[Message From Mr.Hernowo Hasyim] Menilai Karya Tulisan Sendiri, Meraih KEBERMAKNAAN  

Posted by Unknown in



"Assalamualaikum pak, saya minta masukkan bapak tentang tulisan saya ini pak, bolehkan pak? karena saya masih belajar tahap mengikat makna seperti apa bapak tuturkan.
Terima ksih pak sebelumnya....wassalam.

Pak Hernowo
Salam. Mas Muhammad Nur, setiap kali saya diminta untuk menilai tulisan, saya senantiasa mengembalikan hal itu kepada penulisnya. Saya bukan penilai. Saya lebih memposisikan diri saya untuk mebangkitkan semangat untuk terus mmebaca dan menulis. karena hanya lewat itulah, kemampuan menulis dan hasil tulisan kiita akan meningkat. Saya paham sekali pentingnya penilaian. Tapi pendekatan saya tidak ke penilaian. Saya lebih ingin seorang menulis untuk meraih KEBERMAKNAAN--tema buku saya kan soal ini.

Jadi, sembari memohon maaf, silakan Anda membaca kembali tulisan Anda yang sudah jadi dan bersyukurlah bahwa Anda berhasil menuliskan sesuatu. Lantas, coba "rasakan" (ketika Anda membacanya) apakah ada sesuatu yang penting dan berharga dari tulisan Anda itu. Saya ingin Anda dapat mengevaluasi sendiri tulisan Anda. Andalah yang paling tahu tentang tulisan Anda: kenapa menulis dengan topik itu, senangkah ketika Anda menuliskannya, dll.

Saya berharap, Anda berdaya ketika menulis dan terus menulis karena Anda merasa bangga dan bermakna akan kegiatan menulis dan memahami hasil tulisan Anda. Wassalam."


_______________________________________________________________________________________________________________________________________________


Ini adalah pesan singkat pertama yang saya dapatkan dari sesosok Pak Hernowo yang Fenomenal. Saya katakan fenomenal, karena baru kali ini saya mencoba untuk berkomunikasi dengan beliau melalui pesan fb dan akhirnya dijawab langsung olehnya. Seorang tokoh yang diidentikkan dengan teori belajarnya "Mengikat Makna" yang menggugah siapa saja yang membaca bahkan mempraktikkannya.

Untuk lebih mengenal dan mengikuti perkembangan kegiatan baca-tulis beliau, saya akhirnya membeli buku barunya yang berjudul Mengikat Makna Update. Mungkin diantara rekan sekalian yang menggemari buku-buku Pak Her, sayalah yang paling terlambat untuk membeli dan membacanya. Bahkan untuk buku Mengikat Makna Update ini, saya beli sekitar tiga hari yang lalu di Toko Buku Gramedia, Jln. Gajah Mada Medan. Melihat sekilas bulan penerbitan, ternyata telah Lima bulan lamanya buku ini mengendap di toko buku dan akhirnya saya temukan. Itupun tergerak dan tertarik ketika ada seorang teman satu pelatihan kepenulisan yang memiliki buku tersebut.

Saya belum sempat membaca judul awal buku ini, namun saya telah disuguhkan dengan berbagai komentar dari para rekan beliau juga praktisi kepenulisan yang namanya tidak asing lagi dimata pecandu buku. Masing-masing memberikan apresiasi besar atas peluncuran buku ini, sekaligus pujian yang kian menyeruak sisi potensi yang dimiliki oleh Pak Hernowo. Maka tak heran jikalau sosok tersebut menjadi sorotan bahkan The man of letter (sebagaimana komentar J.Sumardiana), yang telah membangkitkan geliat budaya Baca-tulis, khususnya di Negara kita tercinta.

Saya berdecak kagum tatkala melihat segenap prestasi yang beliau raih. Dengan di nobatkannya beliau sebagai orang pertama di Indonesia yang mendapat penghargaan dari panitia,"World Book Day Indonesia I" sebagai penulis yang berhasil menginspirasi dan membangkitkan semangat para pembaca bukunya untuk menjalankan kegiatan membaca dan menulis yang memberdayakan. Saya pun harus turut memberikan apresiasi yang tidak dapat saya utarakan secara langsung kepadanya, namun dengan tulisan ini kiranya dapat menjadi tanda syukur saya karena di Indonesia masih terdapat banyak pewaris-pewaris ilmu yang dapat menularkan ilmunya. Khususnya dengan kehadiran bapak Hernowo dengan virus baca-tulis yang dirangkum dalam sebuah teorinya "Mengikat Makna.

Menindak lanjuti apa yang saya tuliskan pada judul diatas, saya tergugah saat permohonan saya untuk dikoreksi atas tulisan saya dibaca dan dikomentari secara langsung oleh Pak Her. Dengan segala kerendahan diri sembari menolak permohonan saya untuk dikritisi, beliau tidak ingin memposisilkan dirinya sebagai seorang penilai yang selalu mengkritisi setiap tulisan-tulisan para penggemarnya. Namun beliau lebih memusatkan posisi diri lebih kepada membangkitkan semangat untuk terus membaca dan menulis. Tanpa mengenyampingkan penilaian itu sendiri, beliau ingin mendekatkan para pembaca dan penulis untuk meraih KEBERMAKNAAN dan bukan kepada penilaian semata.

Memang penilaian atas sebuah karya tulis sangatlah dibutuhkan, khususnya dalam hal yang berkenaan kesastraan atau hal-hal yang bersifat ilmiah. Namun hal itu tidak harus mendominasi keabsahan untuk sekedar menuangkan apresiasi ketika menulis atau membaca. Dalam hal ini, beliau ingin saya menyadari betapa mengkiritisi sebuah karya sendiri bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai kesempurnaan. Dan lebih daripada itu, hendaklah kita mensyukuri bahwa kita telah melakukan kegiatan mulia tersebut. Yaitu dengan menulis dan membaca. Karena pada hakikatnya kegiatan ini amatlah berharga bagi suatu bangsa untuk lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas, serta martabat dan harga diri bangsa itu sendiri. Dan untuk memulainya serta menjadikannya budaya setiap individu bukanlah hal mudah yang hanya sekedar membalikkan tangan begitu saja. Tetapi hendaklah dimulai dari kesadaran dan rasa tanggung jawab setiap individu, untuk lebih mengembangkan potensi diri tanpa adanya sebuah keterpaksaan. Secara otomatis pengembangan diri yang didasari atas kesadaran diri akan merambat kepada kepentingan umum yang di amat dibutuhkan orang banyak.

 Seperti apa yang dikatakan Dr. Stephen R. Covey, Penulis buku best seller 7 habits of Highly Effective People yang menuturkan bahwa "Yang paling pribadi justru merupakan yang paling umum".
Apa yang menjadi kisah ataupun pembelajaran diri tentang diri kita akan menuaikan pelajaran yang dapat dipetik oleh orang-orang disekitar kita. Maka tak heran seseorang yang lebih banyak memberikan banyak kontribusi, pada hakikatnya ia telah membeberkan apa yang selama ini ia alami. Dan justru akan semakin berkembang tatkala pemanfaatan pengalaman pribadinya tersebut banyak diaplikasikan khususnya dalam meningkatkan SDM suatu bangsa.

Di tulisan ini, saya hanya ingin merefleksikan sekelumit pesan singkat Pak Hernowo kepada saya yang mungkin apabila rekan-rekan juga membacanya, niscaya akan bermanfaat terutama dalam menilai hakikat potensi yang kita miliki bersama. Pesan ini lebih menekankan kita untuk merasakan KEBERMAKNAAN dari karya itu sendiri, yang itu kita dapat dari mengevaluasi terlebih dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana, "Mengapa menulis dengan tema itu? Senangkah ketika kita menuliskannya? Adakah kepuasan dalam diri yang menjadi kepuasan pula bagi orang lain?nah pertanyaan itu hanya dapat kita kembalikan kepada diri kita sendiri tatkala melaksanakan kegiatan tersebut. Semoga kiranya apa yang telah kita lakukan dengan menulis dan terus menulis dapat memberdayakan kita agar lebih bangga dan memaknai karya sendiri tanpa rasa kecanggunagn, ketidak percayaan diri, atau lain sebagainya. Agar hantu-hantu putus asa enggan datang dan menjauh dalam proses pengembangan diri menjadi lebih baik lagi ( Go A Head, to get Live Excellent)


Semoga Bermanfaat.....!!

This entry was posted on Selasa, 09 Maret 2010 at 15.48 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar