~mengukir wajahmu~  

Posted by Unknown in ,


 









ku ukir wajah sejukmu di laman hatiku
namun kerap melambaikan perih meradu
ku sapa angin sepoi suaramu
namun menaburkan benih pilu meribu
aku malu, tetapi rindu
aku ramu sejuta syahdu
untukmu....


senja menjadi sahabat 
saat rindu melabuh
di lembayung senja
menunggumu
dengan rinai asa yang indah

walaupun waktu bungkam tak bersua
kau masih dalam lingkupan cakrawala hatiku
merajut bernih cinta yang kian rapuh



Muhammad Nur 31/03/10

Dokumentasi perjalanan mengikuti Workshop di Hotel Soechi Medan International  

Posted by Unknown in , ,

Syukur alhamdulillah mendapat kepercayaan untuk mengikuti Workshop Guru-guru B. Inggris di Hotel Soechi Medan International, tepat pada hari sabtu kemarin. Sudah barang tentu hal ini adalah kesempatan berharga bagi saya untuk dapat menimba ilmu serta wawasan yang banyak demi mengembangkan potensi khususnya di bidang pengajaran B. Inggris. Ya, maklumlah, masih tahap pengabdian. Masih banyak hal yang harus dipelajari untuk lebih mencapai target kompetensi pengajaran. Minimnya ilmu, serta kurangnya mentalitas yang mesti di sempurnakan lagi, serta kesiapan dalam menghadapi segala aral rintangan hendaklah di perhatikan. Karena tidak ingin pengajaran yang selama ini saya geluti, berlalu begitu saja tanpa membekas di dalam diri sendiri. Saya terapkan dalam diri agar apa yang saya ajarkan ini, juga mampu mengajarkan diri saya untuk memperbaiki mentalitas dan kuantitas. Semoga ini menjadi pembelajaran yang konsisten untuk saya lakukan dan tanamkan, khususnya selama masa pengabdian di bumi waqaf ini.


Tepat pada hari sabtu, saatnya mempersiapkan diri mengikuti workshop tersebut. Bersama ke-tujuh rekan pengajar yang masing-masing telah di bagi menjadi 2 kategori, yaitu pengajar pelajaran B.Inggris dan pengajar pelajaran Matematika. Ini terbentuk setelah seminggu sebelumnya di utus dan di tetapkan oleh Bapak Kabid Pendidikan atas musyawarah guru-guru bahasa inggris dari kelas I-VI tepatnya di kantor guru, membicarakan perihal siapa yang akan di utus atas undangan yang telah di terima dari kantor Tsanawiyah. Keputusan dari kabid sendiri sebelum adanya sanggahan, bahwa yang diutus adalah mereka guru-guru senior yang kiranya di percayakan mampu untuk mengadopsikan kembali ilmu tersebut kepada anak-anak kedepannya. Namun, salah seorang guru senior yang juga mendengar keputusan tersebut seketika angkat bicara dan mengusulkan agar kami yang masih terbilang baru sebagai staff pengajar selayaknya yang mengikuti workshop tersebut. Dengan alasan yang sangat sederhana, setelah melihat berkas undangan yang diterima bahwa materi yang akan di berikan adalah materi yang di khususkan kepada anak-anak strata SD. Dan melihat pengalaman mereka yang mungkin kiranya sudah sering mengikuti pelatihan maupun workshop-workshop di moment tertentu, membuat rekan guru senior saya tadi mengusulkan agar memberikan kesempatan kepada kami yang mungkin belum memiliki pengalaman banyak akan hal ini. Sungguh kebesaran jiwa sebagai sesama pengajar yang patut saya tiru akan sikap dewasa ini. Ya, betapa tidak, kesempatan di depan mata di sia-siakan begitu saja demi kepentingan orang lain yang mungkin lebih membutuhkannya. Sejurus dengan masukan ustad tersebut, akhirnya Kabid mengiyakan sembari menanyakan kepada kami yang hadir saat itu juga, siapakah gerangan yang diantara kami yang siap menjadi utusan mewakili pondok. Satu persatu nama disebutkan, baik itu pengajar B.Inggris juga Matematika. Yang paling di utamakan ketika itu adalah mereka yang hadir pada saat perkumpulan itu juga. Walaupun mungkin ada yang berkeinginan untuk mengkutinya di antara guru-guru pengajar yang tidak hadir, namun untuk menjunjung loyalitas kedisiplinan, maka lebih di utamakan para pengajar yang hadir ketika itu. Dan Alhamdulillah, saya terpilih untuk mengikutinya. Melihat minimnya kegiatan juga perlunya pemebelajaran selama pengabdian, menjadikan saya masuk kategori sebagai utusan. Terlebih karena saya merupakan guru pengajar Materi Bahasa Inggris, otomatis agar lebih menguasai sistem pembe
lajaran dan pengajaran kepada anak-didik nantinya.

Bersama ke-tiga rekan satu profesi, yakni pengajar B.Inggris. Saya, rekan saya Irfansyah Putra, Sri Wahyuni Bangun, dan Fitri Mirnawati, bersiap diri untuk bergegas ke hotel tersebut sedini mungkin. Karena pendaftaran ulang peserta di mulai pada pukul 13.00-13.30, kami merencanakan pukul 12.00 harus tiba di tempat tujuan, mewanti-wanti kalau saja di hotel tersebut tidak ada tempat untuk menunaikan shalat dzuhur. Ya, mengapa? setelah mengetahui bahwa hotel tersebut adalah miliki orang cina, yang mayoritas pegawai dan pemiliknya beragamakan budha, mungkin saja tidak di sediakan mushala untuk shalat.
Saya bersama rekan saya irfansyah berangkat dari pondok setelah istirahat ke dua anak-anak di kelas. Dengan mengendarai sepeda motor, kamipun pergi ke hotel tujuan. Sedangkan dua rekan lagi, menaiki mobil pondok yang kebetulan lagi kosong. Setiba di tempat, saya melihat suasana yang lain. Ya, maklumlah jarang masuk hotel, apalagi menginap, hiks.
Berpose di salah satu bilik hotel
Arsitektur, juga berbagai macam perabot yang megah tersuguhkan , mengkilap dimata yang memandangnya. Kami naiki tangga eskalator yang mati, loh ko' bisa mati nih, pikirku saat itu. Hotel megah seperti ini ko' bisa mati eskalatornya? Ya sudahlah, nikmati apa yang ada saja. Langkah demi langkah mengantarkan kami ke ruang-ruang penginapan dan perjamuan. Nama setiap ruang yang kami kunjungi unik-unik. Ada ruang Sumatera, karo, nias, dll. Yang mana disesuaikan dengan nama suku dan adat istiadat. Wah, unik sekali nih. bisik hati ketika itu.

Waktu masih menunjukkan pukul 12.15 di mana acara masih satu jam lagi di mulai. Sejurus dengan itu, perut saya sudah mulai lapar karena tidak sempat sarapan pagi sebelumnya. Eh, ternyata rekan saya yuni dan fitri juga demikian, merasa lapar karena belum makan pagi juga. Wah, kalau begitu satu hati dong..hehehe. Namun tidak dengan rekan saya irfansyah, ia masih merasa kenyang karena telah makan pagi jam 10.00 sebelum berangkat. Ya sudahlah, akhirnya saya hanya bertiga dengan ke dua saudari saya untuk mencari rumah makan di sekitar hotel yang harganya terjangkau, takut seandainya makan di hotel dana tak mencukupi, bisa malu tuh!. Sembari berjalan-jalan sekitar hotel untuk turun, ternyata ada lift yang telah tersedia di hotel tersebut. kami pun menunggu turunnya lift hingga tiba di lantai 5 tempat kami berada. Duh, ko tidak dari tadi tahunya, kalau ada lift di sini. Kalau tahukan bisa menghemat tenaga, ketus salah seorang rekanku tadi. Keluar dari hotel segera kami meniliki rumah makan yang berada di sekitarnya, Sembari mencari masjid untuk shalat, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 12.30. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga ke rumah makan samping pasar, tepatnya dekat masjid Maa'ul Hayat samping gedung Tirtanadhi. Wah, kebetulan sekali tuh. Tidak memakan waktu banyak untuk mencari tempat shalat. Makan, Shalat, dan terakhir kamipun kembali ke hotel.

PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN

Akhirnya tibalah saatnya untuk mendengarkan materi yang akan di berikan oleh Mrs Faraah Aida Rahmat, (Bachelor degree in Education, Mojoring in English Language and a Master in Cultural Studies in Singapore). Ya, tamunya sengaja di datangkan in singapura, tidak lain mengingat banyaknya pengalaman yang di tekuni olehnya khususnya dalam pengajaran berhasa inggris, matematika, juga sains. Sekaligus membandingkan cara pengajaran yang efektif baik itu di indonesia maupun di singapura.
Adalah Mr Steven Lim, selaku manajer pemasaran international dari Marshall Cavendish Singapura. Ia membuka acara wokrshop sekaligus mengenalkan sistem pengajaran di singapura, bahwa singapura mengutamakan tiga bidang keilmuan yang di antaranya : B.Inggris, Matematika, dan Sains sebagai pelajaran inti yang harus di enyam oleh anak didik mereka. Dengan berbagai alasan yang di utarakannya, saya kurang begitu menangkap apa yang ia bicarakan karena minimnya perbendaharaan yang saya miliki untuk lebih menyimak dan memahami apa yang di utarakannya itu. Ya, maklumlah, saya juga masih tahap pembelajaran untuk itu. Kemudian di lanjutkan sambutan oleh Mrs. Djuni Rimba selaku general manajer buku mentari indonesia, yang kurang lebihnya memaparkan perihal buku-buku yang mereka terbitkan khususnya yang berkenaan tentang pembelajaran berbahasa inggris di sekolah.

Dan tibalah masuk acara inti yang di tunggu-tunggu. Dengan senyum sembari menyambut para hadirin, Mrs Farah memperkenalkan diri memakai bahasa inggris. Ketakjuban seketika menyelusup di diri saya ketika itu, betapa tidak, lancarnya ia dalam bicara seketika membawa saya pada lamunan yang tinggi. Saya ingat akan novel ayat-ayat cinta yang konon mengkisahkan sosok fahri yang lancar akan berbahasa inggris, arab, dan jerman. Begitupun saya amat mengidolakan sosok fahri yang multitelenta itu, sembari ingin menjadi seperti dirinya yang dapat melanjutkan study diluar negeri. Ya, sekolah di luar negeri dengan mahir dalam berbahasa baik itu Inggris maupun Berbahasa arab, karena memang itulah yang saya pelajari dari pondok selama ini. Dan keduanya pula yang kini lagi saya kembangkan agar dapat meraih cita dan angan saya itu.
Materi yang akan di berikan untuk kali ini adalah " Teaching Speaking and Grammar in Different Ways" yakni Pengajaran Berbicara dan Tata Bahasa dalam Berbagai Cara. Nah, disini saya mendapati setruman-setruman yang mendekatkan saya kepada sistem pengajaran yang efektif dan mudah untuk di ajarkan kepada anak didik di antaranya :

I. Teaching Grammar Through Speaking ( Mengajar Tata Bahasa Melalaui Berbicara)

~> Mengintegrasikan berbagai macam komunikasi lisan yaitu mendengarkan, berbicara, presentasi keterampilan
~> Menciptakan banyak kesempatan bagi siswa untuk menggunakan keterampilan ini dalam bermakna, punya tujuan dan dipahami cara
~>Mengekspos siswa untuk semua jenis teks lisan baik formal dan informal

Walaupun dengan berbahasa Inggris yang lancar, namun saya mencoba memahaminya dengan bahasa saya sendiri yang mungkin masih terbilang minim untuk ini. Namun, tetap saya berusaha untuk itu yakni dengan bertanya dengan teman yang duduk di samping saya, baik itu rekan saya irfansyah, juga yang lainnya.
Kemudian di lanjutkan kepada berbagai permainan dan strategi pembelajaran di antara:

~>Mengambil keuntungan dari pembelajaran kolaboratif untuk mengembangkan keterampilan komunikasi lisan
~>Membuat Kelompok dan pekerjaan pasangan yang dapat di integrasikan ke berbagai kegiatan tangan atau permainan. Baik itu dengan menceritakan kisah dengan berbahasa inggris yaitu dengan kata " One Day" seperti "One day I woke up late for school/ work, atau permainan Yes/No yaitu permainan yang mengajarkan anak-anak agar lebih aktif dan kreatif dalam mengolah kosa kata, dengan cara membuat sebuah kelompok yang masing-masing di berikan waktu 1 hingga 2 menit untuk menjauhi daripada jawaban Yes/No ketika diberkan beberapa pertanyaan yang nantinya di ajukan dari sahabatnya yang bertanya. contoh : Have you been to Jakarta? So you havent been to Jakarta. Nah, anak yang di minta untuk menjawab di anjurkan menggunakan kalimat baru selain Yes/No, yakni dengan kata "I do", I am ", "Thats true", "That isn't true", "Thats not correct", "exactly dll. Dengan itu anak di ajarkan kepada mencari solusi kata dengan kata yang berbeda dan tidak cenderung kepada kata Yers/No.
~>permainan selanjutnya adalah permainan "Who Am I"? Ya, permainan siapa aku?. Nah, permainan ini di harapkan agar anak-didik mencari dan menggali potensinya untuk menemukan sebuah kata. Cara permainannya yakni, anak pertama di anjurkan untuk menanyakan perihal suatu kata baik itu idola, binatang kesayangan, atau apa saja yang sedang di simpan di pikiran sahabatnya. contoh : Do you work with your hands? Do you wear a uniform? Nah, sedangkan temannya yang di tanya hanya menjawab Yes/No saja tanpa menjelaskan apa itu. Kalau kata yang di maksud belum tepat, maka si penanya harus lebih mengkerucutkan pertanyaannya lebih dalam lagi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00, saatnya untuk Coffe Break. Ya, sitiraharat selama 30 menit untuk sekedar meminum secangkir kopi atau teh yang telah disediakan oleh panitia di luar ruangan pertemuan. Sungguh ini pertama kalinya saya mengetahui cara istirahat ala hotel yang konon menjadi ajang yang di tunggu-tunggu oleh peserta, khususnya untuk saling kenal dan bersilaturrahmi antar peserta yang hadir. Wah, disini saya mendapati banyak peserta yang menjadi turis dadakan, hehehe. Di sana-sini saya mendengar pembicaraan yang menggunakan bahasa inggris, walaupun sebenarnya bukan orang inggris alias turis ala indon. Dengan bangganya meneguk segelas teh sembari bercaka-cakap riuh ditengah banyaknya orang, saya hanya dapat menikmati kesyukuran ini dengan mengucap syukur alhamdulillah karena dapat menyaksikan moment yang jarang saya ikuti ini. Walaupun sebelumnya pernah juga mengikuti Seminar B. Arab International yang di adakan Universitas Sumatera Utara, kira-kira 3 bulan yang lalu, yang juga sama halnya menjadi orang arab dadakan karena mendengar banyaknya orang berbahasa arab untuk saat itu.hiks, serba dadakan ya....
But it's ok, katanya kalau ingin mampu berbahasa arab ya harus seperti orang arab, berbicara pakai bahasa arab. Begitu juga bahasa inggris, ya harus berbahasa inggris, agar mampu menguasainya.

Masuk pada sesi: Teaching Grammar Through Speaking II ( Mengajar Tata Bahasa Melalui Berbicara II)

Pada sesi ini lebih interaktif lagi, karena berbagai macam pertanyaan banyak diajukan oleh peserta, juga banyaknya masukan-masukan tentang sistem pengajaran tentunya dari ke dua belah pihak sebagai perbandingan antara Indonesia dan Singapura.
Namun, tak lepas dari pemahaman saya akan pembicaraan Mrs Farah, saya hanya mampu menangkap beberapa poin saja yang kiranya dapat saya bagikan kepada teman-teman, diantaranya :

~>Menciptakan kesadaran di kalangan pelajar dari sifat dinamis dari komunikasi lisan yang tidak hanya tergantung pada mendapatkan pesan menyeberang ke pendengar, tetapi juga sikap budaya yang spesifik dan emosi

~>Mengatur kegiatan kelas terstruktur yang menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melatih kemampuan interaksi mereka dan mengembangkan mereka

~>Peran guru dalam bermain : Siswa seringkali lebih sangat menyadari konvensi dan pola interaksi jika mereka diberikan peran dalam pengalaman mereka untuk bermain, misalnya guru, teman sekelas, seorang dll. Semua peran orangtua membawa konvensi dan murid yang akrab dengan harapan dan menciptakan peluang bagi pengembangan keterampilan interaksi.

Dan masih banyak lagi penjelasan-penjelasan yang di sampaikan oleh Mrs Farah yang tidak sempat saya tangkap dan pahami, sehingga kiranya ini menjadi pelajaran yang mungkin dapat saya kembangkan setelah mengikuti workshop ini. Dan akhirnya, saya bersama rekan-rekan saya berphoto bersama Mrs Farah, sebagai rasa terima kasih kami untuk pengarahan yang telah ia berikan. Sungguh hal ini memberikan motivasi bagi saya agar terus memperbaiki sistem yang selama ini telah saya dapati di pondok.
Berpose bersama Mrs. Farah Aida Rahmah. Bachelor degree in Education Majoring in English Language and Literature and a Master in cultural studies


Wah, sekian perjalanan untuk workshop Bahasa Inggris kali ini. Mudah-mudahan di beri kesempatan lagi kedepannya...Amien....

