[Oleh-oleh Bedah buku Agus Musthafa Di 9 Wali] "Membaca Al-Quran dengan metode Puzzle, dan Beragama dengan Akal Sehat"  

Posted by Unknown in ,



Hari ini saya mendapatkan pelajaran sekaligus hikmah yang sungguh menggugah hati saya untuk menceritakannya kembali kepada ikhwan/akhwat difb ini. Apa yang seminggu ini saya alami dan amati yang kiranya menjadi ibrah sekaligus nikmat yang perlu disyukuri yang itu dapat saya rasakan untuk saat ini. Seminggu yang lalu, ketika ada kabar adanya acara bedah buku yang diadakan ditoko buku sembilan wali yang mengulas buku karya Agus Musthafa yang berjudul “Membaca Al-Qur’an dengan metode puzzle”, saya merasa beruntung karna baru kali ini mengikuti acara bedah buku itu. Yang mana pembedahnya sudah tak asing lagi bagiku, salah satunya adalah Ust.Qosim Nurseha yang tak lain adalah guru ma’had sendiri yang telah berkecimpung luas dalam dunia diskusi dan keilmuan. Dan ia ditemani oleh pak Azhari Akmal MA, seorang dosen yang tak asing lagi dimata mahasiswa fakultas syari’ah IAIN sumatera utara, yang tulisannya sering saya baca dikoran waspada. Sungguh kesempatan yang berharga, karena telah mengikuti acara ini, selain dapat bertemu langsung dengan penulis yang telah saya baca tulisannya itu, saya juga mendapat ilmu yang luas dan dapat bersilaturahmi dengan para pengujung yang hadir dalam acara ini.


Ada hal yang menarik bagi saya selama mengikuti acara bedah buku pertama untuk serial buku Agus Musthafa ke-19 yang sedang dibahas ini. Yaitu, judul bukunya yang menantang para pembaca untuk mengamati lebih lanjut maksud dari penulisnya. Tidak sekedar menuliskan buku saja, namun penulisnya juga mampu membuat pembacanya bertanya-tanya akan tema yang sering diambil yang itu dikaitkan dengan dunia pemikiran dan ijtihad dalam berpikir secara bebas. Untuk bukunya yang ke-19 ini, penulis ingin menyumbangkan sebagian pemikirannya dalam membaca Al-Quran, yang dianggapnya seperti menyusun puzzle. Yaitu tidak membaca Al-Quran hanya dengan memahami potongan demi potongan ayat yang terpisah. Yang itu semestinya dikumpulkan terlebih dahulu dari ayat yang terpisah yang membahas sebuah permasalahan. Pastinya dapat dirumuskan dengan menyatukan pemahaman setiap potongan ayat tersebut dan tidak dipahami sepotongan ayat saja. Dalam hemat penulis, metode puzzle ini akan membantu para qoriul Quran untuk memahami Al-Qu’an secara global tanpa harus terjebak dalam pemikiran bahwa membaca Al-Quran adalah hal yang membosankan, karena harus memahami satu-persatu ayat dalam satu surat yang dianggap tidak diperlanjuti dalam surat itu saja. Seperti halnya puzzle, pastinya dengan metode ini pembaca Al-Quran diajak untuk memahami Al-Quran dengan cara yang unik dan menarik yang itu diharapkan membantu masyarakat awam agar lebih giat membaca dan memahami Al-Quran secara intents.

Tidak hanya untuk buku serial ke 19 ini saja, namun juga ia terapsepkan terhadap buku-bukunya terdahulu yang tema-temanya sering membuat pembaca terheran dan bertanya apa maksud yang tersembunyi didalamnya. Seperti yang pernah saya baca, walaupun hanya sekedar judul buku saja, karena tak sempat membeli disebabkan minimnya finansial ketika itu. Ada bukunya yang berjudul bertahajjud disiang hari, shalat dhuhur dimalam hari, Adam bukan manusia pertama, Ternyata Akhirat tidak kekal dll. Yang kesemuanya itu membuat saya ingin menelusuri lebih dalam untuk sekedar membaca buku-bukunya tersebut. Yah walaupun bukan untuk saat ini, namun kedepannya saya usahakan untuk membeli buku-bukunya itu.

