[oleh-oleh] Dokumentasi Perjalanan selama mengikuti pelatihan kepenulisan dan Launching Buku [1]  

Posted by Unknown in


Alhamdulillah, akhirnya pelatihan kepenulisan dan launching buku “Menulis itu Asyik loh” karya Akh Radinal Harahap yang direncanakan seminggu sebelumnya telah usai sudah. Diawali dengan niatan suci dari dalam hati dan kegigihan dari para rekan kerja serta pihak yang membantu dari berbagai lembaga yang ada, untuk mewujudkan generasi bangsa yang cinta akan dunia baca dan tulis. Saya bersama rekan panitia yang berkecimpung didalamnya sangat mensyukuri atas segala kemudahan yang datang, dan tanpa disadari itu membuat saya begitu menikmati suasana serta pengalaman yang saya dapat sepekan mengemban kepanitian ini. Walaupun masih terdapat banyak kekurangan disana-sini yang belum sempat kami tunaikan, namun cukup menjadi pelajaran bagi kami khususnya untuk mengadakan acara-acara seperti ini kedepannya agar tidak terulangi kesalahan yang sama.

Diawali dengan merencanakan penggalangan dana untuk acara ini. Saya beserta rekan kerja berpikir keras bagaimana caranya mencari jalan keluar agar dapat memperlancar jalannya acara yang akan diadakan. Pastinya setiap acara apapun itu, dana menjadi bahasan pokok bagi kepanitaan yang menginginkan acaranya sukses. Karena tanpa dana mustahil dan sulit dipastikan sebuah acara akan langgeng dan berjalan dengan lancar. Begitu juga acara kami ini, sulit diprediksi bahwa ini akan mudah untuk dilaksanakan. Karena mulanya acara ini adalah inisiatif individual kami saat menjadi santri kelas
akhir dipesantren dan baru terealisasikan sekarang ini. Komentar serta usulan yang datang memotivasi saya dan juga beberapa teman saya yang hobi dalam dunia tulis menulis untuk segera membuat suatu komunitas menulis khususnya di kota Medan. Sebuah komunitas menulis yang beranggotakan santri maupun siapa saja yang ingin berkecimpung didalamnya dengan berniatkan satu hati satu tujuan mencerdaskan anak bangsa dengan membaca dan menulis bernafaskan kesantrian. Karena dimedan sendiri khususnya masih jauh dibandingkan dengan kota-kota dijawa yang kini lagi berlomba mendirikan sebanyak-banyaknya komunitas baca dan tulis. Paling tidak ada satu dua lembaga atau komunitas saja yang tampak aktif dan produktif menyikapi dunia tulis menulis diMedan seperti Lembaga Baca Tulis(eLBeTe), FLP Sumut, dll.

Akhirnya munculah komunitas baru kami ini Komunitas Penulis Santri Medan (KOPS Medan) yang mudah-mudahan dapat memberikan solusi untuk kemajuan dunia tulis menulis khususnya dikota Medan.

Sebelumnya saya dan kedua teman saya Fauzan Ar-Rasyid dan Wilda Netriza berdiskusi kecil-kecilan dikantor untuk membicarakan dana yang dianggarkan. Salah satunya untuk mendatangkan seorang trainer motivasi menulis yang tidak asing bagi kami, karena ia adalah abangan kami sendiri Radinal Mukhtar Harahap yang kiranya dapat membantu serta membimbing kami mewujudkan komunitas baru ini. Karena tidak mudah mendatangkan seorang trainer motivasi untuk sekarang ini disebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan.

Alhamdulillah, setelah bersusah payah. Mondar-mandir kerumah teman-teman satu angkatan, hanya untuk menggalangkan dana untuk acara ini. Walhasil dana yang terkumpul roadshow kerumah teman-teman belum mencapai target. Rasa khawatir datang seketika, karena undangan telah disebarkan kesekolah-sekolah juga ke lembaga-lembaga swadaya lainnya. Teman saya Fauzan yang berkeinginan keras tak mahu menyerah begitu saja. Walaupun beberapa kali ditolak mentah-mentah oleh satu dua sekolah yang tidak respon akan diadakannya acara ini dengan alasan tidak kondusif dan efisien untuk anak didik mereka. Namun itu tak mengecilkan semangat kami untuk terus melanjutkan acara ini. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mencari dukungan pesantren sendiri menyikapi apa yang sedang kami geluti ini. Saya konsultasikan hal ini kepada teman saya Azis yang kebetulan salah satu staff Penilitian Bakat santri (LITBANG) dima'had. Ia merespon hal ini, namun belum cukup berani untuk menganggarkan dana yang kami butuhkan. Iapun menganjurkan agar mengonsultasikan hal ini ke Kabid Litbang yaitu Ust.Wahid Sulaiman. Dan ketika hal itu kami lakukan, alhamdulillah beliau merespon positif acara kami ini dan siap membantu semampunya. Namun ia berharap agar kami berusaha banyak dahulu untuk menganggarkan dana yang dibutuhkan, salah satunya mengonsultasikan hal ini kepada Pimpinan Pesantren yang selama ini dikenal aktif dalam membantu setiap acara keilmuan.

Tak putus asa kami laksanakan satu persatu prosedur yang berlaku. Sampai pada suatu kesempatan, saya bersama beberapa teman saya dipertemukan dengan Bapak Pimpinan pada acara bedah buku ditoko buku Wali Songo. singkatnya, setelah acara usai kami berusaha memberikan pemahaman dan maksud kegiatan kami ini kepada bapak pimpinan. Dan sangat disyukuri, beliau juga merespon positif kegiatan ini. Beliau siap membantu pendanaan yang dibutuhkan. Yang membuat saya terkesima, beliau menyumbangkan dana dari sebagian tabungannya yang tidak diambil dipesantren. Dengan syarat, harus diadakan juga kegiatan ini ditoko wali songo tersebut karena beliau bertugas didalamnya. Sungguh tidak diduga akhirnya banyak dukungan yang masuk dan menambah semangat kami untuk bisa berbuat lebih .
 

PELATIHAN KEPENULISAN DI MAN 1

Sesuai jadwal yang ditetapkan, akhirnya dimulailah acara kami ini tepatnya hari sabtu tanggal 20 februari yang lalu yang diadakan di Aula Man 1 dan pesertanya terdiri dari 3 sekolah, yaitu MAN 1, MAN 2 dan Al-Ulum.  Saya kurang tahu pasti bagaimana awal mula acara dibuka, karena saya mengikutinya pertengahan acara. Namun dilihat dari antusias peserta yang datang, saya meyakini acara ini akan berjalan sukses. Jumlah peserta yang datang sekitar dua puluhan orang terdiri dari 4 laki-laki dan selebihnya perempuan. Yang didominasi oleh kelas I dan kelas II aliyah.

Pembukaan diawali dengan sambutan dari bapak kepala sekolah dan seterusnya dilanjutkan dengan   materi yang akan disampaikan oleh Akh.Radinal Mukhtar mengenai motivasi dalam menulis. Materi pertama yang diberikan adalah mengenal potensi diri yang singkatnya kita dianjurkan percaya akan potensi yang dimiliki bersama dengan berazaskan pada suatu ayat Al-Qur’an “Laqod Khalaqnal Insana fii Ahsani TaqwimTelah kami ciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan Al-Alaq ayat 7. Dan juga mengambil sebagian uacapan dari beberapa tokoh sukses lainnya seperti Sang Novelis Harry Potter J.K Rowling, William Forester, Bambang Trims, Hernowo, Jamil Azzaini dll.

