[We Support Your Talent] Membangun Generasi Bangsa Yang Berkompetensi Dan Memiliki Daya Saing  

Posted by Unknown in ,

”Akan saya buat sekolah kami sebagai surga bagi anak-anak berkebutuhan khusus.” [Ciptono, Guru luar biasa yang meraih Muri]


Tepat pada malam jum'at kemarin, usai sudah acara olimpiade yang diadakan di pesantren. Sungguh perjalanan yang amat panjang dan membutuhkan tenaga ekstra untuk menjalaninya. Alhamdulillah, saya diberikan kepercayaan untuk menjadi salah satu koordinator panitia yang akan menjembatani kesuksesan kepanitiaan ini. Walaupun saya masih terbilang baru untuk ini, karena mayoritas panitia yang diajukan adalah mereka yang tahun kemarin juga sebagai panitia. Otomatis saya harus berbuat lebih, serta belajar dari mereka yang telah berpengalaman dalam hal ini. Yang membuat saya heran ketika itu, saya diminta untuk menangani urusan kesekretariatan. Menulis surat?, juga menulis soal-soal yang akan diujikan? yang benar saja, pikir saya ketika itu. Ini bukan hal mudah bagi saya, karena selama dikepanitaan saya jarang mendapatkan tugas baru ini. Yang mana sebelumnnya saya hanyalah ditugaskan dibidang koordinasi lapangan karena memang sesuai bidang saya "bidang pengasuhan". Bagian yang lebih banyak terjun kelapangan. Walaupun begitu, saya beranikan diri untuk menerimanya, sekaligus mengasah kemampuan saya dalam menulis. Yah, menulis. lagi-lagi kata ini membuat saya terperangah akan sebuah makna dalam pencarian jati diri. Dalam prasangkaan positif saya, mungkin karena sering menulis, akhirnya saya mendapatkan kepercayaan ini. Ya mungkin saja, tapi yang sudahlah. Untuk apa saya bahas lebih lanjut, yang saya takutkan menjurus kepada rasa angkuh dan terlalu membanggakan diri.

Nah, sejenak saya akan memaparkan perjalanan olimpiade yang diadakan selama 2 malam terakhir. Kami mengusung tema olimpiade tahun ini dengan semboyan "WE SUPPORT YOUR TALENT", yang artinya "Kami mendukung bakat anda". Dengan harapan apa yang di usung pada olimpiade ini, tidak sekedar kompetisi saja, Namun mampu membangun jiwa kreatifitas dan daya saing yang sportif dibawah naungan bakat yang mereka miliki. Kami ingin merealisasikan bakat yang selama ini mereka miliki untuk selanjutkan di unjuk gigikan di ajang kompetisi yang nantinya akan mereka rasakan kedepannya.

Diawali dengan penyeleksian peserta yang tidak lain adalah santri/wati di RH. Maka butuh waktu lama untuk mempersiapkan hal ini sebelumnya. Di awali dengan mengirimkan berkas pendaftaran peserta, menyebarkan surat permohonan pembuatan soal olimpiade, hingga menuliskan kembali dalam bentuk kertas ujian. Nah, ini membutuhkan tiga kali seleksi untuk menyaring anggota yang nantinya akan tampil di panggung. Pelajaran yang diujiakan untuk tahun ini ada 6 mata pelajaran, yang masing-masing dibedakan kepada dua kategori yaitu Senior dan Junior. Senior diikuti oleh santri kelas 3 Experiment, IV, dan V. Pelajaran untuk kategori ini, diantaranya Tafsir, Fisika, dan Ekonomi. Dan untuk kategori Junior di ikuti oleh kelas I, I Experiment, dan kelas II.Pelajaran yang akan di ujikan antara lain Biologi, B.Inggris, dan Al-Hisab. Pada seleksi pertama, peserta di ambil setengah dari pendaftaran. Pada seleksi kedua demikian juga, dan untuk seleksi ke-tiga baru di ambil lima orang dari setiap kategori pelajaran.

