Di Sudut Selakar Kerinduan  

Posted by Unknown

Pernahkah kau coba menerka
Apa yang tersembunyi disudut waktu
Meneguk embun kerinduan dalam dada
Mengeja hitam putih dalam hati


Sebait ini kulukis sejuta pesona
Yang sempat merona dalam jiwa
Tentang mereka yang tersudut di ujung senja
Tentang mereka yang terbias dalam pelangi peristiwa
Tentang mereka yang mengurung ditempurung selaksa
Masihkah enggan kau hiraukan?


Terbersit bayang-bayang damai disudut matanya
Meledak dalam telaga kerinduan
Ia  berdiri tegak di atas bukit mimpi
Mengharapkan awan tersisa sehabis hujan membasahi
Menantikan sebuah nama yang melaman cinta-Nya

Selama musim belum bergulir
Sejauh batas pengertian
Jaring kebekuan cinta tersekat di dinding kepongahan
Acuh di atas kebimbangan

Kulihat tetapak seberkas ladang kehidupan
Memopoh tubuh kecil dan membungkuk
Menggenggam ilalang menyeruak
Ah, kau pasti terhenyuk
Melihat senyumnya yang meliuk
Indah…, sejuk….

Tidakkah kau mendapati ia
Bersenandung bersuling bambu
Sorot mata dalam menyimpan rindu
Pernahkah kau mencoba membaca?
Genderang pepadi yang ia tabuh

Masih ada waktu saling membuka diri
Lihatlah sejenak ranum pesona
Di syurga selakar ini
Bersinggahlah, saat kau gundah
Menghirup sejuk embun pagi
Merasakan hangat mentari
Menjejaki tanah di kaki bukit ini.

Nb:Terinspirasi setelah mendengar Lagu Ebit G Ade "Cinta Sebening Embun"
mengobati kerinduan pada hijau suasana di Simpang Selakar.

Mahmoud Al-Amir 
Sabtu, 28/08/10

Muhasabah Ramadhan 06: Perjalanan Senja  

Posted by Unknown

Perjalanan ini membawaku pergi jauh
Hilangkan sejenak keluh yang mengusik
Di dinding hati

Ilalang menyeruak di tepian jalan
Gembala kecil bersenandung riang
Saat kupandang lamat sejuk mentari di penghujunghari
Ah, bayang-bayang kerinduan itu!
Terlukis senyum yang kau goreskan
Kasih pun mulai deras mengalir
Cemerlang sebening embun
Sungguh indah...

Aku mencari jawaban dilangit
Adakah disana?
Saat menyusuri
Saat ingin kuterjemahkan waktu
Ingin ku melumat rasa
Tentang arti senyum indahmu diselakar ini
Tentang arti hitam putih yang terpancardipelangi mata
Adakah sorot mata menyimpan rindu
Sejuta kenangan yang sempat terlupakan
Sejuta impian
Sejuta harapan

Waktu telah lama memisahkan kita
Saat ku tak mengenal kisah tentang dirimu
Saat ku sadari tersirat makna yang tak mampu terucap
Saat lalu yang telah terlewat
Saat inilah ingin kuungkap segala hasrat

Sketsa kehidupan yang telah terlukis
Memberikan isyarat padamu tentang manis dan masam
Saat angin mendengus peluh, kau hilangkan sejenak keluh
Bila masih mungkin  kutorehkan bakti
Atas nama jiwa tulus dan ikhlas
Hanya dengan ukiran jiwa diatas kertas ini kumampu
Untuk tuliskan semua kisah tentangmu

Senja....
Mampukah ku bertanya?

Pada angin yang berhembus
Tentang arti keikhlasan
Pada liuk rerumpun yang bergoyang
Tentang arti kerendahan hati
Pada hitam jejalan yang menyusur
Tentang arti pengorbanan diri
Pada hijau gegunung yang terbentang
Tentang arti perjuangan

Benang-benang merah merajut kerinduan pada suatu masa
Ah, hanyalah waktu yang dapat menjawab
Gejolak hati yang terjerat
Disemak kerinduan yang membuncah
Di perjalanan senja ini
Mampukah terjawab semua pertanyaan itu?