Untuk menambah kesan pertama, akh Radinal banyak memberikan permainan juga kuis-kuis yang membangun. Agar tidak terkesan formal, juga merasa enjoy selama sesi berlangsung. Ia pernah berbicara kepada saya, bahwa ia sering mengikuti pelatihan-pelatihan semacam ini yang kebanyakan membuat peserta merasa jenuh karena pemateri sesuka hati menyampaikan tanpa lebih memfokuskan situasi dan kondisi peserta. Inilah yang membuat inovasi baru bagi beliau untuk menjadikan acara pelatihan-pelatihan seperti ini menjadi lebih menarik dengan menyelipkan humor juga permainan-permainan yang membangun.
Alhamdulillah, untuk acara diMAN 1 ini berlangsung sukses walaupun konsumsi yang disediakan terbilang minim, karena bergantung kepada panitia lokal tanpa dibantu oleh panitia setempat.
 

PELATIHAN KEPENULISAN DIPERPUSTAKAAN DAERAH MEDAN
 

Sungguh kesyukuran yang tidak diduga dapat mengadakan pelatihan kepenulisan di Perpustakaan Daerah Medan. Karena ini merupakan tempat sakral dan diminati banyak orang, khususnya para pecandu membaca dan pencari informasi dari buku-buku daerah. Sebelumnya saya menganggap mustahil untuk dapat menggunakan tempat ini untuk acara kami yang insyaAllah akan dihadiri oleh guru-guru sekota Medan. Tapi ternyata persepsi saya itu meleset, teman saya Fauzan telah meloby dahulu tempat tersebut yang sebelumya mendapatkan konfirmasi dari kepala Perpustakaan. Salut saya untuk perannya yang tak dapat diragukan itu, dapat menjadi Event Organiser yang bisa diandalkan. Bahkan untuk acara kami itu kami tidak dibebani dana penyewaan.” Alhamdulillah, lepas satu beban”Ujar saya saat itu.
 

Untuk pelatihan kali ini, sebenarnya kami bekerja sama dengan Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) Sumut, dan itu juga atas kesepakatan bersama sebelumnya. Untuk sesi pertama dari Akh Radinal yang lebih menekankan kepada motivasi menulis, dan untuk materi selanjutnya dari Redaktur Koran Analisa Pak Ali Murtadho yang bertemakan bagaimana mempubikasikan tulisan diberbagai media. Namun untuk sesi yang kedua, tak sempat Pak Ali memberikan materi karena ada tugas lain yang mendadak ketika itu dan pada akhirnya diwakili oleh Akh Rahmat Hidayat Lc. Yang juga merupakan salah satu staff yang bekerja diKoran Analisa.

Tertib acara berjalan dengan lancar, kecuali ketika pembagian minuman yang ketika itu lupa disertakan pipet untuk meminumnya. Spontan saya kejar kekurangan itu dengan segera turun dari apartemen dan menacari kedai terdekat untuk membeli pipet. Untuk pertama kali saya mendapati penjual Es kelapa yang berlokasikan didepan halaman perpustakaan. Saya hampiri dan saya jelaskan maksud saya untuk membeli pipet sedotan yang biasa digunakan para pembeli ketika meminumnya. Dengan senyum simpul nenek itu menjelaskan bahwa persediaan pipet sedotannya juga kurang, tak cukup untuk kadar pipet yang saya butuhkan. Namun ia sempat memberi tahu saya untuk membelinya dikedai terdekat yang terletak diseberang jalan.

Tak ingin membuang waktu saya langkahkan kaki segera menuju ketempat itu. Akhirnya 4 bungkus plastik pipet sedotan yang berisikan 20 pipet setiap bungkus, saya letakkan dikantong celana. Saat melewati jalan menuju perpustakaan, sekilas saya lirik nenek yang telah memberitahukan saya kedai tersebut. Ia tersenyum simpul, lantas saya sambut senyum itu dengan anggukan kepala seraya berterima kasih atas informasinya tersebut.

Sesampai ditempat acara. Betapa terkejutnya saya ternyata minuman tanpa pipet yang dibeli tadi telah dibagikan kepada para hadirin. Sejenak saya merasa bersalah akan hal tersebut, karena terlalu lama membelikan pipet untuk minumannya. Mungkin saja mereka sudah kehausan sehingga tidak lagi membutuhkan sedotan untuk meminumnya. Astaghfirullah, hati saya seketika merasa paling bersalah atas insiden yang terjadi. Sudahlah, jangan sampai perasaan bersalah semakin membuatku terpuruk dalam pola pikir yang melemahkan. Akhirnya saya hibur diri ini dengan menjadi fotografer selama acara berlangsung.

Cukup menarik, ternyata akh Radinal terlihat komunikatif dalam menyampaikan materinya itu. Itu terlihat dari berbagai pertanyaan yang diajukan dari para guru kepada narasumber. Namun dapat dijawab dengan sesederhana mungkin tanpa lari dari pertanyaan. Ditambah dengan penyampaian dari Akh Rahmat yang juga menyampaikan sedikiti komentar beliau selama ini mengenai tulis-menulis berdasarkan pengalamannya sendiri. Dan itu terdengar sangat menarik dan lebih mengena, karena terkadang pengalaman itulah yang membuat penyampaian lebih santai dan mengasyikkan.

Akhirnya acarapun selesai sudah. Dan dilanjutkan dengan berfoto bersama untuk didokumentasikan. Ketika hendak menyusun formasi berfoto, ada beberapa ibu-ibu yang berceloteh sedikit mengenai pelatihan ini. Mereka menyarankan agar kami sering-sering mengadakan acara seperti ini,” tak hanya pada orang tua saja namun juga kepada anak didik kami. Karena ini lebih cocok lagi untuk generasi muda, bukan untuk kami kami ini yang sudah beranjak tua” komentar  salah seorang ibu sehabis berfoto. Saya hanya tersenyum mendengarkan hal tersebut, itu menandakan ini adalah respon positif dari mereka. Semoga dapat lebih berkembang.....lagi nih...!!!

[Duh sayangnya, gak sempat berfoto deh. Jadi fotografer memang harus bisa berjiwa besar nih.Hiks....!!!]

Bersambung....!!!! ( Episode 1)


Mohon Komentar dan koreksian teman-teman untuk tulisan saya ini..thanks!

Masihkah Tersisa Untukku  

Posted by Unknown in ,

erap langkah jalanan


lelah lesu bertemankan debu

tatap sayu dalam lamunan

membisu...


satu kata beribu arti

elukan jati diri

keluh menghiasi...



oh hidup...

kepada siapa berpihak

hatiku rusuh tak menentu

menanti harapan...



tangan mengiba walau resah

tiada jamahan itulah duka

dendang syair irama

paduan prosa tanya...



hitam daki membatu sekujur tubuh

urakan rambut tiada tahu

hanyalah sekeping koin ditunggu

tangan iba membantu


oh hidup...

jelaskan padaku misteri itu

bahwa aku mampu

membuka jendela dunia

dengan ilmu

mata masih ingin beradu

padanan kata satu demi satu



mungkinkah pelita itu menjamahku

mengangkat harakat dan martabat

untukku....



atau mungkinkah ia hanya berpihak

kepada setan dunia

meraup hakku yang diinjak

tanpa mengingat rasa....