Seleksi demi seleksi, saya amati dengan teliti. Adakah anak didik saya yang lulus seleksi, khususnya untuk pelajaran B.Inggris. Karena otomatis ada keterpanggilan diri agar anak didik yang saya ajari dapat berkimpung di dalam kompetisi ini. Untuk pelajaran B.Inggris, saya mengajar di dua kelas yaitu kelas I F dan I B, yang alhamdulillah mayoritas mereka banyak yang lulus seleksi untuk seleksi pertama dan kedua. Sekilas saya melirik urutan nama yang lolos yang tertempel di etalase Majalah dinding santri. Alhamdulillah, ternyata adik yang saya ajarkan di kelas berada di urutan teratas.
Ya, Ia adalah Muhammad Rafli kelas I F, mengikuti teman-temannya yang lain yang juga tidak kalah hebatnya. Dari seleksi pertama, kedua, dan ketiga. Saya lihat siapakah gerangan adik-adik saya yang lulus. Sungguh, merupakan kesyukuran bagi diri bahwa kebanyakan mereka adalah adik-adik yang saya ajari dikelas. Bukan maksud berbangga diri, namun disini saya ingin merasakan betapa nikmatnya seandainya anak didik yang saya ajarkan dapat sukses melewati berbagai seleksi yang di ujikan.

Begitu juga teman-teman yang berkecimpung dalam dunia kependidikan dan kepengajaran. Mungkin akan merasakan hal yang sama. Saya teringat akan sebuah buku yang saya beli yang menceritakan seorang guru yang mendapatkan penghargaan Muri karena kegigihannya dalam mendidik anak didiknya yang mayoritas memiliki keterbelakangan mental, buku berjudul"Guru Luar Biasa" ditulis oleh Drs. Ciptono dan Ganjar Triadi Budi Kusuma, S.Pd.
Di situ dikisahkan perjuangan seorang guru yang mengantarkan bakat masing-masing anak didiknya yang dipupuk hingga membuahkan hasil yang mencengangkan banyak orang. Ada Kharisma, anak autis yang hafal ratusan lagu dan menjadi anak autis pertama yang memasuki dunia rekaman. Atau anak-anak tunanetra yang mahir bermain gamelan. Ada juga Andi Wibowo yang mahir melukis. Wah, ssungguh perjuangan yang patut diteladani. Dalam keadaan mental keterbelakangan ia mampu untuk menanganinya, konon lagi anak yang mentalnya masih dapat ditangguhkan. Saya membacanya merenung dan melihat dalam kenyataan yang sedang saya alami sekarang ini. Untuk in, saya ingin mengantarkan anak-didik saya agar kiranya mampu menemukan baka-bakat mereka yang selama ini enggan di ekplorasikan. Mudah mudahan ini menjadi kisah penyemangat saya agar dapat terus mensupport mereka dalam masa pengajaran. Amien...
Dan disini saya merasakan betapa berharganya sebuah pengorbanan seorang guru yang amat berjasa akan ilmu yang kita miliki saat ini, walaupun itu tidak kita rasakan ketika masih dalam masa pembelajaran.

Nah, kembali kepada cerita saya tentang olimpiade ini. Hingga seleksi yang terakhir, maka untuk kali ini akan di ambil 5 peserta yang akan tampil di atas panggung. Sebelum itu, ketika saya di kelas, saya support adik-adik saya agar siapa yang lulus di seleksi III nanti, akan saya beri sebuah buku. Ya, walaupun bukan buku yang mahal-mahal, namun kiranya dapat memberikan makna yang lebih dari itu. Yaitu semangat yang dapat memacu mereka agar lebih kepada meraih kesuksesan dalam bersaing di olimpiade ini. Dan Alhamdulillah, ketika saya menilik 5 nama terpilih di seleksi III, khususnya saya utamakan melihat pelajaran yang saya ajarkan, saya mendapati salah satu dari mereka adalah anak-didik saya, Muhammad Rafly yang sebelumnya juga meraih nilai tertinggi di seleksi awal, 5 besar di seleksi ke-II dan kali ini ia berada di posisi ke 3 dari lima peserta. Dan ialah satu-satunya santri dari 5 lainnya yang merupakan santri wati. Ia menjadi satu-satunya peserta laki-laki yang mewakili kawan-kawan lainnya. Ia mengalahkan anak-anak kelas II yang mungkin keilmuannya bisa dikatakan lebih banyak diberi, dan juga lebih banyak wawasan yang telah didapatkan. Nah, ia mampu melompatinya.