NB: Duh, sorry kepanjangan ceritanya ya friend, semoga bermanfaat ya......

'Di atas laman suara adzan'  

Posted by Unknown in , ,

Sayup suara adzan, meronakan qalbu dan hayalan
aku terdiam dalam hening simponi yang melumat lamunan
melihat kembali senja yang ingin menyapa malam
meninggalkanku untuk sejenak bersimpuh diatas sajadah panjang



sayup suara adzan, melambaikan sejuta arti kehidupan disore hari
ketika suara klakson kenderaan yang meraja jalan
tanpa henti dan lirih, untuk sekedar mampir di perempatan ruang Sang Maha Kasih
meninggalkan sejenak kepenatan di ranah peraduan

Melody indah, tanpa henti
berputar mengitari cakrawal bumi
itulah yang ku tahu dari iramamu yang bersemi
mengajak mereka yang tergerak hati
menyapa seruan ilahi



sejenak rasa damai menusuk sukma
tatkala ku racik air wudhu pengobat jiwa
membasuh segenap rasa dahaga
di alam mahabbah, seraya menghamba

Ya Rabbi, obatilah hatiku dengan seruan kepada-Mu...
Ya Rabbi, damaikanlah hatiku merajut cintaku pada-Mu...
Ya Rabbi, iringilah langkah ini menuju ridho-Mu...

Aku hanyalah hamba yang menabung dosa
kiranya dapat menyelami samudera maghfirah-Mu
di atas sajadah cinta

Aku hanyalah hamba yang meradang jiwa
dengan segenap noktah-noktah dihati
ampunkah lah diri semoga di ridhoi


Muhammad Nur 28/03/10

Dari seorang pengembara pembelajaran, untuk kupersembahkan kepada teman-teman yang juga ingin menelusuri jati diri yang terpendam.

[We Support Your Talent] Membangun Generasi Bangsa Yang Berkompetensi Dan Memiliki Daya Saing  

Posted by Unknown in ,

”Akan saya buat sekolah kami sebagai surga bagi anak-anak berkebutuhan khusus.” [Ciptono, Guru luar biasa yang meraih Muri]


Tepat pada malam jum'at kemarin, usai sudah acara olimpiade yang diadakan di pesantren. Sungguh perjalanan yang amat panjang dan membutuhkan tenaga ekstra untuk menjalaninya. Alhamdulillah, saya diberikan kepercayaan untuk menjadi salah satu koordinator panitia yang akan menjembatani kesuksesan kepanitiaan ini. Walaupun saya masih terbilang baru untuk ini, karena mayoritas panitia yang diajukan adalah mereka yang tahun kemarin juga sebagai panitia. Otomatis saya harus berbuat lebih, serta belajar dari mereka yang telah berpengalaman dalam hal ini. Yang membuat saya heran ketika itu, saya diminta untuk menangani urusan kesekretariatan. Menulis surat?, juga menulis soal-soal yang akan diujikan? yang benar saja, pikir saya ketika itu. Ini bukan hal mudah bagi saya, karena selama dikepanitaan saya jarang mendapatkan tugas baru ini. Yang mana sebelumnnya saya hanyalah ditugaskan dibidang koordinasi lapangan karena memang sesuai bidang saya "bidang pengasuhan". Bagian yang lebih banyak terjun kelapangan. Walaupun begitu, saya beranikan diri untuk menerimanya, sekaligus mengasah kemampuan saya dalam menulis. Yah, menulis. lagi-lagi kata ini membuat saya terperangah akan sebuah makna dalam pencarian jati diri. Dalam prasangkaan positif saya, mungkin karena sering menulis, akhirnya saya mendapatkan kepercayaan ini. Ya mungkin saja, tapi yang sudahlah. Untuk apa saya bahas lebih lanjut, yang saya takutkan menjurus kepada rasa angkuh dan terlalu membanggakan diri.

Nah, sejenak saya akan memaparkan perjalanan olimpiade yang diadakan selama 2 malam terakhir. Kami mengusung tema olimpiade tahun ini dengan semboyan "WE SUPPORT YOUR TALENT", yang artinya "Kami mendukung bakat anda". Dengan harapan apa yang di usung pada olimpiade ini, tidak sekedar kompetisi saja, Namun mampu membangun jiwa kreatifitas dan daya saing yang sportif dibawah naungan bakat yang mereka miliki. Kami ingin merealisasikan bakat yang selama ini mereka miliki untuk selanjutkan di unjuk gigikan di ajang kompetisi yang nantinya akan mereka rasakan kedepannya.

Diawali dengan penyeleksian peserta yang tidak lain adalah santri/wati di RH. Maka butuh waktu lama untuk mempersiapkan hal ini sebelumnya. Di awali dengan mengirimkan berkas pendaftaran peserta, menyebarkan surat permohonan pembuatan soal olimpiade, hingga menuliskan kembali dalam bentuk kertas ujian. Nah, ini membutuhkan tiga kali seleksi untuk menyaring anggota yang nantinya akan tampil di panggung. Pelajaran yang diujiakan untuk tahun ini ada 6 mata pelajaran, yang masing-masing dibedakan kepada dua kategori yaitu Senior dan Junior. Senior diikuti oleh santri kelas 3 Experiment, IV, dan V. Pelajaran untuk kategori ini, diantaranya Tafsir, Fisika, dan Ekonomi. Dan untuk kategori Junior di ikuti oleh kelas I, I Experiment, dan kelas II.Pelajaran yang akan di ujikan antara lain Biologi, B.Inggris, dan Al-Hisab. Pada seleksi pertama, peserta di ambil setengah dari pendaftaran. Pada seleksi kedua demikian juga, dan untuk seleksi ke-tiga baru di ambil lima orang dari setiap kategori pelajaran.

Seleksi demi seleksi, saya amati dengan teliti. Adakah anak didik saya yang lulus seleksi, khususnya untuk pelajaran B.Inggris. Karena otomatis ada keterpanggilan diri agar anak didik yang saya ajari dapat berkimpung di dalam kompetisi ini. Untuk pelajaran B.Inggris, saya mengajar di dua kelas yaitu kelas I F dan I B, yang alhamdulillah mayoritas mereka banyak yang lulus seleksi untuk seleksi pertama dan kedua. Sekilas saya melirik urutan nama yang lolos yang tertempel di etalase Majalah dinding santri. Alhamdulillah, ternyata adik yang saya ajarkan di kelas berada di urutan teratas.
Ya, Ia adalah Muhammad Rafli kelas I F, mengikuti teman-temannya yang lain yang juga tidak kalah hebatnya. Dari seleksi pertama, kedua, dan ketiga. Saya lihat siapakah gerangan adik-adik saya yang lulus. Sungguh, merupakan kesyukuran bagi diri bahwa kebanyakan mereka adalah adik-adik yang saya ajari dikelas. Bukan maksud berbangga diri, namun disini saya ingin merasakan betapa nikmatnya seandainya anak didik yang saya ajarkan dapat sukses melewati berbagai seleksi yang di ujikan.

Begitu juga teman-teman yang berkecimpung dalam dunia kependidikan dan kepengajaran. Mungkin akan merasakan hal yang sama. Saya teringat akan sebuah buku yang saya beli yang menceritakan seorang guru yang mendapatkan penghargaan Muri karena kegigihannya dalam mendidik anak didiknya yang mayoritas memiliki keterbelakangan mental, buku berjudul"Guru Luar Biasa" ditulis oleh Drs. Ciptono dan Ganjar Triadi Budi Kusuma, S.Pd.
Di situ dikisahkan perjuangan seorang guru yang mengantarkan bakat masing-masing anak didiknya yang dipupuk hingga membuahkan hasil yang mencengangkan banyak orang. Ada Kharisma, anak autis yang hafal ratusan lagu dan menjadi anak autis pertama yang memasuki dunia rekaman. Atau anak-anak tunanetra yang mahir bermain gamelan. Ada juga Andi Wibowo yang mahir melukis. Wah, ssungguh perjuangan yang patut diteladani. Dalam keadaan mental keterbelakangan ia mampu untuk menanganinya, konon lagi anak yang mentalnya masih dapat ditangguhkan. Saya membacanya merenung dan melihat dalam kenyataan yang sedang saya alami sekarang ini. Untuk in, saya ingin mengantarkan anak-didik saya agar kiranya mampu menemukan baka-bakat mereka yang selama ini enggan di ekplorasikan. Mudah mudahan ini menjadi kisah penyemangat saya agar dapat terus mensupport mereka dalam masa pengajaran. Amien...
Dan disini saya merasakan betapa berharganya sebuah pengorbanan seorang guru yang amat berjasa akan ilmu yang kita miliki saat ini, walaupun itu tidak kita rasakan ketika masih dalam masa pembelajaran.

Nah, kembali kepada cerita saya tentang olimpiade ini. Hingga seleksi yang terakhir, maka untuk kali ini akan di ambil 5 peserta yang akan tampil di atas panggung. Sebelum itu, ketika saya di kelas, saya support adik-adik saya agar siapa yang lulus di seleksi III nanti, akan saya beri sebuah buku. Ya, walaupun bukan buku yang mahal-mahal, namun kiranya dapat memberikan makna yang lebih dari itu. Yaitu semangat yang dapat memacu mereka agar lebih kepada meraih kesuksesan dalam bersaing di olimpiade ini. Dan Alhamdulillah, ketika saya menilik 5 nama terpilih di seleksi III, khususnya saya utamakan melihat pelajaran yang saya ajarkan, saya mendapati salah satu dari mereka adalah anak-didik saya, Muhammad Rafly yang sebelumnya juga meraih nilai tertinggi di seleksi awal, 5 besar di seleksi ke-II dan kali ini ia berada di posisi ke 3 dari lima peserta. Dan ialah satu-satunya santri dari 5 lainnya yang merupakan santri wati. Ia menjadi satu-satunya peserta laki-laki yang mewakili kawan-kawan lainnya. Ia mengalahkan anak-anak kelas II yang mungkin keilmuannya bisa dikatakan lebih banyak diberi, dan juga lebih banyak wawasan yang telah didapatkan. Nah, ia mampu melompatinya.

Walhasil, saya mengikuti perkembangannya hingga berhasil mengikuti Grand Final, akhir dari pada perjuangan olimpiade. Ya, tentunya ini merupakan kesyukuran yang tak ternilai harganya, dapat mengantarkan anak-didik melewati sekelumit cobaan hidup. Walaupun hanya seorang saja, namun ini adalah prestasi yang patut saya acungi jempol untuk semangatnya yang pantang menyerah. Hingga pada perlombaan berlangsung, saya amati dirinya yang kebetulan dapat tempat ke-2 dari sisi kanan. Untuk babak pertama, saya lihat masing-masing peserta pada menunjukkan kegigihannya, walaupun tidak sedikit pula yang tidak mempu menjawab soal.
Walhasil, untuk babak ke-3. saya sedikit canggung untuk mengharapkan prestase unggul dari adik saya tadi, saya amati nilainya tidak juga bertambah. pada sesi ini, adalah sesi rebutan soal. yang mana masing-masing peserta harus lebih cepat dan tanggap untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Ya, sudahlah. Hingga akhir babak, saya mendapati adik saya tadi hanya mampu meraih posisi ke-IV dari lima peserta. Saya tidak merasa kecewa untuk ini, karena tampilnya dirinya saja diatas panggung merupakan suatu kebanggan yang patut saya hanturkan kepadanya, karena telah mewakili peserta santri di antara peserta yang mayoritas santri wati. Saya menghampirinya, sesaat setelah turun panggung. Ia menyalami tangan saya, seraya merasa kecewa akan usahanya yang tidak mampu menyabet juara I, II, juga III. Saya bertanya mengenai perihal kendala dirinya ketika di atas panggung tadi. Ia pun berujar, mungkin dikarenakan penglihatan dia akan soal di slide yang kurang jelas ketika itu. Saya berikan support kepadanya agar tidak terlalu menyesali kekurangannya itu. Pastinya ada kesempatan lain yang mungkin tahun depan dapat ia ikuti kembali.

Malam pertama yang sungguh serat akan makna perjuangan bagi saya. Sebagai panitia, pekerjaan tidak berhenti sampai malam ini saja. Namun, masih ada satu malam lagi untuk memeriahkan olimpiade di ma'had. Khususnya untuk sesi Senior yang tepatnya diadakan pada malam jum'at kemarin. Untuk malam ini, kami tidak ingin ada kekurangan selama jalannya acara. Terlebih setelah mendapatkan pelajaran dan evaluasi dari malam pertama acara, yang katanya memakan waktu lama untuk itu hingga waktu menunjukkan tengah malam. Akhirnya kami memutuskan untuk lebih mempercepat dimulainya acara agar tidak memakan waktu lama. Jam 20.30 acarapun dimulai. Untuk malam ini, setiap sesi pertanyaan semakin seru diperlombakan, karena untuk porsi senior haruslah lebih banyak diberikan setruman-setruman semangat bagi peserta khususnya. Untuk pelajaran pertama adalah pelajaran Tafsir. Saya amati jalannya sesi pertama ini.
Sungguh membuat saya iri akan kelincahan mereka dalam menjawab soal demi soal yang dilemparkan. Mengapa saya tidak berhasil ketika dulu menjadi santri mengikuti seleksi pelajaran Biologi? Bisik saya dalam hati. Ya, sejenak saya teringat akan diri saya yang tidak sempat berhasil hingga seleksi ketiga ketika itu. Tepatnya saya berada di urutan ke-6 dari lima peserta yang di ambil untuk maju diatas panggung. "Wah, selangkah lagi" pikir saya ketika itu yang hampir putus asa akan kesempatan yang tinggal sedikit lagi saya raih. Sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang giliran saya untuk melihat aksi mereka dalam bertanding, sungguh lincah dan tangkas. Walaupun untuk materi fisika agak kurang menarik, karena materi hitungan. Saya melihat kurangnya potensi yang hendaklah ditingkatkan lagi untuk kedepannya.

Hingga akhir acara, dan tibalah acara pembagian hadiah. Nah, inilah acara yang di tunggu-tunggu oleh para peserta. Setelah menunggu lama, akhirnya tiba juga sesi yang mendebarkan ini. Dengan mempersilahkan Bapak Direktur seraya membagikan hadiah, saya sibuk dengan mengangkat hadiah-hadiah buku juga sertifikat yang sebelumnya telah diurutkan. Saya melihat fenomena yang sangat mengharukan, dimana mereka menundukkan kepala sembari dikalungkan dileher mereka mendali satu persatu. Menyalami tangan Direktur merasa seakan ada secuil harapan menjadi anak yang berprestasi kedepannya. Senyumpun mereka di kedua bibir mereka, serasa sejenak menjadi anak bangsa yang telah memberikan kontribusi untuk negara. Walaupun hakikatnya masih berada di gedung serba guna ini saja. Semoga cita-cita itu dapat terealisasikan untuk kedepannya. Dengan harapan dapat memberikan hal terbaik bagi Agama, bangsa, khususnya diri sendiri sebagai generasi yang menorehkan tinta emas prestasi.

Akhir kata, ditulisan saya ini. Saya mengajak kepada teman-teman, terlebih yang menyelami dunia kependidikan dan kepengajaran agar kiranya mampu membawa anak didik kita meraih apa yang mereka gapai. Sungguh kebanggan yang tidak ternilai harganya tatkala kesuksesan dan kebahagiaan diraih oleh anak-didik kita melebih apa yang kita rasakan saat ini. Mari kita doakan disetiap selesai shalat akan kesuksesan mereka, baik itu dari segi prilaku, akademis, juga kreatifitas mereka agar senantiasa dapat menjadi anak yang mampu membawa izzah agama, khususnya membangun peradaban dunia yang madani dan sejahtera dengan ilmu-ilmu agama.


Terima kasih, Semoga Bermanfaat.....
Mohon maaf kalau ada kekhilaafan dalam penyampaian agar kiranya dapat dikoreksi setelah ini.


Dari seorang pengembara pembelajaran, untuk kupersembahkan kepada teman-teman yang juga ingin menelusuri jati diri yang terpendam.

'entah dan kebingungan'  

Posted by Unknown in ,

ada ‘entah’ dalam kebingungan...

yang kemudian membuat ku sadar,
bahwa aku hanya bisa belajar dan belajar- dalam hidup yang sederhana,
hal sekecil apapun bisa membuat ku bersyukur.

ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang membuat ku sadar
bahwa ku telah hidup dari penderitaan orang lain.

ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang membuat ku sadar,
optimis tidak sama dengan obsesif!

ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang membuat ku kaget,
ternyata ku bungkam karena ku tahu!

ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang membuat ku sadar,
bahwa ku sedang setengah frustasi
dengan menjalankan hidup secara normal

ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang membuat ku sadar,
ternyata ku takut hidup dengan jujur


ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang ternyata membuat ku sadar,
ku tidak berani mencintai seseorang dengan berani!

ada ‘entah’ dalam kebingungan...
yang membuatku tidak mau bingung!
dan menganggap diri tidak sedang bingung!

karena ada entah dalam kebingungan,
yang ternyata membuat aku malu.