[Ahad, 28/02/10]

Kupersembahkan kepada Saudara-saudaraku yang belum sempat menikmati telaga ilmu
semoga dapat melegahkan dahaga yang beradu.

[Belajar] Mengenal Jati Diri dengan Membaca dan Menulis  

Posted by Unknown in ,

Setiap kali saya mengikuti pelatihan menulis sering kali saya mendengar pembicara mengatakan bahwa “ Menulislah apa saja yang ingin anda tulis, menulislah apa saja yang anda alami, dan menulislah maka anda akan mudah mencari jati diri”. Sejenak saya bertanya dalam hati apakah dengan menulis saya dapat mengetahui jati diri saya? Apakah dengan menulis saya dapat mengetahui kadar keilmuan saya? Apakah dengan menulis saya menjadi apa yang saya inginkan dll. Semua pertanyaan tersebut seakan tiada habisnya mengepul diotak dan pikiran saya. Tanpa disadari ternyata sekarang saya sedikit demi sedikit telah terjun dalam dunia yang mungkin tidak asing dalam pandangan teman teman sekalian yaitu dunia Tulis- menulis.

Saya teringat dengan perkataan teman sekaligus guru menulis saya Ust.Qosim yang mengatakan “Menulislah maka kamu akan hidup. Dengan menulis maka hidupmu akan menjadi lebih bermakna, karena disatu sisi kamu akan mendapatkan makna hidup dengan menuliskan apa yang kau miliki dan apa yang ingin kamu miliki."

Saya masih belum mencerna apa yang dimaksud dengan pernyataan guru saya tadi. Lantas saya kembali melihat kepada diri saya selama ini, atas apa yang saya perbuat dengan menulis. Selama ini saya menulis hanya mengandalkan otak kiri saya saja, seperti apa yang dikatakan Akh Radinal ketika saya menuliskan tulisan ini. Ia ingin mengetahui apa yang sedang saya tulis, namun saya tidak memberitahukannya saat Ia ingin melihatnya. Saya lebih mengutamakan apa yang saya rasakan namun kerap kali tidak memperhatikan bagaimana saya dapat menulis kapan dan dimana saja saya berada

Mungkin benar apa yang ia katakan itu, selama ini saya menulis hanya sekedar meluapkan emosi yang ada dalam diri saya saja, saya menulis hanya menumpahkan apa yang saya inginkan, dan jarang sekali menulis untuk sebuah kebutuhan yang mungkin akan membuat saya menjadi jati diri sendiri seperti apa yang saya inginkan.
Saya sepakat apa yang dikatakan oleh Wiliam forester bahwa "menulislah pada saat awal dengan hati. setelah itu, perbaiki tulisan anda dengan pikiran. kunci pertama dalam menulis adalah bukan dengan berpikir, melainkan mengungkapkan apa yang saya dan anda rasakan" mungkin dengan pernyataannya inilah saya kiranya dapat memahami konsep menulis yang benar yaitu diawali dengan yang namanya menulis dengan hati dan memperbaiki dengan pikiran.

Saya pernah membaca sebuah artikel di situs Anda Luar Biasa.com yang berjudul Menulis, Bernyanyi, dan Menggambar mengembangkan fungsi otak" karya Aleysius Gondosari menyatakan bahwa dengan "Mengobrol dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 2%. Menggambar atau melukis juga dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 2%. Bermain alat musik juga dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 2%. Menyanyi dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 5%. Sementara menulis sebuah tulisan pendek juga dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 5%. Dengan menulis sebuah buku, fungsi otak akan meningkat sebanyak 10% hingga 20%. Menulis buku setebal Laskar Pelangi atau buku setebal Harry Potter dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 20%. Jadi, bila Anda ingin meningkatkan fungsi otak Anda kembali, berlatihlah menggambar, menyanyi, atau menulis." Dari pernyataannya tersebut membuat saya bertambah semangat untuk menulis, menulis, dan menulis. karena terlihat jelas bahwa persentase menulis melampaui kegiatan yang lain yang tidak dibarengi dengan kegiatan menulis.

Saya menulis saat saya tak tahu kepada siapa lagi saya berbagi, saya menulis hanya pada waktu-waktu tertentu saja yang sebenarnya itu dapat dicari dan dilaksanakan kapan dan dimana saja. Didalam buku Jangan Mau Tidak Menulis karangan penulis Fiksi Best Seller Gol A Gong menceritakan bahwa bagi siapa saja yang ingin mendapatkan berjuta-juta ide dalam menulis, maka hendaklah ia keluar dari rumah dan tliskanlah pengalaman-pengalaman yang didapat. Hal ini juga dilakukan J.K Raowling, bahwa untuk mempermudahnya, tuliskanlah hal-hal yang kami ketahui; tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.


MENULIS DAPAT MEMBENTUK JATI DIRI

Saya terkesan dengan pernyataan Terry Mc Milan yang mengatakan bahwa " Menulis adalah satu-satunya tempat Ia bisa menjadi dirinya sendiri dan tidak merasa dihakimi". Apa mungkin dengan menulis satu-satunya jalan keluar mencari jati diri? Tanyaku ketika membaca buku pinjaman dari akh Radinal yang berjudul Chiken Soup For The Writer Soul.

Lantas saya mengingat kembalipengalaman saya ketika saya masih duduk dikelas satu tsanawiyah, satu-satunya teman yang paling akrab bagi saya ketika itu adalah buku Agenda saya pemberian dari pengurus asrama atas ketaatan dalam berdisiplin. Ketika kerinduan kerap datang menghampiri, cobaan demi cobaan silih berganti, kehilangan barang, sangsi setiap bagian, yang mana membuat hati kecilku saat itu menjerit, tak tahu kepada siapa harus ku adukan segala perasaan. Merasakan disaat harus mandiri dalam hidup, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yaitu alam ma'had yang jauh dari sanak keluarga. Kucuba menuliskan kesemuanya itu dalam Agenda hitam walaupun dengan bahasa yang tidak karuan, sampai ketika saya membukanya kembali untuk saat ini , seakan membuat perutku berkelit akibat tertawa. memang tatkala saya telah menulis, ada saja hal-hal yang ingin saya lakukan. Baik itu menyusun program harian, maupun impian yang ingin saya gapai. Itu semua datang begitu saja, tanpa saya sadari ternyata telah menghidupkan lentera-lentera kecil dalam temaram semangat yang telah lama padam. Menulis membuat hari saya menjadi tenang dan sering menenggelamkan saya dalam syahdu tarian tinta pengaduan kepada-Nya. lantas melumas kelu lidah yang membeku dengan segala dosa.
Secara tak sadar, menulis telah membantuku sedikit lebih tahu mengenai sastra yang selama ini masih belum saya kuasai. ilmu sastra yang menjadi syarat utama dalam mengolah kata-kata menjadi sebuah paduan yang menggelora. Setiap kali saya membaca tulisan yang berbau spiritual seakan menghipnotisku untuk menguraikan kata-kata menjadi tetesan embun yang melembutkan hati dikala merasa gersang dan hampa. Jadi tak salah Rasulullah pernah mengatakan " Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena dengan itu akan membuat hati mereka menjadi lembut" Nah bermula dari hal-hal demikian hari kian hari hati saya kian terpaut dengan dunia menulis, karena sedikit tidaknya mengurangi beban yang menggantung dikepala disaat-saat sulit.