Gunung Sinabung
Simpang Selakar: Nama desa di Kaban Jahe

Catatan: Saat dalam perjalanan menuju Kaban Jahe
menikmati pesona alam di senja hari Gunung Sinabung

Mahmoud Al-Amir
24/08/10

Muhasabah Ramadhan 05: 'Amma?  

Posted by Unknown in , ,

'Amma? '
Tentang apakah?
kita bertanya-tanya
Saat tanda-tanda kekuasaan membungkam kedustaan
Saat risalah menjadi penerang jalan
Saat petunjuk telah bersemi
Saat karunia telah diraih
Saat kasih telah berbagi

Lantas, untuk apa kita berselisih?!

Tidak!, sekali-kali tidak!
Kelak kita akan mengetahui
kehidupan itu hanya tempat bersinggah diri

Ah, adakah mereka menyadari fana itu?
Kala busur-busur syaithan membidik
Suara-suara berbisik
Melumat sesisip pelita dihati
Membuai dengan mimpi sepi
Hampa dengan makna dan arti

Tidakkah hening suara adzan berkumandang,
menjadi tanda!
Bahwa,
Kemenangan nian datang dihati hamba-Nya
yang membersihkan diri dari sgala yang usang
;hasad, dengki, iri, batu penghalang
Jelas sudah, keberuntungan itu datang
Afalaa...tatafakkaruun?

Tidakkah alam telah menjadi saksi
kebiadaban makhluk yang terpuruk
di jurang kenistaan, yang telah abadi
;Fir'aun, Tsa'laba, wal Qorun
Ibrah untuk kita hayati
Afalaa...tatadabbarun....?

'Amma?
Maka, tentang apakah lagi yang kita pertanyakan?
Kini, keampunan telah datang
Barakah telah terbentang
Untuk kita yang menyadari hakikat ramadhan

Fabiayyi 'aalaa i Robbikumaa tukaddzibaan?


Vocabularies:
'Amma: Tentang Apakah?
Afalaa tatafakkarun: Tidakkah kau berpikir?
Afalaa tatadabbarun: Tidakkah kau mengambil pelajaran?
Fabiayyi 'aalaa i Rabbikuma tukaddzibaan: Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


Surah Annaba', Ayat 1-5

Mahmoud Al-Amir
18/08/10
[8 Ramadhan 1431 H]

Muhasabah Ramadhan 04: Melepas Resah  

Posted by Unknown in , , ,

Demi malam apabila menutupi; cahaya siang
Adakah kedamaian itu datang, kala hati ini gersang
Kembali kumerangkai berbata asa
membangun keabadian jiwa merangkai cinta-Nya
Ah, keresahan ini membidik qalbu
enyahlah, ditelimpuhku memaut rindu

Bukankah Kami telah melapangkan dadamu?

Lantas, mengapa kini kumenjauh
Jarak dan waktu telah memisahkanku dari keheningan
hati yang lalai
jiwa yang terkulai
malam-malam terbuai
menepi kehampaan diteluk sepi
Ah, keresahan ini merentas lini
penyangga, menopang diri

Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu, darimu,
yang memberatkan punggungmu

Saat tersadari jamah-Nya
Sesisip embun melumat ubun-ubun
Dan rasakanlah, Ia sedang bersamamu
Menuntun leliku manhaj
Memupuk benih-benih hasrat
Membimbingmu dengan ayat-ayat
Menabuh kasih dipenghujung malammu

Ah, kesusahan itu bukanlah resah!
Dan tidakkah kau tahu tentangnya
Tentang hati yang semesta jiwanya
Tentang arti yang menyamudera maknanya
Tentang diri yang tersandang cinta-Nya
Himada, Sang penggenggam hujan

Sesungguhnya bersama kalutmu ada kemudahan
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau merajut harapan
Maka, enyahlah resah!
Ramadhan telah tiba, penuh keampunan


Surat Al- Insyirah 1-8

Mahmoud Al-Amir
17/08/10
[7 Ramadhan 1431 H]

Muhasabah Ramadhan 03: [Halaqah dipagi hari] Fungsi Hidup Muslim Sebagai Khalifah  

Posted by Unknown in , ,

Dan (Ingatlah)ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifahdi bumi". Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusakdan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu danmenyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidakkamu ketahui."(Al-Baqarah, ayat-30)

Saudaraku!. Ada banyak pertanyaan selepas halaqah pagi ini yang berkeliaran di pikiran.Tentunya, tidak lari dari mempermasalahkan eksistensi diri kita sebagai khalifah. Dewasa kini, konflik internal dalam kepemimpinan sering kali menghiasi ranah pemikiran kita. Bahkan, terjadi perdebatan disana-sini yang sampai sekarang belum ditemukan titik temunya. Sistem demokrasi yang berjalan, tidak seperti yang diharapkan, dan cenderung didasari kepentingan politik semata, tanpa adanya maslahat umat didalamnya. Nah, dari sini telah tampak, bahwa, demokrasi yang kita usung masihlah lemah untuk dijadikan panggung  kepimpinan negara yang bermayoritas muslimin ini. Kegelisahan yang menggunung, seakan siap-siap meletus kapan saja, melihatkondisi yang tak karuan ini. Maka tak salah jikalau diawal penciptaan kita, malaikat bertanya sebagai pelajaran awal demokrasi yang diajarkan Allah melalui dialog-Nya dengan malaikat ketika akan menciptakan Adam. Malaikat bertanya sebagaimana ayat diatas "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak danmenumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikannama-Mu?"
Dalam kajian yangsaya ikuti pagi ini, pertanyaan kritis malaikat tersebut banyak yang menanggapidengan pandangan yang berbeda-beda, yang pada kesimpulannya terangkum dalam 3 poin berikut:

1. Di awal penciptaan manusia-Adam. Dialog yang tertera diatas bukanlah disebabkan lemahnya kekuasaan Allah dalam bertindak. Pastinya kita bertanya, dengan kekuasaan-Nya, apa yang tidak dapat ia lakukan dan kehendaki. Lantas, mengapa diadakannya dialog tersebut. Ternyata itu adalah Isti'lam-pemberitahuan-kepada malaikat dan iblis ciptaan-Nya, bahwa akan diciptakan-Nya makhluk termulia yang belum pernah ada sebelumnya. Sebuah pengakuan, dan eksistensi sebagai makhluk yang mendapat amanat sebagai 'khalifah' di muka bumi. Dari sini, ada pelajaran penting bagi kita yang ingin menjadi pemimpin, bahwa, sebagai pemimpin hendaklah transparan dalam mengambil keputusan. Memberikan pengakuan, pengukuhan terhadap keputusan yang telah ditetapkan, siap menjadi benteng dan tulang punggung apabila terjadi kekhilafan sewaktu-waktu. Itu jelas dengan adanya pernyataan Allah "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."  Nah, pastinya Allah telah menjamin apa yang akan terjadi setelahnya. Walaupun realitanya kita banyak mengingkari apa yang telah diamanatkan sebagai khalifah untuk sekarang ini. Dengan banyaknya kerusakan yang kita lakukan, Ia masih saja memberikan banyak peluang, rezeki, dan karunia lain yang masih dapat kita rasakan untuk saat ini.

2. Dari pertanyaan Malaikat di ayat ini. Tampak bahwa, Allah ingin mengajarkan bagaimana sistem demokrasi yang baik itu. Mengajarkan kita untuk berpikir kritis menyikapi segala hal, pastinya sesuai dengan rambu-rambu yang jelas. Yakni, dengan adap dan kesopanan. Tidak dengan kekerasan dan prilaku anarkis seperti yang terjadi dewasa kini. Mengawali dengan menjalankan kewajiban sebelum menyuarakan hak. Lihatlah! malaikat bertanya dengan mengutarakan kepatuhan yang selama ini telah dilakukannya. Rasa penasarannya terhadap makhluk yang bernama khalifah yang akan diciptakan Allah, menimbulkan pertanyaan kritis dengan adanya makhluk-makhluk lain sebelum penciptaan Adam, yang lebih dulu yang sempat memberikan gambaran bagi malaikat untuk meragukan makhluk berwujud manusia ini. Dengan kerusakan-kerusakan yang telah diciptakan Allah sebelumnya. Makhluk seperti apakah itu? Wallahu a'lam. Kekhawatiran malaikat lantas disambut dengan baik oleh Allah. Dan jikalau dilanjutkan ayat diatas dengan ayat selanjutnya. Jelaslah, bahwa malaikat menerima dan mengakui kelebihan yang diberikan Allah terhadap manusia, yang tidak dimiliki oleh makhluk Allah lainnya. Yakni, akal. Sebagai pembanding dan penuntun jalan hidup yang kerap kita pergunakan. Nah, kalau saja kita mengawali kewajiban-kewajiban kita terlebih dahulu sebagai bangsawan sejati, dan menyuarakan hak-hak yang memang sepantasnya dimiliki. Dan sebagai pemimpin pula, hendaklah menerima masukan dan suara tersebut. Maka, besar kemungkinan agama, bangsa, ini akan senantiasa diliputi kedamaian. Perselisihan pun dapat diminimalisir.