Muhammad Nur25/03/10

Kebingunganku  

Posted by Unknown in ,


aku bisu...
aku diam...
aku kelam....
Bingung, harus berbuat apa
tatkala renungku padu dalam kesunyian
suara-suara menyeruak dari peratapan

aku lelah...
aku gelisah
aku resah...
waktu senja melambaikan memori
tatkala hitam menjadi karang
membekukan kepenatan yang meradang

aku kembali ke jurang nista
dustakan nurani menyapa
lantas, mengapa ku bahagia?

aku menilik sebuah kisah
tentangkan diri di masa indah
walau hanya sekedar merasa
namun, mengapa mereka gerah?

aku bebas dan berkarya
gerakkan segenap asa
di atas puing-puing nasehat yang pudar
tapi apakah itu berguna
rujuk diri nan gundah

Kebingungan kembali menyapaku
dalam lamunan meliput rindu
tentang masa indahku
bertumpuh kepada-Mu

Kebingungan merapat bimbang
hatiku kian meradang diatas titian renggang
engkau melucuti segenggam ruang
untuk ku raih di sini

ah sudahlah...
ingat dirimu sobat
masih ada ruang yang tersisa untukmu
jangan lupa seri, dan arti
hayati hidup, dan berbenah diri
mogakan tetap di ridhoi




Muhammad Nur 24/03/10

[Membangun Ruang Privat] Pelajaran.2: Merefleksikan diri dalam menggali potensi diri dengan selfish dan motode AMBAK.  

Posted by Unknown in ,

 
 
 
 
 
Sungguh saya sangat bersyukur telah menemukan buku Pak Hernowo yang saya miliki saat ini. Membaca halaman demi halaman yang kian membantu saya untuk kembali menelusuri dunia baru dalam menggali potensi yang saya miliki. Untuk saat ini saja, saya baru menyelesaikan dua materi dalam bab pertama yang berjudul "Andaikan Saat Ini Anda Hidup Sendirian di Muka Bumi" dan" Andaikan Kehidupan Anda Serba- Tidak kekurangan".
Aldous Huxley
bertujuan agar dapat memahaminya lebih dalam dan lebih mengena kepada maksud. Dengan di awali mutiara kata dari Aldous Huxley seorang novelis dan esais terkenal di inggris yang mengatakan " Hanya kamu yang dapat mengubah dirimu" , saya menangkap bahwa apa yang dimaksudkan pak Hernowo dengan perkataan huxley ini bahwa kita sebagai makhluk spesial dari Sang Maha Karya hendaklah menyadari diri kita terlebih dahulu. Banyaknya nasehat dan cara-cara yang sering dipaparkan orang baik itu secara tertulis maupun lisan, kiranya tak mampu mengubah diri untuk menjadi seperti apa yang kita harapkan seandainya tidak dibarengi pengubahan sikap dan mentalitas. Sama halnya dengan berbagai teori membaca dan menulis, bahwa untuk menulis tidak hanya harus mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan kepenulisan, seperti apa yang telah saya baca dari catatanAkh Radinal yang berjudul "Adakah yang Mengetahui, Mengapa Semangat Menulis 'Tertinggal' di Tempat Pelatihan? "disitu dituliskan
"Diantara kita, cendrung lebih suka mengambil motivasi yang ada pada pelatihan. Tidak mengambil kunci yang diberikan oleh pelatih itu sendiri. Artinya, kita lebih cendrung mengambil semangat yang ada pada pelatihan tersebu. Kita lupa mengambil kuncinya! Nah dari sini kita dianjurkan lebih kepada mengambil sikap dan tindakan, agar apa yang kita dapat menngenai sasaran dari pelatihan itu sendiri.
Maka tak salah jikalau pak Her mengambil ucapan huxley ini sebagai kata awal yang mungkin dapat membantu kita khususnya saya agar memahami maksud dari tema yang akan diakan diceritakan nantinya.
Untuk part pertama dari bab pertama ini, saya dikenalkan kepada 3 buah buku yang menjadi rujukan pak Her ketika menulis bagian ini. ketiga buku itu berjudul " The 28 Laws of attraction: saatnya kesuksesan Mengejar Anda" karya Thomas J. Leonard. Buku ini lebih kurangnya menegaskan kita untuk lebih kepada melakukan tindakan karena konsep yang benar sesungguhnya berasal dari keberhasilan sebuah tindakan dan bukan dengan banyaknya konsep serta teori yang sering diramaikan oleh banyak orang.
Buku ke-dua " Brain Based Learning' karya Eric Jensen yang menegaskan kita lebih kepada membedakan dan memaknai dua sikap yang sering kita gunakan dalam mengamati sesuatu baik itu secara Reference-Meaning (Makna yang telah dirumuskan) dan Sense-Meaning (Makna yang dihayati).
Dan untuk buku yang ketiga berjudul "The 7 habits of highly Effective People" karya Sthepen R. Covey yang juga membicarakan pentingnya pembiasaan dalam bentuk tindakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku. Semoga saya dapat membeli ketiga buku ini untuk lebih memahami secara mendalam apa yang telah dipahami dari pak Her yang menjadikan buku-buku ini menjadi bahan rujukan.
Dalam tahap awal ini, saya dikenalkan kepada istilah 'selfish' atau mementingkan diri sendiri. Mementingkan diri disini bukan untuk hal-hal yang bersifat materialistik juga bukan sikap yang menjurus kepada hasad. Tapi disini saya memahami lebih kepada sikap mau mengenali diri sendiri terlebih dahulu untuk selanjutnya mengembangkannya kepada orang lain. Dengan istilah selfish ini, saya teringat kepada sebuah ungkapan arab yang mengatakan bahwa untuk mendapatkan ilmu perlu adanya sikap 'tamak' kepada ilmu tersebut. Tamak yang diartikan untuk lebih kepada mementingkan diri sendiri dalam meraih ilmu, rakus untuk melahap berbagai ilmu yang diawali dengan sikap merasa butuh dan kekurangan. Nah, 'tamak' disini saya samakan dengan selfish yang dimaksudkan Pak Her, bahwa apa yang menjadi kebutuhan pokok kita hendaklah kita terlebih dahulu melengkapinya. Mementingkan diri sendiri terlebih dahulu agar menguasai jati diri, dan bukan untuk sesuatu yang bersifat egostik semata.
Istilah selfish ini adalah istilah yang di bawakan leonard dalam bukunya tepatnya di langkah 1, yang artinya ia cenderungkan kepada kamus Webster yang mendefenisikan kata selfish sebagai ' memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memerhatikan, atau dengan mengorbankan, kenyamanan dan keuntungan orang lain.' ini adalah referense meaning dari sitilah tersebut. Namun, yang dimaksud leonard sendiri untuk istilah selfish, ia cenderung kepada memaknainya secara di hayati (sense-meaning) yang menyatakan bahwa' mementingkan diri sendiri ini akan memungkinkan kita untuk menjadi lebih murah hati dan mendukung orang lain daripada sebelumnya.'
Namun paradigma ini digeser dengan paradigma-baru stephen covey yang menyatakan bahwa tak hanya dengan pengetahuan untuk dapat mengungkap jati diri, tetapi juga dnegan keterampilan dan tindakan serta keinginan kuat (Ghibtoh) agar paradigma ini benar-benar bergeser yang itu hendaknya dilakukan secara kontinyu atau dengan pembiasaan-pembiasaan yang efektif.

Nah, teori inilah yang kemudian di ambil oleh Pak Her untuk teorinya "mengikat makna" yang telah berhasil ia bawa untuk membongkar paradigma lama, yang dimanfaatkan kepada memberdayakan membaca dan menulis untuk sekarang ini. Konsep itu berhasil dibawanya untuk mengubah dan mengenali lebih dalam potensi yang ia miliki dengan menulis dan membaca. yang dengannya pula saya dan anda dituntut untuk menyikap diri, menjelahi diri, serta mengungkap diri dengan menulis. Sungguh pembelajaran yang patut diteladani oleh sesosok Hernowo yang dikenal dengan teori Mengikat Makna. Ini menguatkan saya bahwa dengan kegiatan yang secara terus menerus dilakukan atau dengan pembiasan-pembiasaan kepada apa yang kita inginkan akan menjadi karakter yang membentuk kita menjadi "Pribadi Berbeda' dari sebelumnya. Pastinya itu adalah yang menuju kepada kemajuan dan pembaharuan dalam menggali potensi yang kita miliki. Saya teringat kepada komentar yang pernah saya dapatkan dari teman fb saya, Akh Abdila Abdi Putra ketika saya menulis cerpen yang berjudul "Rembulanpun tersenyum" ia mengatakan bahwa apa yang khususnya ia lakukan ketika menulis adalah sebuah produktifitas juga pembiasaan. Ada dua tangga yang harus dilewati oleh seorang penulis :tangga pertama : produktivitas , tangga kedua : kualitas. Nah, hendaklah produktifitas dibangun lebih awal sebelum menghasilkan sebuah karya yang berkualitas. Oleh karnanya pembiasan-pembiasaan disini akan membantu terciptanya hal tersebut. Maka jangan ragu untuk memulai, karena justru tahap memulai itulah yang kerap membuat orang dapat memaknai arti sebenarnya dari sebuah kegiatan. Kenikmatan menulis dan membaca tidak akan dirasakan kalau saja tidak ada langkah awal untuk memulainya. Nah, untuk memulainya, saya akan menjelaskan kepada teman-teman akan teori AMBAK yang djelaskan rinci oleh Pak Her di bukunya ini.
Untuk part 2 dari bab pertama bertemakan " Andai Kehidupan Anda Serba-Tidak Kekurangan. Diawali dengan kata mutiara dari Danah Zohar dan Ian Marshall yang menuturkan bahwa"Kita memerlukan kesadaran akan makna dan tujuan yang menggerakkan hidup kita. Tanpa itu, kita akan sakit atau mati"Saya memahami bahwa kita sebagai Makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Telah dikaruniakan oleh yang namnya akal sebagai penuntun kita dan juga sebgai pembeda antara kita sebgai manusia dengan makhluk-makhluk Allah lainnya yang tidak memiliki akal. Nah, akal disini akan menuntun kita kepada kesadaran dalam segala hal, tanpa berdasarkan kepda nafsu belaka. Maka tiada salahnya Danah dan Ian menuturkan hal tersebut (kesadaran) bahwa dengan itulah kita akan mudah bergerak menemukan makna dan tujuan hidup.
Maka tak salah juga pak Her meletakkan kata mutiara ini sebagai pembuka untuk mulai memasuki apa yang dimaksud dengan AMBAK. Tidak jauh maknanya dari istilah selfish diawal tadi, istilah AMBAK ini juga sangat bersifat pribadi. Yang mana ia adalah akronim dari "Apa Manfaaat BAgi Ku?". Ini akan membawa kita kepada memaknai sesuatu secara individual, yakni untuk bertanya kepada diri akan manfaat suatu hal yang bersifat pribadi. Tujuannya agar bagaimana manfaaat tersebut mampu menggugah diri saya, Juga Teman-teman untuk terus melakukan sesuatu sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik (good habit).
Awal mula pak Her menemukan teori ini adalah dari buku karya Bob De Porter yang berjudul " Quantum Learning" disitu kita akan mendapati manfaat dari pada AMBAK itu secara mendalam, diantaranya :
1. Dapat belajar bagaimana membuat diri kita termotivasi untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan.
2. Mengetahui langkah-langkah untuk menumbuhkan minat dalam segala sesuatu.
3. Mengetahui seluk-beluk belajar aktif
4. Meningkatkan kualitas hidup kita

Nah masih banyak lagi, namun inti dari kesemuanya adalah dari 4 yang dipaparkan Pak Her dalam bukunya ini. yang mana sifat AMBAK itu ditujukan agar lebih mempertanyakan segala sesuatu untuk porsi diri. Bertanyalah tentang banyak hal terhadap buku yang ingin Kita baca agar ketika sudah masuk ke dalam kegiatan memabca, Kita benar-benar mendaptkan sesuatu yang bermanfaat saat membaca.
Teori AMBAK bagus kita gunakan, khususnya ketika kita merefleksikannya sebangun dari tidur malam. Di pagi yang buta, kita harus bertanya apa yang hendak kita lakukan. Apa yang semestinya dilakukan dan itu dapat bermnfaat bagi diri, terlebih untuk orang lain jikalau kita mampu untuk itu. Segala sesuatu haruslah yang menjanjikan manfaat bagi diri kita atau kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Sama halnya ketika saya menuliskan reflesian saya terhadap buku Pak Hernowo ini, mungkin bisa saja saya bertanya,Untuk apa saya menuliskannya? Toh saya sendiri telah membacanya. Untuk apa saya jabarkan karya orang lain? Toh saya sendiri kan pasti mampu melakukan lebih dari itu(bukan maksud berbagga diri). Untuk apa saya menuliskannya, Toh penulisnya juga tidak kenal betul akan diri saya?. Nah, pertanyaan-pertanyaan ini, semestinya datang dan harus kita tanggapi secara seksama. Banyak yang saya dapatkan dari kegiatan menulis kembali apa yang telah saya baca ini. Saya dapat menafsirkan dengan bahasa saya sendiri, dengan cara dan gaya yang berbeda. Namun, bukan maksud untuk mengalihkan tujuan dari pada penulis disini, saya ingin membuktikan teori yang selama ini digembar-gemborkan oleh pak Her yang sudah mendarah daging didirinya dengan teori mengikat maknanya itu. Walhasil, ketika saya menuliskan kata-demi kata apa yang telah saya dapatkan dan saya baca dari bukunya tersbut. pola bahasa saya menjadi bertambah dan bertambah untuk dapat saya kembangkan lebih lanjut, khususnya menjabarkan istilah-istilah baru yang saya dapatkan dan akhirnya saya tuliskan kembali dalam bentuk bahasa saya sendiri. Begitu nikmatnya menulis, juga membaca yang membuat saya begitu asyik sehingga saya mengalihkan sejenak apa yang menjadi beban dipikiran saya. Nah, mungkin ini sekelumit yang dapat saya rasakan sebelum memasuki tafsiran AMBAK secara mendalam yaitu dengan membangun 'Ruang Privat' di pikiran dan kegiatan saya, yaitu dengan Membaca-menulis yang memberdayakan.


Dari seorang pengembara pembelajaran, untuk kupersembahkan kepada teman-teman yang juga ingin menelusuri jati diri yang terpendam.
Semoga bermanfaat, mohon khilaf kalau ada tafsiran yang salah.

(Nasehat K.H.A.Syukri Zarkasyi M.A)Totalitas Bekerja Dalam Proses Kepemimpinan, Kependidikan, Dan Kepengajaran.  

Posted by Unknown in ,







Tepat pada malam Minggu kemarin, saya mendapatkan undangan untuk menghadiri acara silaturahim bersama ustad/ah pondok dengan Keluarga Besar pondok Modern Gontor di gedung Multimedia pesantren. Namun, yang saya kenal dari rombongannya tersebut hanyalah K.H. A.Syukri Zarkasyi selaku pimpinan dua dari tiga pimpinan didalamnya yang dua diantaranya yaitu KH. Hasan Abdullah Sahal, dan KH. Syamsul Hadi Abdan. Memang sudah suatu hal yang wajib bagi Pak Syukri untuk singgah kepondok tatkala berkunjung ke Medan, khususnya ke Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah tercinta. Disamping itu, sebelumnya ia juga diundang untuk menghadiri acara besar Pemilihan Ketua IKPM Medan yang kebetulan diadakan dihari yang sama. Sudah barang tentu ini adalah kesempatan yang berharga bagi kami selaku pengajar di pondok, khususnya saya karena telah lama tidak mendengarkan wejangan dari Pak Syukri yang konon perkataannya memiliki wibawa dan serat akan filsafat hidup. Maka tak heran banyak daripada alumninya mengejawantahkan filsafat hidup tadi menjadi pedoman kedepannya, ibarat pondok telah memberikan kail untuk memancing, dan alumni kapan saja dapat memanfaatkannya untuk mencari ikan yang akan dipilih. begitu besarnya peranan pondok dalam membentuk karakter santri/i nya, sampai bilamana para pengajar dituntut agar senantiasa mendidik sebaik mungkin, karena memang sudah menjadi tanggung jawab yang harus diemban masing-masing.
Jam 8.30 tepatnya kami telah menunggu kehadiran beliau, namun tak kunjung datang. Cuaca angin malam yang berhembus hampir membuat kami pesimis akan kedatangan beliau. Gerimis sudah mulai turun, angin semakin bertiup kencang. Wah, kalau sudah begitu apa masih ada kesempatan lagi nih? apalagi ini pertama kalinya saya ingin mendengarkan nasehat beliau secara langsung tatkala telah menyandang status ustad. Karena sebelumnya saya hanya sekali mendengarkan dan itupun ketika saya masih duduk dikelas 5 aliyah. Dengar-dengar kabar dari salah seorang ustad bahwa rombongan masih dalam perjalanan sebhabis memesan kamar di hotel. Wah, alhamdulillah pikir saya ketika itu. berarti masih ada kesempatan lagi nih!!.
Tepat pukul 9.15 akhirnya yang ditunggu pun tiba, kedatangan Pak Syukri beserta rombongan membuat hati kami lega. Saya terkejut saat mendengar suara pak syukri yang menegur Ust.Rasyidin yang hendak duduk dibawah bersama ust. Nurrahman selaku protokol. Ia menegur ketus kepada ust.rasyidin dengan sikap yang terlalu merendah diri itu." Sebagai seorang pemimpin hendaklah memposisikan diri pada tempat yang tepat" Ujarnya sebelum acara dimulai. Akhirnya Ust.Rasyidin pun duduk disamping Pak Ardian selaku Musyrif pesantren, mewakili Pimipinan yang ketika itu ada tugas yang harus dikerjakan. Kami hanya tersenyum, takjub dengan ketegasan Pak syukri kala itu. Akhirnya beliaupun menyampaikan apa yang menjadi harapan kami darinya selaku Musyrif pondok yang diangkat ketika acara 25 tahun pesantren. Sungguh banyak yang beliau sampaikan, membuat saya terburu-buru menuliskan apa yang beliau tuturkan. Dengan harapan mendapatkan instisari yang konon menjadi filsafat hidup banyak orang, khususnya diri sendiri. Namun sebelumnya disini saya hanya ingin menambahkan sedikit apa yang beliau sampaikan dan pernah dituliskan oleh sahabat saya Wilda dalam catatannya "Kunjungan pak Dr.KH Abdullah Syukri Zarkasyi, MA membawa secercah renungan". Semoga kiranya tulisan saya ini dapat melengkapi kekurangan tulisan teman saya tadi yang mungkin masing-masing kami memilki pandangan berbeda-beda menanggapi apa yang Pak Syukri sampaikan kepada kami ketika itu.