MENULISLAH, MAKA KAMU AKAN HIDUP

Siapa saja dari kita pastinya tidak dapat memprediksi bagaimana jalan hidup kita selanjutnya, karena kita tahu, kita hanya dapat merencanakan namun tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Pastinya segala keputusan hanya ditangan Allah semata. Namun, kesemuanya saya kira dapat ditanggulangi dengan yang namanya kreatifitas membaca dan menulis. dengan membaca kita dapat memperluas wawasan yang kian terkukung dalam tempurung kejahilan.
Dengan membaca pula kita dapat menjadikan diri ini mulia seperti apa yang dituliskan Pak Hernowo dalam bukunya Membacalah agar dirimu mulia. beliau menekankan bahwa dengan membaca maka seseorang akan menjadi mulia dan dengan membaca pula maka orang tersebut akan mencapai hakikat manusia sebenarnya sesuai ayat Al-Qur'an yang mengatakan " Laqod Khalaqnal Insaana fi Ahsani Taqwim" sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dengan sebaik-baik penciptaan.
Tidak cukup hanya dengan membaca saja, namun perlu juga dibarengi dengan menulis. Nah, dengan menulis ilmu yang kita dapati dari hasil membaca akan memperkuat daya ingat terhadap ilmu yang dipelajari.

Bukan maksud saya untuk menggurui, namun inilah sekelumit ilmu yang saya miliki. saya mencoba mendefenisikan kegiatan yang sedang saya geluti ini menjadi wadah dan bekal saya untuk hidup. Saya terkesan dengan apa yang dipaparkan Jamil Azzaini dalam bukunya Tuhan Inilah Proposal hidupku. Penulis memberikan sebuah gagasan baru yang mengajak kita untuk mengartikan hidup ini layaknya dalam sebuah acara yang memiliki start dan ending dan itu hendaklah kita sikapi secara seksama. beliau menuturkan " Kalau untuk membuat acara yang digelar satu dua hari seperti ini saja membutuhkan sebuah proposal, mengapa untuk hidup yang berjalan puluhan tahun kita tidak membuat proposal? Mengapa kita membiarkan hidup kita mengalir tanpa arah, tanpa tujuan, dan tanpa cita-cita?" Nah pemikiran ini jarang sekali kita temui untuk sekarang ini, kecuali bagi orang-orang sukses yang telah mengecap dan menyelami hitam putih cobaan.

Oleh karena itu, sekali lagi saya mendapati pelajaran hidup yang serat akan makna dan itu saya dapati setelah melakukan kegiatan Tulis-menulis, yang saya harapkan kepada teman-teman semua juga merasakan seperti apa yang saya rasakan saat ini. walaupun dari segi usia dalam menulis, saya masih tergolong pendatang baru dan sekali lagi saya katakan bahwa saya telah "tergila-gila dengan Membaca dan menulis".

Mohon Koreksian teman-teman!!!

[Oleh-oleh Bedah buku Agus Musthafa Di 9 Wali] "Membaca Al-Quran dengan metode Puzzle, dan Beragama dengan Akal Sehat"  

Posted by Unknown in ,



Hari ini saya mendapatkan pelajaran sekaligus hikmah yang sungguh menggugah hati saya untuk menceritakannya kembali kepada ikhwan/akhwat difb ini. Apa yang seminggu ini saya alami dan amati yang kiranya menjadi ibrah sekaligus nikmat yang perlu disyukuri yang itu dapat saya rasakan untuk saat ini. Seminggu yang lalu, ketika ada kabar adanya acara bedah buku yang diadakan ditoko buku sembilan wali yang mengulas buku karya Agus Musthafa yang berjudul “Membaca Al-Qur’an dengan metode puzzle”, saya merasa beruntung karna baru kali ini mengikuti acara bedah buku itu. Yang mana pembedahnya sudah tak asing lagi bagiku, salah satunya adalah Ust.Qosim Nurseha yang tak lain adalah guru ma’had sendiri yang telah berkecimpung luas dalam dunia diskusi dan keilmuan. Dan ia ditemani oleh pak Azhari Akmal MA, seorang dosen yang tak asing lagi dimata mahasiswa fakultas syari’ah IAIN sumatera utara, yang tulisannya sering saya baca dikoran waspada. Sungguh kesempatan yang berharga, karena telah mengikuti acara ini, selain dapat bertemu langsung dengan penulis yang telah saya baca tulisannya itu, saya juga mendapat ilmu yang luas dan dapat bersilaturahmi dengan para pengujung yang hadir dalam acara ini.


Ada hal yang menarik bagi saya selama mengikuti acara bedah buku pertama untuk serial buku Agus Musthafa ke-19 yang sedang dibahas ini. Yaitu, judul bukunya yang menantang para pembaca untuk mengamati lebih lanjut maksud dari penulisnya. Tidak sekedar menuliskan buku saja, namun penulisnya juga mampu membuat pembacanya bertanya-tanya akan tema yang sering diambil yang itu dikaitkan dengan dunia pemikiran dan ijtihad dalam berpikir secara bebas. Untuk bukunya yang ke-19 ini, penulis ingin menyumbangkan sebagian pemikirannya dalam membaca Al-Quran, yang dianggapnya seperti menyusun puzzle. Yaitu tidak membaca Al-Quran hanya dengan memahami potongan demi potongan ayat yang terpisah. Yang itu semestinya dikumpulkan terlebih dahulu dari ayat yang terpisah yang membahas sebuah permasalahan. Pastinya dapat dirumuskan dengan menyatukan pemahaman setiap potongan ayat tersebut dan tidak dipahami sepotongan ayat saja. Dalam hemat penulis, metode puzzle ini akan membantu para qoriul Quran untuk memahami Al-Qu’an secara global tanpa harus terjebak dalam pemikiran bahwa membaca Al-Quran adalah hal yang membosankan, karena harus memahami satu-persatu ayat dalam satu surat yang dianggap tidak diperlanjuti dalam surat itu saja. Seperti halnya puzzle, pastinya dengan metode ini pembaca Al-Quran diajak untuk memahami Al-Quran dengan cara yang unik dan menarik yang itu diharapkan membantu masyarakat awam agar lebih giat membaca dan memahami Al-Quran secara intents.

Tidak hanya untuk buku serial ke 19 ini saja, namun juga ia terapsepkan terhadap buku-bukunya terdahulu yang tema-temanya sering membuat pembaca terheran dan bertanya apa maksud yang tersembunyi didalamnya. Seperti yang pernah saya baca, walaupun hanya sekedar judul buku saja, karena tak sempat membeli disebabkan minimnya finansial ketika itu. Ada bukunya yang berjudul bertahajjud disiang hari, shalat dhuhur dimalam hari, Adam bukan manusia pertama, Ternyata Akhirat tidak kekal dll. Yang kesemuanya itu membuat saya ingin menelusuri lebih dalam untuk sekedar membaca buku-bukunya tersebut. Yah walaupun bukan untuk saat ini, namun kedepannya saya usahakan untuk membeli buku-bukunya itu.

Hari sabtu ini, untuk keduakalinya saya kembali mendapat kesempatan mengikuti acara bedah buku yang kembali membahas bukunya Agus Musthafa untuk serial diskusi ke-20 yang berjudul Beragama dengan akal sehat. Berangkat dari ma’had yang kebetulan lagi mengadakan acara besar yaitu Marching Band Se-Sumatera Utara dan Aceh, saya beserta ketiga teman saya menyatukan misi untuk dapat mengikuti acara bedah buku untuk kedua kalinya ini. Yang itu diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan yang lebih luas dalam membaca buku karangan Agus Musthafa ini. Walaupun sebenarnya merasa amat disayangkan, karena acara bertepatan dengan diadakannya even besar se-Sumatera Utara dima’had dan tidak dapat menyaksikan lomba tersebut untuk siang harinya. Namun kami berfikir bahwa acara yang marching band ini masih berkelanjutan sampai hari Minggu, pastinya ada hal yang harus dikorbankan dan diprioritaskan. Yang itu berujung dengan kepergian kami untuk hadir dalam acra bedah buku ke-dua ini. Untuk buku yang ke-20 puluh ini, yang akan menjadi pembedahnya adalah Bapak Ahmad Khaidir SE.MM yang sering dipanggil Pak Diding oleh kerabat-kerabatnya. Ditemani Ust.Qosim yang mendapat kesempatan keduakalinya membedah buku ini, seakan tiada habisnya ilmu yang ia miliki dimanfaatkan kembali untuk sekedar menuangkan pemikiran juga pendapatnya terhadap buku-buku karya bapak Agus Musthafa ini.

 
Untuk buku yang ke-20 ini, pembedah memberikan anggapan kepada hadirin bahwa penulis membahas hakikat umat dalam beragama yang itu harus didasari dengan akal yang sehat. Melihat kembali hakikat umat yang kini sering dijejali oleh doktrin serta dogma yang salah kaprah, seperti aliran sesat yang menjamur juga extrimisme yang kini meracuni pemikiran umat berdalihkan jihad serta ijtihad, yang itu sering membuahkan anggapan bahwa islam merupakan agama yang penuh dengan doktrin dan dogma dogma serta belakangan ini mencantumkan bahwa islam merupakan agama Teroris yang itu berkembang di dunia barat. Hal ini mengakibatkan cemarnya Islam itu sendiri terhadap pandangan masyarakat awam pada umumnya yang tidak mengetahui hakikat islam sebenarnya. Terlebih dengan pemikiran SEPILIS( Sekulerism, pluralism,Liberalism) yang kini lagi merebak dimasyarakat luas, yang itu dipelopori para intelek-intelek yang mendapatkan kepercayaaan penuh dari publik. Dan itu berimbas kepada masyarakat awam yang kurang memahami secara mendetail perihal pemikiran barat tersebut. Dari sinilah penulis berkeyakinan penuh bahwa akal yang sehat itu diidentikkan dengan pemikiran yang sehat pula dalam memahami seluk beluk hakam hukum agama. Juga ketaklidan yang semestinya dirujukkan kepada Rasullah sebagai Uswatun Hasanah bagi seluruh umat. Dengan berakal sehat pula hendaknya dijadikan dasar dalam memahami agama secara sehat. Walaupun tidak semuanya hakam-hukum itu harus dirasionalkan, namun dengan hanya memahami hakikat agama yang dapat dikategorikan dalam 3 tahap yaitu ‘Ilmu yaqin, ‘Ainul Yaqin, dan Haqul Yaqin cukup membantu umat dalam memahami agama islam dengan cara yang sederhana.

Selama diskusi berlangsung, kedua pembedah yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda tersebut sangat menikmati apa yang sedang mereka utarakan. Walaupun dengan sedikit cara yang berbeda, namun tidak mengurangi rasa takjub hadirin yang hadir saat itu. Karena masing-masing mereka saling melengkapi satu sama lain. Dengan diselingi canda dan humor hangat disela-sela diskusi yang berjalan, mereka mampu menampik pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan beberapa orang dari hadirin dengan pertanyaan yang tajam dan terperinci. Yang itu mereka hadapi dengan tenang serta pemahaman yang sederahana namun tak lari dari jalur diskusi.

HAL-HAL YANG MENARIK SELAMA DISKUSI

Ada hal-hal yang menarik selama mengikuti 2 kali diskusi yang diadakan di Toko Buku Sembilan Wali ini. Yang Pertama, ada dua kejadian yang mengalami hukum timbal balik yang itu membuat saya takjub sekaligus merasa terpesona melihatnya. Yaitu tatkala sabtu seminggu yang lalu mendengar kabar duka meninggalnya salah seorang Ustad yang mengajar dima’had karena mengidap serangan jantung. Dalam keadaan yang tidak menyusahkan keluarga, almarhum meninggal dalam menjalankan amanah besar pesantren yang itu saya anggap menjadi amalan yang dapat dijadikan modal utama yang mengiringi akhir hayatnya dengan husnul khatimah, saya tidak tahu banyak mengenai jalan hidup beliau, yang saya ketahui bahwa almarhum meninggal dalam keadaan yang baik dan tidak menyusahkan orang banyak. Walaupun kepergiannya meninggalkan duka yang amat mendalam dihati kerabat maupun anak didiknya yang sabtu ini mengikuti lomba yang amat ia impikan. Dan almarhumlah yang memprakarsai diadakannya lomba ini sehingga dapat dilakasanakan dima’had. Semoga kepergian beliau dapat diterima disisi-Nya dengan amalan-amalan yang menghantarkannya menuju tempat terbaik dialam baka sana.

Namun rasa duka yang pahit itu kini diganti dengan lahirnya sosok khalifah dari rahim Uszh. Ningsi istri dari pada Ust. Qosim yang minggu lalu juga mendengar musibah tersebut tatkala dikabarkan pak perwira ketika Bedah buku pertama diberlangsung. Hal ini merupakan timbal balik dari musibah yang terjadi seminggu yang lalu, Patah tumbuh hilang berganti, mati satu tubuh seribu kira-kira peribahasa itu yang dapat saya umpamakan untuk dua kejadian yang terjadi dalam satu minggu ini. Kabar duka diganti dengan kabar gembira, mungkin ini adalah rahmat dari Allah renungku saat itu.

Yang kedua, Saya dapat bertemu dengan para penulis yang sering saya kenal baik dari tulisannya dikoran juga dari facebook. Terlebih saat salah seorang abangan saya Akhi Radinal Mukhtar Hrp, Alumni ma’had 2 tahun diatas saya yang kami undang dari Surabaya, beliau telah menuliskan sebuah buku yang telah launching di surabaya dan kini berniat akan melebarkan tangan ke Medan di samping acara pelatihan kepenulisan yang akan diadakan di5 tempat minggu ini. Saya dapat bertemu dengan Bapak Azhari Akmal MA yang tulisannya sering saya baca di berbagai media cetak dan beliau merupakan anggota elBete Sumut. Saya juga dapat bertemu dengan Akhi Rahmat Hidayat, kenalan saya dari facebook yang merupakan Resentator Tabloid Indonesia Monitor dan Pengurus Divisi IT Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) SUMUT,dan bertemu dengan para pengunjung yang beragam profesi diWali Songo. Akhirnya ketika saya bertemu dengan mereka motivasi saya untuk menulis menjadi bertambah, seakan tangan ini gatal untuk menuliskan pengalaman yang terjadi selama bedah buku ini.