Hari sabtu ini, untuk keduakalinya saya kembali mendapat kesempatan mengikuti acara bedah buku yang kembali membahas bukunya Agus Musthafa untuk serial diskusi ke-20 yang berjudul Beragama dengan akal sehat. Berangkat dari ma’had yang kebetulan lagi mengadakan acara besar yaitu Marching Band Se-Sumatera Utara dan Aceh, saya beserta ketiga teman saya menyatukan misi untuk dapat mengikuti acara bedah buku untuk kedua kalinya ini. Yang itu diharapkan dapat menambah pemahaman dan wawasan yang lebih luas dalam membaca buku karangan Agus Musthafa ini. Walaupun sebenarnya merasa amat disayangkan, karena acara bertepatan dengan diadakannya even besar se-Sumatera Utara dima’had dan tidak dapat menyaksikan lomba tersebut untuk siang harinya. Namun kami berfikir bahwa acara yang marching band ini masih berkelanjutan sampai hari Minggu, pastinya ada hal yang harus dikorbankan dan diprioritaskan. Yang itu berujung dengan kepergian kami untuk hadir dalam acra bedah buku ke-dua ini. Untuk buku yang ke-20 puluh ini, yang akan menjadi pembedahnya adalah Bapak Ahmad Khaidir SE.MM yang sering dipanggil Pak Diding oleh kerabat-kerabatnya. Ditemani Ust.Qosim yang mendapat kesempatan keduakalinya membedah buku ini, seakan tiada habisnya ilmu yang ia miliki dimanfaatkan kembali untuk sekedar menuangkan pemikiran juga pendapatnya terhadap buku-buku karya bapak Agus Musthafa ini.

 
Untuk buku yang ke-20 ini, pembedah memberikan anggapan kepada hadirin bahwa penulis membahas hakikat umat dalam beragama yang itu harus didasari dengan akal yang sehat. Melihat kembali hakikat umat yang kini sering dijejali oleh doktrin serta dogma yang salah kaprah, seperti aliran sesat yang menjamur juga extrimisme yang kini meracuni pemikiran umat berdalihkan jihad serta ijtihad, yang itu sering membuahkan anggapan bahwa islam merupakan agama yang penuh dengan doktrin dan dogma dogma serta belakangan ini mencantumkan bahwa islam merupakan agama Teroris yang itu berkembang di dunia barat. Hal ini mengakibatkan cemarnya Islam itu sendiri terhadap pandangan masyarakat awam pada umumnya yang tidak mengetahui hakikat islam sebenarnya. Terlebih dengan pemikiran SEPILIS( Sekulerism, pluralism,Liberalism) yang kini lagi merebak dimasyarakat luas, yang itu dipelopori para intelek-intelek yang mendapatkan kepercayaaan penuh dari publik. Dan itu berimbas kepada masyarakat awam yang kurang memahami secara mendetail perihal pemikiran barat tersebut. Dari sinilah penulis berkeyakinan penuh bahwa akal yang sehat itu diidentikkan dengan pemikiran yang sehat pula dalam memahami seluk beluk hakam hukum agama. Juga ketaklidan yang semestinya dirujukkan kepada Rasullah sebagai Uswatun Hasanah bagi seluruh umat. Dengan berakal sehat pula hendaknya dijadikan dasar dalam memahami agama secara sehat. Walaupun tidak semuanya hakam-hukum itu harus dirasionalkan, namun dengan hanya memahami hakikat agama yang dapat dikategorikan dalam 3 tahap yaitu ‘Ilmu yaqin, ‘Ainul Yaqin, dan Haqul Yaqin cukup membantu umat dalam memahami agama islam dengan cara yang sederhana.

Selama diskusi berlangsung, kedua pembedah yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda tersebut sangat menikmati apa yang sedang mereka utarakan. Walaupun dengan sedikit cara yang berbeda, namun tidak mengurangi rasa takjub hadirin yang hadir saat itu. Karena masing-masing mereka saling melengkapi satu sama lain. Dengan diselingi canda dan humor hangat disela-sela diskusi yang berjalan, mereka mampu menampik pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan beberapa orang dari hadirin dengan pertanyaan yang tajam dan terperinci. Yang itu mereka hadapi dengan tenang serta pemahaman yang sederahana namun tak lari dari jalur diskusi.

HAL-HAL YANG MENARIK SELAMA DISKUSI

Ada hal-hal yang menarik selama mengikuti 2 kali diskusi yang diadakan di Toko Buku Sembilan Wali ini. Yang Pertama, ada dua kejadian yang mengalami hukum timbal balik yang itu membuat saya takjub sekaligus merasa terpesona melihatnya. Yaitu tatkala sabtu seminggu yang lalu mendengar kabar duka meninggalnya salah seorang Ustad yang mengajar dima’had karena mengidap serangan jantung. Dalam keadaan yang tidak menyusahkan keluarga, almarhum meninggal dalam menjalankan amanah besar pesantren yang itu saya anggap menjadi amalan yang dapat dijadikan modal utama yang mengiringi akhir hayatnya dengan husnul khatimah, saya tidak tahu banyak mengenai jalan hidup beliau, yang saya ketahui bahwa almarhum meninggal dalam keadaan yang baik dan tidak menyusahkan orang banyak. Walaupun kepergiannya meninggalkan duka yang amat mendalam dihati kerabat maupun anak didiknya yang sabtu ini mengikuti lomba yang amat ia impikan. Dan almarhumlah yang memprakarsai diadakannya lomba ini sehingga dapat dilakasanakan dima’had. Semoga kepergian beliau dapat diterima disisi-Nya dengan amalan-amalan yang menghantarkannya menuju tempat terbaik dialam baka sana.

Namun rasa duka yang pahit itu kini diganti dengan lahirnya sosok khalifah dari rahim Uszh. Ningsi istri dari pada Ust. Qosim yang minggu lalu juga mendengar musibah tersebut tatkala dikabarkan pak perwira ketika Bedah buku pertama diberlangsung. Hal ini merupakan timbal balik dari musibah yang terjadi seminggu yang lalu, Patah tumbuh hilang berganti, mati satu tubuh seribu kira-kira peribahasa itu yang dapat saya umpamakan untuk dua kejadian yang terjadi dalam satu minggu ini. Kabar duka diganti dengan kabar gembira, mungkin ini adalah rahmat dari Allah renungku saat itu.

Yang kedua, Saya dapat bertemu dengan para penulis yang sering saya kenal baik dari tulisannya dikoran juga dari facebook. Terlebih saat salah seorang abangan saya Akhi Radinal Mukhtar Hrp, Alumni ma’had 2 tahun diatas saya yang kami undang dari Surabaya, beliau telah menuliskan sebuah buku yang telah launching di surabaya dan kini berniat akan melebarkan tangan ke Medan di samping acara pelatihan kepenulisan yang akan diadakan di5 tempat minggu ini. Saya dapat bertemu dengan Bapak Azhari Akmal MA yang tulisannya sering saya baca di berbagai media cetak dan beliau merupakan anggota elBete Sumut. Saya juga dapat bertemu dengan Akhi Rahmat Hidayat, kenalan saya dari facebook yang merupakan Resentator Tabloid Indonesia Monitor dan Pengurus Divisi IT Lembaga Baca Tulis (eLBeTe) SUMUT,dan bertemu dengan para pengunjung yang beragam profesi diWali Songo. Akhirnya ketika saya bertemu dengan mereka motivasi saya untuk menulis menjadi bertambah, seakan tangan ini gatal untuk menuliskan pengalaman yang terjadi selama bedah buku ini.

Yang ketiga, saya bersyukur berkat diadakannya bedah buku ini, saya bersama teman saya yang tergabung dalam anggota kops yang sebentar lagi akan kami rintis selama pelatihan kepenulisan nanti. Mendapat dukungan dari berbagai pihak yang siap membantu kami dalam mewujudkan niatan kami ini. Semoga niat suci ini dapat terjaga dengan rasa tanggung jawab penuh dalam mewujudkan generasi bangsa yang cerdas dalam membangun bangsa dan negara. Ada satu lelucon yang membuat saya tertawa ketika itu, yaitu ketika hendak melaksanakan shalat Ashar berjama’ah seusai bedah buku." Wah reunian Be Excellent Santri nih....".kata Akh Radinal saat nongkrong-nongkrong bersama. Yang mana ketika itu saya, Akh Radinal, Akh Rahmat, Ust.Qosim, yang telah menyumbangkan tulisan di Be Excellent Santri bertemu dan ngobrol bersama dengan canda yang hangat. Saya kira ini adalah momen yang amat berharga bagiku. Saya berharap semoga momen-momen seperti ini dapat memperluas jaringan dalam melebarkan sayap prestasi yang masih bersembunyi dalam diri ini. Amien......

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi bagi ikhwan wal akhwat yang sudi kira membaca nya.

mohon saran dan kritikannya...temen-temen

This entry was posted on Minggu, 21 Februari 2010 at 02.34 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar