilai dari segi lirik dan isinya serta pesan yang tersirat di dalamnya.
Dari sini kita di hadapkan pada beberapa fenomena sebagai bahan diskusi antara lain, Pandangan Al-Quran dan As-Sunnah tentang musik? Apakah Hukum Nyanyian dan Musik sebenarnya ?


B. PEMBAHASAN

A. Pandangan Al –Qur’an Dan As sunnah

Allah Ta'ala berfirman:
"Dan di antara manusia (ada) yang mempergunakan lahwul hadits untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu bahan olok-olokan." (Luqman: 6)

Sebagian besar mufassir berkomen-tar, yang dimaksud dengan lahwul hadits dalam ayat tersebut adalah nyanyian. Hasan Al Basri berkata, ayat itu turun dalam masalah musik dan lagu.
Allah berfirman kepada setan: "Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu." Maksudnya dengan lagu (nyanyian) dan musik.

Rasulullah SAW telah bersabda:
"Kelak akan ada dari umatku beberapa kaum yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras dan musik." (HR. Bukhari dan Abu Daud)

Dengan kata lain, akan datang suatu masa di mana beberapa golongan dari umat Islam mempercayai bahwa zina, memakai sutera asli, minum-minuman keras dan musik hukumnya halal, padahal semua itu adalah haram.
Adapun yang dimaksud dengan musik di sini adalah segala sesuatu yang menghasilkan bunyi dan suara yang indah serta menyenangkan. Seperti kecapi, gendang, rebana, seruling, serta berbagai alat musik modern yang kini sangat banyak dan beragam. Bahkan termasuk di dalamnya jaros (lonceng, bel, klentengan).

"Lonceng adalah nyanyian setan." (HR. Muslim)
Padahal di masa dahulu mereka hanya mengalungkan klentengan pada leher binatang. Hadits di atas menunjukkan betapa dibencinya suara bel tersebut. Penggunaan lonceng juga berarti menyerupai orang-orang nasrani, di mana lonceng bagi mereka merupakan suatu yang prinsip dalam aktivitas gereja.

Imam Syafi'i dalam kitabnya Al Qadha' berkata:
"Nyanyian adalah kesia-siaan yang dibenci, bahkan menyerupai perkara batil. Barangsiapa memperbanyak nyanyian maka dia adalah orang dungu, syahadat (kesaksiannya) tidak dapat diterima."

• Nyanyian Di Masa Kini:

Kebanyakan lagu dan musik pada saat ini diadakan dalam berbagai pesta juga dalam tayangan televisi dan siaran radio. Mayoritas lagu-lagunya berbicara tentang asmara, kecantikan, ketampanan dan hal lain yang lebih banyak mengarah kepada problematika biologis, sehingga membangkitkan nafsu birahi terutama bagi kawula muda dan remaja. Pada tingkat selanjutnya membuat mereka lupa segala-galanya sehingga terjadilah kemaksiatan, zina dan dekadensi moral lainnya.
Lagu dan musik pada saat ini tak sekedar sebagai hiburan tetapi sudah merupakan profesi dan salah satu lahan untuk mencari rizki. Dari hasil menyanyi, para biduan dan biduanita bisa membangun rumah megah, membeli mobil mewah atau berwisata keliling dunia, baik sekedar pelesir atau untuk pentas dalam sebuah acara pesta musik.
Tak diragukan lagi hura-hura musik baik dari dalam atau manca negara sangat merusak dan banyak menimbulkan bencana besar bagi generasi muda. Lihatlah betapa setiap ada pesta kolosal musik, selalu ada saja yang menjadi korban. Baik berupa mobil yang hancur, kehilangan uang atau barang lainnya, cacat fisik hingga korban meninggal dunia. Orang-orang berjejal dan mau saja membayar meski dengan harga tiket yang tinggi. Bagi yang tak memiliki uang terpaksa mencari akal apapun yang penting bisa masuk stadion, akhirnya merusak pagar, memanjat dinding atau merusak barang lainnya demi bisa menyaksikan pertunjukan musik kolosal tersebut.
Jika pentas di mulai, seketika para penonton hanyut bersama alunan musik. Ada yang menghentak, menjerit histeris bahkan pingsan karena mabuk musik. Para pemuda itu mencintai para penyanyi idola mereka melebihi kecintaan mereka kepada Allah Ta'ala yang menciptakannya, ini adalah fitnah yang amat besar.
Tersebutlah pada saat terjadi perang antara Bangsa Arab dengan Yahudi tahun 1967, para pembakar semangat menyeru kepada para pejuang: "Maju terus, bersama kalian biduan fulan dan biduanita folanah ... ", kemudian mereka menderita kekalahan di tangan para Yahudi yang pendosa.
Semestinya diserukan: "Maju terus, Allah bersama kalian, Allah akan menolong kalian." Dalam peperangan itu pula, salah seorang biduanita memaklumkan jika mereka menang maka ia akan menyelenggarakan pentas bulanannya di Tel Aviv, ibukota Israel -padahal biasanya digelar di Mesir.
Sebaliknya yang dilakukan orang-orang Yahudi setelah merebut kemenangan adalah mereka bersimpuh di Ha'ith Mabka (dinding ratapan) sebagai tanda syukurnya kepada Tuhan mereka.
Semua nyanyian itu hampir sama, bahkan hingga nyanyian-nyanyian yang bernafaskan Islam sekalipun tidak akan lepas dari kemungkaran. Bahkan di antara sya'ir lagunya ada yang berbunyi:
"Dan besok akan dikatakan, setiap nabi berada pada kedudukannya ...
Ya Muhammad inilah Arsy, terimalah ..."
Bait terakhir dari sya'ir tersebut adalah suatu kebohongan besar terhadap Allah dan Rasul-Nya, tidak sesuai dengan kenyataan dan termasuk salah satu bentuk pengutusan terhadap diri Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam, padahal hal semacam itu dilarang.

B. Kiat Mengobati virus nyanyian dan musik :

Di antara beberapa langkah yang dianjurkan adalah:
Jauhilah dari mendengarnya baik dari radio, televisi atau lainnya, apalagi jika berupa lagu-lagu yang tak sesuai dengan nilai-nilai akhlak dan diiringi dengan musik. Di antara lawan paling jitu untuk menangkal ketergantungan kepada musik adalah dengan selalu mengingat Allah dan membaca Al Qur'an, terutama surat Al Baqarah. Dalam hal ini Allah Ta'ala telah berfirman:
"Sesungguhnya setan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah." (HR. Muslim)

"Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman."(Yunus: 57)

Membaca sirah nabawiyah (riwayat hidup Rasul SAW) , demikian pula sejarah hidup para sahabat beliau.

C. Musik Dan Nyanyian Dalam Pandangan Islam.

Para ulama berbeda pendapat dalam menanggapi permasalahan musik dan nyanyian ini. Di antara mereka ada yang menghalalkan, memakruhkan, bahkan mengharamkannya. Di bawah ini pemakalah memaparkan tentang pendapat para ulama yang mengharamkan dan menyeru kepada kaum muslim agar menjauhi bahkan menghancurkan hal-hal yang berbau musik dan nyanyian

DALIL –DALIL GOLONGAN YANG MENGHARAMKAN NYANYIAN DAN SANGGAHAN TERHADAPNYA.

Golongan yang mengharamkan nyanyian berdalil dengan riwayat dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas serta sebagian tabiin, bahwa mereka mengharamkan nyanyian dengan argumentasi firman Allah:

“ Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan ( manusia) dari jalan Allah itu olok-olokkan. Mereka akan memperoleh azaab yang menghinakan.”(luqman:6)

Mereka menafsirkan Lahwul-hadits ( perkataan yang tidaka berguna) ini dengan nyanyian.
Dalam kaitan ini Ibnu Hazm berkomentar :
“Argumentasi ini tidak benar karena:
Pertama: Tidak ada hujjah bagi seseorang selain Rasulullah SAW.
Kedua: Pendapat mereka ini di tentang oleh para sahabat dan tabiin yang lain.
Ketiga: Nash itu sendiri membatalkan argumentasi mereka dengannya, karena dalam ayat itu disebutkan: “ Diantara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok –olokan.”
Orang yang demikian sifatnya adalah kafir, tanpa di perselisihkan lagi, karena ia menjadikan jalan Allah olok –olokan.
Dan andaikata seseorang membeli mushaf untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah dan menjadikannnya olok-olokan, sudah barang tentu dia kafir hukumnya. inilah yang di cela oleh Allah SWT, dan Allah Azza Wajalla sama sekali tidak mencela orang yang mempergunakan Lahwul-hadits untuk hiburan dan bersenang –senang tanpa maksud untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.
Denagan demikian batallah penyandaran mereka terhadap perkataaan (pendapat ) orang–orang yang saya sebutkan sebelumnya. Demikian pula dengan orang, yang dengan sengaja melupakan shalat karena ia sibuk membaca al quran atau membaca kitab-kitab hadits, atau melakukan pengkajian terhadapnya, atau karena sibuk memperhatikan kekayaannya, atau dengan nyanyian dan lain-lainnya, maka dia adalah fasiq dan melanggar kepada Allah Ta’ala. Tetapi bila dengan berbagai kesibukannaya, seperti yang disebutkan tadi—dia tidak mengabaikan sedikit pun kewajibannya, maka dia dinilai berbuat baik.”