3. Dari kekhawatiran malaikat yang timbul di atas. Bahwa manusia akan melakukan perusakan dimuka bumi. Kalaulah ditinjau dari bahasa arab yang tertera di ayat, tampak bahwa kekhawatiran dan pengrusakan tersebut diawali dengan fi'il Mudhari', yang berarti akan dilakukan. Nah, dilihat hingga akhir kekhawatiran itu, setidaknya malaikat mengharapkan adanya pembenahan dan pensucian. Coba kita simak urutan fi'il mudhari yang tertera di ayat tersebut (kalau bisa dengan Qur'an tarjamah). Kata Yufsidu (merusak), Yasfikuddima'(menumpahkan darah), nusabbihu (memuji), nuqaddisu (mensucikan). Keempat kata mudhari' di atas seakan urutan yang menunjukan adanya keseimbangan hidup. Diawali dengan merusak, menumpahkan darah, memuji, dan mensucikan, kita diajarkan tentang keseimbangan. Bahwa, setelah melakukan suatu keburukan hendaklah diakhiri dengan kebajikan. Kerusakan diakhiri dengan perbaikan, dan bukan untuk formalitas saja. Subhanallah, sungguh tersirat makna mendalam yang sangat luas.

Yang menjadipermasalahan sekarang adalah, Sudahkah kita menyadari derajat kita sebagaikhalifah? Sudahkah kita tahu apa makna khalifah itu? Siapa-siapa sajakah yangmengemban amanah sebagai khalifah? Apa visi dan misi khalifah itu? Nah,pertanyaan-pertanyaan di atas hendaklah kita tanggapi bersama.

I. Menyadari eksistensi sebagai khalifah

Khalifah, berasal dari kata khalafa-yakhlufu-khilafatan, yang berarti menggantikan. Di masa kenabian istilah ini sering dijadikan sebagai derajat kepemimpinan, yakni, sepeninggalan Nabi Muhammad SAW. Kalau kita ingin mendalam lagi, dari kalimat ini dapat di ubah ke berbagai macam bentuk fi'il (kata kerja) dan ism (nama), yang pada akhirnya akan kita temukan makna berikut, Khaalafa (menyalahi),Mukhaalafah (tak setuju), takhallafa (tertinggal), Ikhtalafa (berselisih), Khilaaf ( perselisihan, kesalahan)-Kamus Prof. Dr. H.Mahmud Yunus dll. Nah, dari sini terlihat beragam makna yang tercipta dan kalau kita hayati bersama,ternyata khalifah itu sendiri adalah makhluk ciptaan-Nya yang penuh dengan perselisihan, saling menyalahkan, dan persaingan. Jelas terlihat kalau tidak berselisih dan bersaing, maka akan tertinggal-takhallafa, dan pastinya kalau saja  hal tersebut tidak secara baik ditanggapi akan mengakibatkan perselisihan-khilaaf-antar sesama. Tak salah Allah mengatakan: Fastabiqul Khoirat, saling berlomba-lombalah. Lomba yang bagaimana? Maka, berlomba-lombalah dalam kebaikan.