Yang ketiga, saya bersyukur berkat diadakannya bedah buku ini, saya bersama teman saya yang tergabung dalam anggota kops yang sebentar lagi akan kami rintis selama pelatihan kepenulisan nanti. Mendapat dukungan dari berbagai pihak yang siap membantu kami dalam mewujudkan niatan kami ini. Semoga niat suci ini dapat terjaga dengan rasa tanggung jawab penuh dalam mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dalam membangun bangsa dan negara. Ada satu lelucon yang membuat saya tertawa ketika itu, yaitu ketika hendak melaksanakan shalat Ashar berjama’ah seusai bedah buku." Wah reunian Be Excellent Santri nih....".kata Akh Radinal saat nongkrong-nongkrong bersama. Yang mana ketika itu saya, Akh Radinal, Akh Rahmat, Ust.Qosim, yang telah menyumbangkan tulisan di Be Excellent Santri bertemu dan ngobrol bersama dengan canda yang hangat. Saya kira ini adalah momen yang amat berharga bagiku. Saya berharap semoga momen-momen seperti ini dapat memperluas jaringan dalam melebarkan sayap prestasi yang masih bersembunyi dalam diri ini. Amien......

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi bagi ikhwan wal akhwat yang sudi kira membaca nya.

mohon saran dan kritikannya...temen-temen

Ikhwan Sejati Itu Gimana Ya...?  

Posted by Unknown in

Cowok sejati itu kayak gimana sih? Yang bahunya bidang dan kekar? Yang gayanya macho? Yang suaranya lantang dan keras? Yang berani berantem ? atau cowok yang daftar pacaranya paling banyak


Ibu, Ceritakan Aku tentang Ikhwan Sejati. Seorang pria bertanya pada ibunya.
Ibu, Ceritakan padaku tentang ikhwan sejati." Sang ibu tersenyum dan menjawab.
Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, Tetapi dari kasih sayangnya pada orang di sekitarnya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, Tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.

Ikwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat disekitarnya, Tetapi dari sikapnya yang bersahabat pada generasi muda bangsa.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati di tempat kerjanya, Tetapi bagaimna dia dihormati di didalam rumahnya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, Tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan.

Ikhwan sejati bukanlah dilhat dari dadanya yang bidang, Tetapi dari hati yang ada di balik itu[hati]

Ikhwan sejati bukanlah dari banyaknya akhwat yang memujanya, Tetapi dari komitmentnya terhadap akhwat yang dicintainya.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankannya, Tetapi dari tabahnya dia menjalani lika liku kehidupan.

Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya ia membaca Al-Qur'an, Tetapi dari konsistenannya menjalani apa yang dia baca.

"Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Bu?" Tanya anaknya.
Ibunya pun menjawab , "Muhammad SAW."


                                                                        ******
 
  Kata-kata ini saya kutip dari sebuah Novel mini karangan Deasy Rafianty yang berjudul "COWOK SEJATI", buku ini menceritakan lika liku seorang anak muda yang bernama Muhammad Sofiyan Hermanto, namun sering dipanggil Sofy oleh teman-teman tempat ia sekolah ,dan ingin mencari jati dirinya untuk menjadi ikhwan sejati.

Menarik sekali untuk diikuti, perjalanan yang amat rumit dan penuh tantangan. hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak memiliki sesosok publik figur untuk dirinya sebagai seorang lelaki, karena telah ditinggal lama oleh ayah tercinta. dan tinggal bersama Ibu juga ketiga mbaknya yang kurang mengetahui banyak seluk beluk untuk menjadi seorang lelaki sejati.

Walaupun pintar, namun sering kali ia diledekin oleh teman-temannya karena sikapnya yang kemayu dan menjurus feminin. Didikan ibu dan mbaknya membentuknya menjadi seorang yang asing dalam pandangan teman-temannya disekolah. karena kebiasaannya tidak seperti anak anak lelaki yang ada disekolahnya.

Walhasil ia belajar kursus kepada kawan dekatnya Rio yang amat ia benci karena sering menganggunya, namun sudi membantunya untuk menjadikannya seperti yang ia cita-citakan.
tahap-demi tahap dilalui namun sering kali dirasakan bertolak belakang dengan nuraninya. betapa tidak ia harus melakukan perbuatan yang menjadikannya risih bahkan menjurus ekstrem. yang pada akhirnya membuatnya sadar bahwa itu semua itu tidak menjadikannya pada apa yang ia inginkan.
sampai suatu ketika ia membaca sebuh tulisan mbaknya yang berjudul "Ibu ceritakan aku, siapa ikhwan sejati itu?" yang tertulis diagenda. yang mendefenisikan sesosok "COWOK SEJATI" dalam pandangan mbaknya yang saya tuliskan diatas


Yang ingin saya ambil pelajaran dari Novel ini adalah bagaimana kita sebagai generasi muda dapat membentuk karakter kita menjadi yang terbaik dalam pandangan sosial namun tidak melupakan jati diri kita yang sebenarnya itu dapat kita bentuk dengan sikap mandiri dan integritas tinggi. sebagaimana semboyan yang sering terdengar "Be Your Self", Percaya Diri terhadap diri sendiri dan tidak dengan anggapan orang-orang yang terkadang menjauhkan, menjatuhkan dan bahkan membuat kita merasa terkucilkan.

Novel ini bagus untuk sobat-sobat ku terkhusus para ikhwan yang sedang membentuk jati diri. saya katakan "membentuk", karena karakter adalah untuk dibentuk dan bukan dicari. Dan Novel ini juga pantas dibaca untuk para akhwat yang ingin mengetahui bagaimana sosok pria sejati dalam kaca mata positif dan tidak dipandang fisik semata. Dengan bahasanya yang ringan dan menghibur, membuat yang membaca buku tak merasa bosan. cobain saja deh....

Yups, Selamat Membaca.....yah!!!! Semoga menjadi panduan yang menuntut kita dengan cara yang unik dan menarik dalam bentuk cerita untuk mengungkap identitas yang masih bersembunyi dalam diri masing-masing. Amien.....

Judul : Ikhwan Sejati
Pengarang : Deasy Rafianty
Penerbit : Gema Insani Press, Jakarta.
Fikri (Fiksi Remaja Islami)
Tahun Terbit : Februari 2007
Hal :173 Hal

Teruntukmu Malaikatku  

Posted by Unknown in

Sobat, pernahkah dirimu merasakan apa yang sedang kurasakan saat ini? Rasa bersalah yang teramat sangat. Jauh dari orang tua yang sekarang hanya tinggal berdua. Tak ada lagi putera-puteri yang tersisa. Semuanya berada dalam radius yang sangat jauh, menempuh episode kehidupan masing-masing. Betapa sepinya mereka.