GOLONGAN YANG MENGHALALKAN NYANYIAN.

Ada beberapa nyanyian yang diperbolehkan yaitu:
1). Menyanyi pada hari raya. Hal itu berdasarkan hadits A'isyah:

"Suatu ketika Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam masuk ke bilik 'Aisyah, sedang di sisinya ada dua orang hamba sahaya wanita yang masing-masing memukul rebana (dalam riwayat lain ia berkata: "... dan di sisi saya terdapat dua orang hamba sahaya yang sedang menyanyi."), lalu Abu Bakar mencegah keduanya. Tetapi Rasulullah malah bersabda: "Biarkanlah mereka karena sesungguhnya masing-masing kaum memiliki hari raya, sedangkan hari raya kita adalah pada hari ini." (HR. Bukhari)
2). Menyanyi dengan rebana ketika berlangsung pesta pernikahan, untuk
menyemarakkan suasana sekaligus memperluas kabar pernikahannya. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Pembeda antara yang halal dengan yang haram adalah memukul rebana dan suara (lagu) pada saat pernikahan." (Hadits shahih riwayat Ahmad). Yang dimaksud di sini adalah khusus untuk kaum wanita.

3).Nasyid Islami (nyanyian Islami tanpa diiringi dengan musik) yang disenandungkan saat bekerja sehingga bisa lebih membangkitkan semangat, terutama jika di dalamnya terdapat do'a.
Rasulullah SAW menyenandungkan sya'ir Ibnu Rawahah dan menyemangati para sahabat saat menggali parit. Beliau bersenandung:
"Ya Allah tiada kehidupan kecuali kehidupan akherat maka ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin."
Seketika kaum Muhajirin dan Anshar menyambutnya dengan senandung lain:
"Kita telah membai'at Muhammad, kita selamanya selalu dalam jihad."
Ketika menggali tanah bersama para sahabatnya, Rasul Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersenandung dengan sya'ir Ibnu Rawahah yang lain:
"Demi Allah, jika bukan karena Allah, tentu kita tidak mendapat petunjuk, tidak pula kita bersedekah, tidak pula mengerjakan shalat.
Maka turunkanlah ketenangan kepada kami, mantapkan langkah dan pendirian kami jika bertemu (musuh)
Orang-orang musyrik telah men durhakai kami, jika mereka mengingin-kan fitnah maka kami menolaknya."
Dengan suara koor dan tinggi mereka balas bersenandung:
"Kami menolaknya, ... kami menolaknya." (Muttafaq 'Alaih)

Adapun pernikahan, maka disyariatkan di dalamnya untuk membunyikan alat musik
rebana disertai nyanyian yang biasa dinyanyikan untuk mengumumkan suatu
pernikahan, yang di dalamnya tidak ada seruan maupun pujian untuk sesuatu yang
diharamkan, yang dikumandangkan pada malam hari khusus bagi kaum wanita guna
mengumumkan pernikahan mereka agar dapat dibedakan dengan perbuatan zina,
sebagaimana yang dibenarkan dalam hadits shahih dari Nabi SAW.
Sedangkan genderang dilarang membunyikannya dalam sebuah pernikahan, cukup hanya
dengan memukul rebana saja. Juga dalam mengumumkan pernikahan maupun melantunkan lagu yang biasa dinyanyikan untuk mengumumkan pernikahan tidak boleh menggunakan pengeras suara, karena hal itu dapat menimbulkan fitnah yang besar, akibat-akibat yang buruk, serta dapat merugikan kaum muslimin. Selain itu, acara nyanyian tersebut tidak boleh berlama-lama, cukup sekedar dapat menyampaikan pengumuman nikah saja, karena dengan berlama-lama dalam nyanyian tersebut dapat melewatkan waktu fajar dan mengurangi waktu tidur. Menggunakan waktu secara berlebihan untuk nyanyian (dalam pengumuman nikah tersebut) merupakan sesuatu yang dilarang, dan merupakan perbuatan orang-orang munafik.