Dalam ayat lainAllah menuturkan (maaf lupa ayat dan suratnya) bahwa, "Hendaklah manusia memakmurkan bumi dan apa yang di dalamnya (Wasta'marakum fiiha)". Memakmurkan dalam artian membenahi bumi dengan utuh, tidak setengah-setengah. Tidak untuk memanfaatkan bumi dengan ambisi individualnya. Khalifah yang dalam pengartiannya hampir sama dengan Ra'in (pembimbing) sebagai mana dalam hadisrasul mengatakan:

كلكم راع و كلكم مسؤول عن رعيته
(Setiap kamu adalah pemimpin, dan sepantasnya bagi seorang pemimpin bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya)

II. Siapa saja yang menjadi khalifah?

Siapa saja. Namun, dalam konteks ini lebih dikhususkan kepada kita-muslim. Karena perankhalifah itu adalah semata-mata untuk mengemban amanah dari-Nya. Mengapa tidakkepada Non-muslim? Jawabannya karena mereka telah lari dari konteks keislaman.Kalau kita kembali kepada hadis rasulullah yang mengatakan bahwa "Sesungguhnya bani Adam itu dilahirkan (adalah) dalam keadaan fitrah". Namun karena telah teridentifikasi oleh ayah dan ibunya, yang mungkin bukanlah kaum muslim, maka, tidak lagi terimbas kepada mereka. Bahkan orang atheis (tidak mengakui adanya tuhan) sekalipun. Jikalau kita lihat, secara spontan, tatkala mereka terkena musibah atau terkejut, mungkin dari kalangan dari non-muslim sekalipun, akan sesekali mengatakan "Oh My God, Oh, God."dll. itu menandakan bahwa fithrah manusia tidak dapat terbohongi, dan mengakui adanya Tuhan-Allah- yang telahmenciptakan.

Baik laki-lakiataupun perempuan, akan mendapatkan jatah yang sama, dengan syarat: Mukmin/ahTak diberatkan bahwa kaum lelaki saja yang selayaknya menjadi pemimpin. Perempuan juga dapat menjadi pemimpin apabila kadar keilmuan mumpuni dan dalam konteks yang telah ditentukan. Seperti kalau dalam kenegaraan, wanita dicukupkan kepada menjadi pemimpin daerah atau kelompok yang komunitasnya tidakharus melebihi suatu negara. Bukan maksud untuk mendeskritkan kaum hawa, namunbegitulah ketentuan yang telah Allah atur kian hari. Karena disatu sisi, adahal yang lain-dari wanita- yang tidak dapat saya ungkapkan untuk sekarang ini(karena minimnya pengatahun, dan insyaAllah akan didalami lagi) yang selayaknyalebih difokuskan kepada keluarga. Dari keluarga inilah yang selebihnya akanberdampak kepada kinerja bangsa dan negara. Wallahu A'lam.

III. Visi& Misi Khalifah

Dalam garisbesar, visi khalifah ialah mengemban amanah Allah untuk menjalankan segala tuntunan dan syari'at-Nya. Untuk beribadah kepada-Nya semata. Dengan mengajarkannya kembali kepada antar sesama tentang keseimbangan hidup yang pastinya tidak terlepas dari pada kepemimpinan yang telah tertera di surat Al-Baqarah, ayat 30 diatas.

Misinya adalah untuk memakmurkan bumi dan apa yang ada didalamnya. Memakmurkan dalam artian, tidak sesekali merusak, dan membuat kerusuhan-kerusuhan. Walaupun menilik defenisi awal khalifah itu sendiri yang tak terlepas dari pada perselisihan.

Dan untuk mendalami apa, siapa, bagaimana, khalifah itu. Mohon koreksian saudara & sahabat pembaca, untuk melengkapi pemaparan yang saya dapat hasil halaqah pagi ini. Semoga menambah keimanan Ramadhan yang cerah ini. Semoga bermanfaat!

Wallahu A'lam Bishowab
Wassalam.wr.wb

By. Muhammad Nur
16/08/2010
(6 Ramadhan 1431H)


Muhasabah Ramadhan 01: Kalla!  

Posted by Unknown in , , ,

Kalla!
Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas
Ingatkah kau!
Luka bersama mana yang kita cari,
Hidup jauh sudah mengemudi sepi
Kita lamat bersemedi di kukung ambisi
Sudahkah kau merasa cukup?
Ataukah enggan melirik nuranimu yang telungkup

Kalla!
Sungguh, hanya kepada Rabbmulah tempat kembali
Mampukah kau!
Telah tersemat dipundakmu amanat..
Khalifah, itulah setinggi-tinggi derajat
Kita lamat berkutat di dinding berlumut
Mencari jalan panjang yang masih berkabut
Sudahkah kau merasa cukup?
Ataukah buta; mata, telinga, mulut terkatup