Sewaktu bayi, entah berapa kali kita mengganggu tidur nyenyak ayah yang mungkin sangat kelelahan setelah seharian bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita. Mungkin juga kotoran kita ikut tertelan Ibu ketika kita buang “kotoran” di saat ibu sedang makan. Ibu juga tidak peduli ketika teman-temannya marah karena membatalkan acara yang sangat penting karena tiba-tiba anaknya sakit. Kekhawatiran demi kekhawatiran tiada pernah henti mengunjungi mereka setiap kali kita melangkah.

Beranjak dewasa, betapa tabahnya ayah dan Ibu menerima pembangkangan demi pembangkangan yang kita lakukan. Mereka hanya bisa mengelus dada karena teman-teman di luar sana lebih berarti daripada mereka. Jarang sekali sekali kita mau menyisakan waktu untuk menyelami mimik wajah mereka yang penuh kecemasan ketika kita pulang telat karena ayah dan ibu selalu menyambut kita dengan senyum.

Sobat, pernahkah dirimu bangun tengah malam dan mendengar tangisan Ibu dalam doanya seperti yang pernah aku dengar?

Tangisan dan doa itulah yang mengantar kesuksesan kita. Pernahkah kita tahu Ayah dan ibu terluka dan mengiba kepada Allah agar kita jangan dilaknat, agar Allah mau mengampuni kita dan memberikan kehidupan terbaik untuk kita? Astaghfirullaahal ‘adziim.

Pernahkah kita berterimakasih ketika kita dapati ayah dan ibu berbicara berbisik-bisik karena takut membangunkan kita yang tertidur kelelahan? Pernahkah kita menghargai patah demi patah kata yang mereka susun sebaik mungkin untuk meminta maaf karena mereka tidak sengaja memecahkan kristal kecil hadiah ulang tahun dari teman kita? Pernahkah kita menyesal karena lupa menyertakan mereka di dalam doa?

Ah, Sobat, betapa tak sebanding cinta dan pengorbanan mereka dengan balasan kasih sayang yang kita berikan. Setelah dewasa dan bisa “menghidupi” diri sendiri, kita masih bisa melenggang ringan meninggalkan mereka (mereka ikhlas asal kita bahagia). Lalu? Mungkinkah kita bisa seperti Ismail as yang merelakan dirinya disembelih ayah kandung demi menuruti perintah Allah? Atau seperti Musa as yang dihanyutkan ketika bayi?

Ternyata kita masih sangat jauh...
Lalu bakti seperti apakah yang bisa kita persembahkan?

teruntukmu wahai ayah dan ibu, walau diri ini belumlah dapat membalas segala jasa-jasamu. belum cukup untuk ku menutupi lubang-lubang kesalahan direlung hatimu atas kekhilafanku. diranah pengabdian ini doakan anakmu agar bijaksana dalam menghadapi berbagai macam hal.agar kiranya ucapan dan tindakan menjadi matang dan lebih dewasa. walaupun tindakan ku belum cukup untuk menyunggingkan senyuman kebahagiaan di bibirmu yang kusut dengan segala prestasi. namun ku masih berusaha untuk itu dengan harapan limpahan doa dan kasih darimu.walau terkadang amarahmu membuatku salah sangka yang itu adalah bukti cintamu terhadapku. ku tak tahu harus bagaimana menyikapinya.


Sobat, bantu aku agar optimis! Ya, masih banyak waktu untuk membahagiakan mereka. Hal yang terkecil yang bisa kita lakukan adalah: tak mengatakan “tidak” ketika mereka menyuruh atau menginginkan sesuatu (tentu saja bukan yang bertentangan dengan agama) dan segera ambil alat komunikasi, hubungi mereka saat ini juga, sapa mereka dengan hangat, pastikan nada suara kita bahagia! Bahagiakan ayah, bahagiakan Ibu! Mulai dari sekarang, selagi Allah masih memberi kesempatan. Walau takkan pernah sebanding, doa-doa kitalah yang mereka harapkan menemani di peristirahatan terakhir nanti.

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami sedari kecil. Jadikan kami termasuk anak-anak yang shaleh ya Allah hingga doa-doa kami termasuk doa-doa yang Engkau ijabah". Aamin.

Tulisan ini kupersembahkan kepada segenap saudara-saudarku diranah perjuangan. semoga kiranya dapat mengobati keriinduan yang berkecamuk dihati. walaupun hanya sekedar kata-kata, namun tindakan nyatalah harapan semestinya. Aku hanya merenung belum berbuat apa-apa. semoga kita dapat melihat senyum kebahagian dibibir mereka.
mari sobat. tunjukkan ghirah kita untuk membahagiakannya.


Ayah dan ibuku yang tercinta, semoga Anakmu menjadi kebangganmu nantinya.

Belajar dari Mas Tono [Menuai Makna Hidup]  