KEPEMIMPINAN

1." Seorang pemimpin hendaklah memiliki sikap totalitas dalam memimpin anggota-anggotanya"
Nah, ketika beliau diminta berbicara tentang pemimpin ini, Pak syukri sembari bercerita tentang pengalamannya membangun gontor. Dari semenjak orang tua beliau meninggal, otomatis beliaulah yang diamanahkan melanjutkan estafet kepemimpinan Pondok Modern Gontor. Bagaimana sikap beliau ketika itu demi memajukan gontor hingga mampu menelurkan generasi-generasi cemerlang. Yang akhinya kebanyakan dari alumninya menduduki banyak wadah di hati masyarakat.

2. "Menjadi seorang pemimpin, hendaklah tidak hanya bersikap Akademistik",
Mengejar target nilai tanpa memiliki penjiwaan atas nilai yang diraih. Filsafat hidup hendaklah ditanamkan kepada para anggotanya, baik itu guru maupun santri/wati nya. Mengetahui seluk beluk pesantren secara langsung dan bukan hanya besifat pendataan saja, yang lebih banyak duduk dikantor tanpa melihat kondisi yang dialami oleh santri/watinya. Nah, sikap totalitas pertama yang disampaikan beliau merupakan inti dari yang namanya kepemimpinan itu. Merasakan, bertanggung jawab dan bijaksana dalam menangani pelbagai macam hal.

3. "Mengejar laporang dari anggota, dan bukan menunggu begitu saja".
Baik itu dipondo maupun non-pondok, sama saja. Hendakalah seorang pemimpin lebih kepada mengejar suatu laporan yang dikerjakan anggotanya. Yang dengannya kita dituntut untuk bersikap tegas dan berdisipilin agar anggota tidak semata-mata memandang kita lemah.

4. "Berbicara untuk diri sendiri"
Ketika seorang pemimpin itu berbicara, pada hakikatnya ia adalah berbicara untuk diri sendiri. Mengapa? karena itu adalah tuntutan moral yang wajib untuk dilaksanakan. Berbicara namun tidak dengan amalan dan rasa tanggung jawab, akan menghasilkan suatu prilaku yang terbalik. Yakni, anggota tidak akan menaati lagi apa yang kita bicarakan. "Faman Syakara, Fa innamaa yasykuru Li nafsihi" Dan bagi orang yang b3rsyukur, sesungguhnya ialah bersyukur kepda diri sendiri.

5."Mewujudkan kebersamaan anggota melalaui pendekatan-pendekatan"
Ini sama halnya dengan menghilangkan imej buruk dari anggota kepda seorang pemimpin. Seorang pemimpin harus mampu menghidupkan rasa kebersamaan diantara anggotanya agar dapat memajukan kualitas etos kerja, yang mana itu lebih kepda mewujudkan suasana yang madani seperti apa yang diharapkan.

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

Pendidikan itu: Pengajaran, Pembentukan, Pembiasaan, Pengarahan, Pengawalan, Pelatihan, Penugasan dan dikuti dengan uswatun hasanah. (K.H.A.Syukri Zarkasyi. MA)

1. "Menjiwai sikap seseorang secara tidak langsung itu menjiwai diri sndiri"
Seorang pengajar hendaklah bermentalkan pengajar, yang mampun menjiwai sikap dan kondisi anak didiiknya. sehingga apa yang disampaikan nantinya dapat menjadi asumsi yang layak dan dapat diterima oleh mereka.

2. "Memiliki falsafah hidup, tanpa itu maka ibarat phon tanpa buah"
Seorang pengajar harus memiliki amniyah (target). Ya, sudah tentu agar satu sama lain dapat bersaing dalam kebaikan dan akhirnya akan mewujudkan kepada sikap kompetnsi yang diharapkan mampu membentuk jiwa santri/watinya menjadi seorang berjiwa besar dimasyarakat kelak.

3. "Uswatun hasanah sebagai produktifitas"
Seorang pengajar hendaklah menjadi role model bagi anak didiknya yang itu mesti diawali dengan usaha diri untuk berbenah (Majhud Fardi) yaitu menata seluruh totalitas aktifitas pondok.

4. "Kebersamaan membangun persepsi"
Apapun wujud pesantren yang dikelola dengan jiwa dan filasafat hidup yang dijalani bersama-sama akan mempu memberikan solusi dan insyaAllah akan dipermudah oleh-Nya.

Inilah yang mungkin kiranya dapat saya tangkap dari apa yang telah disampaikan Pak Syukri ketika itu. Ada pengalaman yang membekas bagi diri saya ketika itu. Yakni, saat saya diminta oleh salah seorang ustad untuk mengambil foto Pak Syukri ketika ia berbicara, lantas saya berdiri dan berjalan menuju ke depan seraya bersiap-siap menekan tombol kamera. Tanpa disadari, Pak Syukri lantas berhenti berbicara saat satu jepretan tombol saya pijit. " Saya tidak mau photo saya buruk, saya tak ingin merusak konsentrasi pendengar" ketusnya sesaat setelah saya duduk, dan merasa malu akan sikap saya itu. Begitu teraturnya sikap beliau, hingga masalah perfotoan pun masih juga dipikirkan, yakni untuk menghindarkan dari pada pudarnya konsentrasi ust/ah ketika itu.
Wah, dapat pelajaran baru lagi nih. Semoga apa yang saya tuliskan ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita khususnya saya , untuk lebih kepada menjunjung tinggi falsafah hidup demi terciptanya masyrakat yang MADANI.

SEMOGA BERMANFAAT....

[Aku Bangga Menjadi Santri] Satu Jam Bersama Penulis "Negeri 5 Menara"  

Posted by Unknown in ,

Alhamdulillah, kemarin pagi saya berkesempatan bertemu dengan Sang Maestro novel "Negeri 5 Menara", siapa lagi kalau bukan dengan Ust. A. Fuadi. Saya memanggilnya ustad tidak lain karena melihat latar belakang pendidikan beliau yang merupakan seorang santri. Yah, santri pondok modern Gontor lebih tepatnya. Juga dikarenakan sikap beliau yang tampak sederhana dan bersahaja, membuat saya terkesima sejenak dengan penampilan yang memasyarakat ini. Sebelumnya saya tidak mengetahui perihal kehadiran beliau kepondok, khususnya pagi kemarin. Karena memang tidak ada kabar angin yang terdengar, atau mungkin karena memang saya yang tidak mengehui perihal kehadiran beliau sama sekali, Wallahu A'lam.

Walaupun begitu saya tetap bersyukur karena mendapatkan kabar dari salah seorang teman saya dikamar pagi kemarin setelah shalat subuh perihal kehadiran beliau yang konon katanya ingin memberikan motivasi kepada adik-adik dimasjid setelah subuh. Walhasil, akhirnya saya dapat dipertemukan dengan beliau seusai memberikan arahan dan wejangan kepada adik-adik. Sungguh kesempatan yang sangat berharga bagi saya, karena dapat berjumpa dengan salah seorang penulis yang bukunya telah saya nikmati. Merupakan kebanggaan tersendiri tatkala sosok yang dielukan dengan kepiawaiannya mengolah kata, dapat bertatap muka secara langsung dimesjid jami' ini.

Satu jam bersama penulis, nah itu kiranya tema yang cocok untuk tulisan saya kali ini. Ya, coba-coba saja ikutan seperti acara di Tv One " Satu Jam Bersama". Tapi memang benar, saya perhitungkan waktu pertemuan itu sekitar satu jam lamanya. Wah, kebetulan sekali tuh..!!!hehe...

Bagi saya bertemu dengan seorang penulis, merupakan kesempatan bagi saya agar kiranya dapat menduplikasikan apa yang telah ia alami dengan pengalamannya menulis itu, dan akhirnya menjadi panduan dan motivasi yang menggugah diri agar senantiasa menulis. Karena sudah barang tentu, seorang penulis tidak akan rela menyia-nyiakan waktu untuk menimba lebih banyak ilmu dari empunya menulis. Seorang penulis bagi saya adalah semangat hidup yang patut diteladani. Seperti halnya hernowo yang mengidolakan J.K Rowling dan Sthepen King sebagai guru menulisnya, Juga penulis lainnya yang juga mengidolakan satu sama lain. Nah, tak salah juga saya mengidolakan seorang penulis yang patut saya tiru akan kesuksesannya dalam menulis, baik itu Pak Hernowo, Kang Abik, Mbak Helvi, juga Ust.A.Fuadi yang kemarin pagi bersama saya. Bukan hal sepele, tentunya seorang penulis ketika melakukan kegiatannya itu sudah pasti memerlukan energi serta kesabaran penuh demi terciptanya sebuah tulisan dan pastinya perlu adanya ilmu dan wawasan lebih untuk itu. Nah, ini pula yang ingin saya teladani dari setiap penulis yang berhasil menuliskan maha karyanya dan akhirnya disambut oleh masyrakat luas. Maka waktu satu jam ini tak ingin saya sia-siakan untuk meniliki sekilas ramuan yang dimiliki dan digunakan oleh Ust.Fuadi ketika ia memulai kegiatan menulisnya itu.

Mendengar kabar kedatangannya itu, saya segera mengambil buku "Negeri 5 Menara" di lemari, seraya bergegas menuju mesjid, guna meminta tanda tangan Ust. Fuadi sebagai tanda terima kasih saya akan karya yang membawa harum nama Santri ini. Mungkin disini saya terlihat orang yang layaknya baru pertama kali bertemu dengan seorang penulis, walaupun sebelumnya saya juga pernah bertemu dengan Kang Abik dan Mbak Helvi ketika mengikuti Seminar B. Arab Internasional di Universitas Sumatera Utara yang mana ia juga adalah seorang penulis masyhur. Namun, ini merupakan kesempatan yang sangat saya nantikan karena dapat secara langsung berdiri di sampingnya sembari memintanya berphoto bersama.



Saya berkesempatan makan bersamanya didapur ustad, dan saya mengamati kesederhanaan yang terpancar dari sosok beliau yang bersahaja. Ustad Rasyidin selaku Direktur pesantren sedikit berkelakar kepada Ust.Fuadi ketika makan bersama," Kalau Ustad makan di restaurankan sudah biasa. Nah, kalau mau makan di dapur ustad ini baru luar biasa." ketus Ust. Rasyidin ketika itu. Saat saya mendengarnya,terdetik dihati saya rasa haru, bersyukur dan bangga sebagai santri yang mengenyam pendidikan di pondok. Saya merasakan bagitu besarnya jasa para guru yang telah menanamkan jiwa kesederhanaan didalam diri para santrinya, sampai bilamana kesederhanaan dijadikan pilar kedua dari Panca Jiwa setelah Keikhlasan. Walaupun ada juga yang tidak menjadikannya sebagai pedoman hidup ketika mengenyam ataupun setamat dari pondok karena telah terpengaruh dengan budaya yang materialistik diluar pondok.
Namun saya melihat wujud yang berbeda dari seorang Ust.Fuadi saat makan bersamanya. Tampak ia tidak segan-segan ataupun malu untuk menunjukkan jati dirinya sebagai seorang santri, terkhusus ketika kini telah menjadi seorang penulis terkenal. Begitu lahapnya beliau ketika itu, walaupun hanya berlaukkan ikan sambal dan sayur jipang. Duduk disampingnya menambah aura semangat saya untuk mencapai seperti apa yang ia raih. Ia juga bercerita sedikit pengalamannya tatkala menjadi santri dahulu, ia menggemari sambal tempe yang konon katanya merupakan makanan terpavorit santri ketika itu. Bagaimana ia terhipnotis dengan sebuah kalimat "Man Jadda Wajada" diawal pengajaran dan menuntut ilmu dipondok yang menjadikannya seperti sekarang ini dan mewujudkan cita-citanya menuliskan kisah dibalik itu dalam bentuk novel. Wah memang satu jam yang berharga bagiku pagi ini..


" Mungkin jarang sekali ada buku yang mengupas seluk beluk kisah dibalik sebuah pondok yang
diramu dalam sebuah Novel dengan selipan humor khas pondok, dan menceritakan apa yang terjadi dibalik sebuah pondok yang penuh teka-teki". tutur Andi F. Noya dalam komentarnya mengenai Novel ini. Ya, betul sekali. Jarang didapati novel yang serat akan kisah pondok seperti ini. Ketika saya membacanya, saya mendapati sebuah kejujuran dari sesosok anak santri pondok yang mengalami secara langsung hitam-putih kehidupan didalamnya. Ketidak betahan, Kerinduan dengan orang tua yang meradang, mengahadapi hukuman bahasa, bahkan menjadi seorang Mudabbir--pengurus yang harus membimbing adik-adiknya diasrama. Ini semua merupakan pernak-pernik dan pembelajaran yang sulit didapatkan bahkan jarang untuk ditemui kecuali dengan adanya sebuah pondok. Bukan maksud saya ingin mengucilkan lembaga pendidikan lainnya, saya sangat menghargai dan menjunjung adanya lembaga-lembaga pendidikan yang berbasiskan kompetensi dan ilmu pengetahuan.
Namun, untuk sebuah lembaga yang berbentuk asrama sangat sulit sekali ditemui untuk sekarang ini yang menjanjikan akan menelurkan generasi-generasi emas bangsa. Seperti halnya tatkala melihat berita ditelevisi yang notabene menceritakan adanya sebuah lembaga yang mengajarkan anak didiknya dengan kekerasan dan menjurus hukuman fisik, dan lain sebgainya. Nah, dengan adanya Novel Lima Menara ini, masyarakat diberi pandangan akan kehidupan pesantren yang penuh teka-teki, juga ingin menepis adanya kabar-kabar yang kini sering menyudutkan pesantren sebgai lembaga pendidikan yang notabene akan kegiatannya. Baik itu, Hukuman fisik, pelanggaran HAM, sampai bilamana menjurus kepada Terorisme. Sungguh ini membuat miris hati siapa saja yang telah menyelami kehidupan pesantren sebenarnya, karena secara tidak langsung telah mencemarkan nama dari lembaga pendidikan yang konon katanya telah banyak memberikan banyak sumbangan moril kepada kemerdekaan bangsa Indonesia ini. Sungguh kehadiran Novel ini, telah memberikan banyak pandangan luas kepada para pembaca yang masih awam mengenai kehidupan pesantren yang kiranya dengan itu memperbaiki citra baik Lembaga pendidikan ini agar tidak disalah arti.

Dilain sisi, buku ini telah menjadi obat rindu yang mungkin kiranya dirasakan oleh banyak alumni pondok yang tersebar dan menjadi tokoh-tokoh dipelbaga tempat, baik didalam, maupun diluar negeri. Yang dengannya pembaca diajak kembali menelusuri kehidupan pondok. Sudah barang tentu buku ini kiranya bisa dijadikan buku wajib bacaan santri, karena telah menyuguhkan banyak kisah inspiratif sekaligus mengenang pengalaman menjadi santri tatkala telah merasakan manfaat filsafat-filsafat hidup didalamnya.

Akhir kata, saya ingin mengajak para kawan yang kiranya belum memiliki buku ini agar kiranya memilikinya segera. Terkhusus para santri yang kini telah mengenyam pendidikan dipondok, agar nantinya dapat menjadi penyemangat hidup selama menyelami pelbagai pernak-pernik kehidupan didalamnya. Sungguh satu jam bersama yang menginspirasi saya agar tetap menulis, menulis,dan menulis. Karena saya dan mungkin juga anda harus memiliki jiwa bangga menjadi santri walaupun pada hakikatnya ada juga yang belum merasakan menjadi santri, namun harus memiliki jiwa santri sebgai panutan hidup. Maka tidak salahnya diakhir tulisan ini saya ingin menuliskan Panca Jiwa Santri dan juga Motto Santri sebagai tanda bakti dan bangga saya menyandang "Predikat SANTRI" agar kiranya ini dapat saya amalkan nantinya untuk meraih apa yang akan menjadi tujuan agama "Menelurkan generasi bangsa yang Sukses Mulia".

PANCA JIWA SANTRI
1.KEIKHLASAN
2.KESEDERHANAAN
3.BERDIKARI
4.UKHUWAH ISLAMIYAH
5.KEBEBASAN.

MOTTO SANTRI
1.BERBUDI TINGGI
2.BERBADAN SEHAT
3.BERPENGETAHUAN LUAS
4.BERFIKIRAN BEBAS
5.BERAMAL IKHLAS
6.BERAMAL MULIA.


Semoga bermanfaat.....!!!!