D.PENUTUP

Sebuah hukum dalam satu permasalahan tidak dapat di ketahui dengan menerka-nerka dan kelakar, tidak pula dengan hadits dhaif, dan tidak juga semata-mata yang termaktub dalam kitab terdahulu. Tetapi pengharaman suatu masalah hanya dapat di ketahui melalui nash yang shahih dan yang sharih, atau ijma’ yang muktabar dan shahih. Kalaulah tidak terdapat yang demikian, maka daerah kemaafan dan kebolehan itu adalah luas, dalam hal ini, Imam Malik r.a. berkata:

“ Tidak ada sesuatu yang paling berat bagi saya dari pada saya di Tanya suatu masalah, halal atau haram, karena ini adalah sesuatu yang qathi (pasti) dalam hukum Allah. saya dapati ahli-ahli ilmu di negri kami, jika di Tanya tentang suatu masalah, seaka –akan mereka sedang dihadapkan dengan kematian. sementara saya lihat orang–orang pada zaman kita sekarang ini suka berbicara tentang fatwa, dan seandainya mereka mengetahui apa yang bakal mereka hadapi, niscaya mereka akan menyedikitkan hal ini. Adapun Umar bin khattab, Ali, dan sahabat –sahabat besar lainnya, apabila menghadapi persoalan-persoalan --padahal mereka adalah sebaik-baik generasi kenabian Nabi Muhammad Saw. Mereka mengumpulkan sahabat–sahabat yang lain ( barang kali ada informasi dari Nabi Saw. Yang mereka ketahui, atau bagaimana pandangan mereka mengenai masalah ini), kemudian mereka tetapkan fatwa mengenai masalah tersebut. Sedangkan orang–orang zaman sekarang suka membanggakan diri, yang dengan demikian terbukalah bagi mereka pintu kezaliman menurut kadar ukuran masing –masing.”

Itulah dalil–dalil golongan yang mengharamkan nyanyian, yang telah gugur satu persatu, sehingga tidak ada satupun dalil yang kuat, untuk mendukung masalah ini. Apabila tiada dalil yang mengharamkan, maka tetaplah hukum nyanyian itu pada asalnya, yaitu: “ Mubah ”, tanpa diragukan lagi. Seandainya tidak ada satupun nash atau dalil yang mendukungnya, maka dengan gugur dalil-dalil yang mengharamkannya sudah cukup untuk menentukan kemubahannya. Dalam artian kata bernyanyi itu diperbolehkan hanya saja dengan syarat bahwasannya kata-kata, instrumennya, serta pesan yang tersirat di dalamnya tidak mengundang terhadap hal yang negatif, yang akan mengundang nafsu birahi.
Para ulama islam telah membuat ketetapan bahwa pada asalnya segala sesuatu itu boleh, berdasarkan firman allah:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi ini untuk kamu..”(al –baqarah:29)

Tidak ada sesuatu yang diharamkan kecuali dengan nash yang shahih dan sharih (jelas) dari kitab Allah atau sunnah Rasulullah Saw atau ijma’ yang sah dan menyakinkan. Apabila tidak terdapat nash (Al-Qur’an dan Sunnah) atau ijma’, atau terdapat nash yang sharih (jelas) tetapi tidak shahih, atau shahih tetapi tidak sharih, yang mengharamkan sesuatu, maka yang demikian itu tidak mempengaruhi kehalalannya, dan tetaplah ia dalam batasan kemaafan yang luas. Allah berfirman:
“….Sesungguhnya Allah telah menjelasakan kepadamu apa yang di haramkan-Nya atas kamu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya (melakukannya).” (al-A’nam:119)

Dan Rasulullah SAW bersabda:
“ Apa yang di halalkan Allah dalam kitabnya adalah halal, dan apa yang di haramkan-Nya adalah haram, dan apa yang didiamkan-Nya adalah dimaafkan, maka terimalah kemaafan dari Allah, karena sesungguhnya Allah tidak lupa terhadap sesuatupun.” Kemudian beliau membaca ayat (Maryam: 64”): “ Dan tidak sekali-kali RAbb-mu itu lupa.”
Dan Sabda beliau lagi :

“ Sesungguhnya Allah telah menetukan kewajiban-kewajiban. Maka janganlah kamu menyia–nyiakan, dan menetapkan batas-batas (larangan). Maka janganlah kamu melanggarkannya, dan ia diamkan beberapa perkara sebagai rahmat buat kamu, bukan karena lupa, maka janganlah kamu mencari-carinya.”







E.DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Karim.
WWW. Almanhaj.or.id/content/1429/slash/0
Al-Qardhawi, Yusuf, Fatwa-fatwa kontemporer, cet : 8. Jakarta: Gema Insani Press, 2005
Khalid, Bahaya Mode, cet : 1. Jakarta: Gema Insani Press, 1993.
Diposkan oleh El-Ahmady1809 di 21:22 0 komentar
Label: Makalah