Posted by Unknown in ,

    Pagi berhiaskan kicauan burung merona wajah bumi waqaf, membuka lembaran-lembaran baru dalam beraktifitas. Hangat mentari menyelubungi setiap cela dan lubang-lubang  kecil didinding papan asrama santri. Embun kian pudar dibalik daun hijau yang rimbun. Terdengar olehku suara Mas Tono petugas kebersihan pesantren sedang menyapu halaman depan kamar bersama kedua temannya. Semburat keikhlasan terpancar diraut wajahnya yang riang dan legam dimakan hari. Dengan jaket hijau serta topi yang bertengger diatas kepalanya, tampak ia sedang mengantisipasi dinginnya pagi yang menusuk pori-pori. Walaupun begitu, kerut keluh seakan terkalahkan oleh balutan semangat yang terpacu dalam dirinya.
; Aku duduk didepan kamar sambil mengikat tali sepatu bersiap-siap menuju kelas untuk mengajar, lagi lagi kuperhatikan gerak lengannya yang semakin cepat mengayunkan batang sapu lidi untuk menyapu sampah-sampah daun yang berguguran dibawah pohon sembari memasukkannya ke dalam tong sampah biru yang bertuliskan "Khusus Sampah Daun" yang dicat dengan pilox warna putih dikulit tong. Aku bertanya dalam hati kecilku"Apakah cukup profesi sebgai petugas kebersihan memenuhi kebutuhan hidupnya sekarang ini, melihat dirinya yang kini telah berumah tangga". Memang dilihat dari segi penghasilan tidaklah cukup untuk memnuhi kebutuhan juga dijadikan penopang hidup kalau hanya berprofesikan "Petugas Kebersihan". Namun itu tak menjadi alasan bagi sesosok "Mas Tono" untuk berkeluh kesah dan tunduk dengan segala kekurangan.
Aku tak tahu pasti apa yang mendasarinya melakukan segala aktifitas penuh tanggung jawab itu. Yang dapat ku tafsirkan dari sosoknya adalah rasa keikhlasan juga semangat bekerja menjalankan amanah yang selalu mendasari setiap langkah kaki yang penuh onak duri.
; Pernah suatu ketika aku mencoba menggodanya dengan gurauan hangat yang kuharap dapat menjadi apresiasi dan semangatnya dalam berkerja.
"Bang, jangan bersih kali menyapu halamannya, Ntar bisa berkaca loh....!"
"Ah gak masalah stad, yang penting enak dilihat orang, halaman bersih pasti enak dipandang. terlebih membuat orang nyaman juga berpahala yakan stad?"
"Wah abang nih memang tak ada duanya. coba kalo' semua orang beranggapan begitu ya bang duh enaknya".
"Ustad nih bisa aja, satu orang seperti saya saja udah buat repot ko', gimana lagi kalau dua, bisa-bisa blepotan stad, hehe....!"
; Ia kembali tersenyum setelah mengucapkan sebuah rangakaian kalimat sederhana yang bersumber dari lubuk harinya yang rendah diri itu. sebuah kalimat yang begitu menggugah namun serat akan makna. Aku tertegun sambil menatap bumi, menelusi jalanan menuju kelas sembari mengulang ulang apa yang telah Mas Tono ucapkan itu. Bak embun takjub tersuguhkan ke dalam hati yang gersang dari makna kehidupan, kata-katanya menghipnotisku untuk sejenak merenung. Dari sosok Mas Tono yang sederhana, ia mampu berbuat lebih dengan niatan suci yang jarang sekali dimiliki orang lain sepertinya. Pekerjaan yang kadang dianggap rendahan ini tak menjadikannya rendah diri berlebihan yang kadang membuat seseorang enggan berbuat lebih atau sekedar memiliki tujuan mulia itu. 
; Sesaat ku merasa kerdil sebagai seorang yang  menyandang predikat guru dibandingkan dirinya yang hanya seorang petugas kebersihan pesantren. Belum cukup bagiku untuk memikirkan hal-hal sepele yang sering ku abaikan, yang ternyata itu bermanfaat jikalau aku mencermatinya. aku terkadang luput dari sebuah tanggung jawab untuk memberikan suatu hal yang bermakna kepada anak didikku yang tak lain adalah adik-adikku sendiri. Terkadang ku merasa tinggi hati dengan statusku saat ini yang kadangpula membuatku lupa kacang akan kulitnya, kumelupakan proses yang telah kujalani selama ini. Sebuah keikhlasan yang seharusnya terpatri dalam diri untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Sebuah proses yang telah menggodokku menjadi karakter tangguh. Namun itu semua tidak ada apa-apanya tatkala ku telah lalai dan lari dari jalur proses.
; Aku bertanya pada diri. Sudahkah aku menjadi seorang pengajar seutuhnya? melihat diriku yang terkadang terkalahkan oleh nafsu dan keegoisan yang hanya mengutamakan kepentingan pribadi semata.
Sekali lagi ucapannya mengingatkanku kepada sebuah ayat Al-Quran yang mengatakan "Khairunnasi Anfa'uhum Linnas" Ya, Sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi sesamanya. Sudahkan aku berguna bagi saudaraku. ayat ini sejalur dengan apa yang diucapkan Mas Tono kepadaku pagi itu." Yang penting enak dilihat orang, halaman bersih pasti enak dipandang. terlebih membuat orang nyaman juga berpahala" sungguh rangkaian kata yang menggugah.
Akhirnya perenunganku itu kuceritakan kepada adik-adikku dikelas, kuambil pelajaran berharga dari sesosok Mas Tono. Bahwa sesungguhnya "Keikhlasan dibarengi rasa rendah diri serta rasa ingin membahagiakan orang lain lebih memiliki pengaruh yang berarti untuk diri dan orang lain.  Semestinya tidak ada rasa rendah diri yang terlalu berlebihan. yang itu tak lebih dari sekedar pandangan yang salah atas diri sendiri. Menempatkan diri sendiri secara salah dalam hubungannya dengan orang lain. Penilain atas diri seseorang semestinya didasari atas seberapa mampu dia membangun dirinya sendiri, seberapa besar peran dan sumbangsihnya bagi oranglain dan bagi kehidupan manusia pada umumnya."
Terima kasih Mas Tono untuk pelajaran yang telah diberikan. Semoga sekelumit amalanmu dapat menjadi cerminan bagiku untuk belajar memaknai hidup. "Fa'tabiruu ya Ulil Abshar...."

Ratapan Malam Sang Pengembara Ilmu  

Posted by Unknown in


Malam ini keheningan kembali menyapaku, dingin udara jam 03.00 seakan menyambut pagi esok. Entah mengapa ku merasa terjaga hingga saat ini, tak merasakan sedikitpun rasa kantuk seperti biasanya. Mungkin ini dikarenakan tidurku selama kurang lebih satu jam sebelumnya, dan akhirnya terjaga. Namun ku merasa malamku kini telah hilang dengan segala pengaduan, tak seperti malam malam ketika santri dahulu. kini ku habiskan hanya membuang sebagian besar waktu dengan pekerjaan yang kutak tahu ntah bermanfaat atau sebaliknya hanya sia sia belaka.
Sejenak ku merenung, apakah yang telah kuberikan untuk duniaku? dan apa pula yang telah kubekalkan untuk akhiratku. Kemanakah waktu yang kosong diperguanakan, untuk apakah potensi yang kumiliki kumanfaatkan baik bagi diri ataupun untuk orang lain. sejauh manakah langkahku menggapai ridhonya, sebesar apakah perjuanganku untuk menegakkan kalimatillah. begitu naifnya diri saat ini....
Sebagian waktuku telah terbuang, separuh imanku telah ku korbankan, setangkai tulang sendi perjuangan telah ku patahkan. Patutkah ku masih dapat menerima ampunanMu  Ya Rabb, manakala hati ini selalu ku ingkari dan khianati. Patutkah air mata ini kuteteskan, manakala pandangan selalu melirik kepada hal-hal yang Engkau haramkan. Patutkah ku mengeluh meminta segala rahmah dan anugrah sedangkan aku terus menjauhiMu dan membelakangi-Mu.
Tak tahu kemanakah pena ini harus kuhentikan, sampai manakah tinta ini kutuliskan, serasa segala penyesalan atas segala dosa yang ku torehkan lebih banyak dari sebuah upaya menuju ridhoMu. aku takut apa yang kutuliskan tak sesuai dengan apa yang kuamalkan, aku takut kata-kata manis mendominasi dan melebihi tindakan nyata. 
Masihkah Kau menerimaku Ya Rabb..., 
Masihkah Kau menjadi sahabatku Ya Rabb....
Ku percaya dan yakini Kau masih bersamaku Ya Rahman....
untuk sekedar membawaku menuju tangga-tangga cobaan yang kian tinggi dalam menempuhnya satu persatu.
Walaupun hati ini tak selamanya memihak, ku tahu inlah tandanya Kau menguatkanku agarku lebih tabah. Aku tak ingin dosa ini terus berkesinambungan dan merajalela dalam sela hidupku, merapuhkan iman dan pilar keteguhan.
Bantulah hamba Mu Ya Rabb, untuk keluar dari hitamnya dosa. Walaupun ku tahu Kau hendak menguatkanku dengan segala nafsu dan cobaan yang harus kuhadapi. Namun apadaya kekuatanku belumlah cukup, sendi-sendi kesabaran belum terpatri kokoh dalam jiwa yang rapuh. Dan karena Ku tahu, aku adalah hambaMu yang masih berlumur dosa.
Astaghfiruka Ya Allah...
Astaghfiruka Ya Rahman...
Astaghfiruka Ya Rahim...
Astaghfiruka Ya Mujiba da'wati Saailiin....