Bismillah...
Kulangkahkan kaki menuju ridho-Mu
Kala mata tak mampu meraba, di bulan penuh barakah
Menyisir hikmah yang terselip dipintu Maghfirah-Mu
Adapun keampunan itu, akankah bersinggah?
Pada kesekian kalinya ku menumpuk dosa
Pada kesekian kali pula hasrat taubat bergelora

Walhamdulillah...
Dan kini semakin ku meraba
Merasakan titik nadir alfa dan beta
Di Ramadhan, ruang muhasabah
Menyenandung rindu kasih-Mu
Moga, dalam telimpuh mendapat ridho-Mu



Surat Al-Alaq, Ayat: 6-8
Mahmoud Al-Amir
13/08/10

Muhasabah Ramadhan 02: Munajat Subuh  

Posted by Unknown in , , ,

Segala puji bagi-Mu, Allah, Rabbal izzati..
Iyyaaka..., telimpuh ku menghamba diri
Iyyaaka..., kukutip malu lewati onak deduri
Di ambang subuh, kusebut nama-Mu yang tersepuh kabut
memadu benang-benang kerinduan di padang sujud

Hanya bukti sepi; kokok ayam pun seakan menganyam sisa luka
tertegun, ketika embun yang merayap ubun lebih membakar dari api
ah, masihkah gelap ini berdiwana dalam sepiku yang membeku melintasi batu?

Demi fajar, demi malam apabila berlalu...
Kutitipkan hati yang selalu bergemuruh
Di pancuran, aku basuh tubuh
;menabuh kembali riuh yang mendengkur jauh..
mengingat-Mu dalam kuyup rindu

Tetapi seribu ranjau menjebak jejakku
begitu langkahku bergerak,
nama-Mu menggelegak,
meledak!

Katakanlah, "Aku berlindung pada Rabb yang menguasai subuh
Itu sapa-Mu di penghujung gelisah kumeraba bisu
dari gulita malam,
dari hasud membungkam,
dari buhul-buhul yang menghujam

Aku pun mulai mengeja dan merangkak
menanam benih-benih munajat
obati hati yang liat, lamat, dan tersekat
dengan ambisi membengkak

Ya Allah, anugrahkanlah untuk kami rasa takut kepada-Mu
yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada-Mu
dan anugrahkanlah kami keberkahan di bulan keampunan
Moga kami senantiasa menjalankanperintah dan amanat-Mu
Sebagai Ummatan Wasathan, menegakkan syariat-Mu


Surat Al-Fajr 1-4, Al-Falaq 1-5

Mahmoud Al-Amir
15/08/10

Ber-iqra' di Hira'  

Posted by Unknown in , ,


Iqra’!, Bacalah…
Suara itu menghentak keheningan
Angin menderu, membentur bebatuan beku
Untuk pertama kalinya ia bergumam
pekik ketakutan menghujam
Diam
Bungkam
Sunyi
Hanya desau angin yang menemani

Iqra!, Bacalah…
Kembali ia mengeja malam
Cinta? itukah harapnya?
I’tikaf hening batu sunyi di Goa Hira
Cahaya memintal jaring laba-laba
Suara itu kembali, pekak...
Galau jiwanya pada dinding-dinding
Semakin tenggelam diterkam hening
Siapakah gerangan?

Bingung..
Dalam kemurnian jiwanya ia papah
Tak tahu harus berbuat, maupun berkata
Buta?
Ah, bukankah ia utusan-Nya?
Mengapa harus bertanya?


Iqra’! Bacalah…!
Dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan
Manusia, dari segumpal darah


Lantas? mengapa sekarang kau dustakan?
Bangga dengan keegoisan

Iqra’! Bacalah…!
Dan Rabbmu lah yang Maha Mulia
Mengajari manusia dengan pena, dan tidak diketahuinya


Lantas? Mengapa sekarang kau nistakan?
Berkubang dilembah kejahiliahan


Ingatkah...
Malam itu semesta berdzikir
Sejarah terukir
Daripadanya risalah dibawa
Daripadanya wahyu terjaga

Tubuh gigil pun meringkuk
di keheningan hiruk pikuk,
Jiwanya
Sang lelaki semesta

Ingatkah kau senandung iqra'
dimalamnya hira' bersamanya?