Walhasil, saya mengikuti perkembangannya hingga berhasil mengikuti Grand Final, akhir dari pada perjuangan olimpiade. Ya, tentunya ini merupakan kesyukuran yang tak ternilai harganya, dapat mengantarkan anak-didik melewati sekelumit cobaan hidup. Walaupun hanya seorang saja, namun ini adalah prestasi yang patut saya acungi jempol untuk semangatnya yang pantang menyerah. Hingga pada perlombaan berlangsung, saya amati dirinya yang kebetulan dapat tempat ke-2 dari sisi kanan. Untuk babak pertama, saya lihat masing-masing peserta pada menunjukkan kegigihannya, walaupun tidak sedikit pula yang tidak mempu menjawab soal.
Walhasil, untuk babak ke-3. saya sedikit canggung untuk mengharapkan prestase unggul dari adik saya tadi, saya amati nilainya tidak juga bertambah. pada sesi ini, adalah sesi rebutan soal. yang mana masing-masing peserta harus lebih cepat dan tanggap untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Ya, sudahlah. Hingga akhir babak, saya mendapati adik saya tadi hanya mampu meraih posisi ke-IV dari lima peserta. Saya tidak merasa kecewa untuk ini, karena tampilnya dirinya saja diatas panggung merupakan suatu kebanggan yang patut saya hanturkan kepadanya, karena telah mewakili peserta santri di antara peserta yang mayoritas santri wati. Saya menghampirinya, sesaat setelah turun panggung. Ia menyalami tangan saya, seraya merasa kecewa akan usahanya yang tidak mampu menyabet juara I, II, juga III. Saya bertanya mengenai perihal kendala dirinya ketika di atas panggung tadi. Ia pun berujar, mungkin dikarenakan penglihatan dia akan soal di slide yang kurang jelas ketika itu. Saya berikan support kepadanya agar tidak terlalu menyesali kekurangannya itu. Pastinya ada kesempatan lain yang mungkin tahun depan dapat ia ikuti kembali.

Malam pertama yang sungguh serat akan makna perjuangan bagi saya. Sebagai panitia, pekerjaan tidak berhenti sampai malam ini saja. Namun, masih ada satu malam lagi untuk memeriahkan olimpiade di ma'had. Khususnya untuk sesi Senior yang tepatnya diadakan pada malam jum'at kemarin. Untuk malam ini, kami tidak ingin ada kekurangan selama jalannya acara. Terlebih setelah mendapatkan pelajaran dan evaluasi dari malam pertama acara, yang katanya memakan waktu lama untuk itu hingga waktu menunjukkan tengah malam. Akhirnya kami memutuskan untuk lebih mempercepat dimulainya acara agar tidak memakan waktu lama. Jam 20.30 acarapun dimulai. Untuk malam ini, setiap sesi pertanyaan semakin seru diperlombakan, karena untuk porsi senior haruslah lebih banyak diberikan setruman-setruman semangat bagi peserta khususnya. Untuk pelajaran pertama adalah pelajaran Tafsir. Saya amati jalannya sesi pertama ini.
Sungguh membuat saya iri akan kelincahan mereka dalam menjawab soal demi soal yang dilemparkan. Mengapa saya tidak berhasil ketika dulu menjadi santri mengikuti seleksi pelajaran Biologi? Bisik saya dalam hati. Ya, sejenak saya teringat akan diri saya yang tidak sempat berhasil hingga seleksi ketiga ketika itu. Tepatnya saya berada di urutan ke-6 dari lima peserta yang di ambil untuk maju diatas panggung. "Wah, selangkah lagi" pikir saya ketika itu yang hampir putus asa akan kesempatan yang tinggal sedikit lagi saya raih. Sudahlah, yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang giliran saya untuk melihat aksi mereka dalam bertanding, sungguh lincah dan tangkas. Walaupun untuk materi fisika agak kurang menarik, karena materi hitungan. Saya melihat kurangnya potensi yang hendaklah ditingkatkan lagi untuk kedepannya.

Hingga akhir acara, dan tibalah acara pembagian hadiah. Nah, inilah acara yang di tunggu-tunggu oleh para peserta. Setelah menunggu lama, akhirnya tiba juga sesi yang mendebarkan ini. Dengan mempersilahkan Bapak Direktur seraya membagikan hadiah, saya sibuk dengan mengangkat hadiah-hadiah buku juga sertifikat yang sebelumnya telah diurutkan. Saya melihat fenomena yang sangat mengharukan, dimana mereka menundukkan kepala sembari dikalungkan dileher mereka mendali satu persatu. Menyalami tangan Direktur merasa seakan ada secuil harapan menjadi anak yang berprestasi kedepannya. Senyumpun mereka di kedua bibir mereka, serasa sejenak menjadi anak bangsa yang telah memberikan kontribusi untuk negara. Walaupun hakikatnya masih berada di gedung serba guna ini saja. Semoga cita-cita itu dapat terealisasikan untuk kedepannya. Dengan harapan dapat memberikan hal terbaik bagi Agama, bangsa, khususnya diri sendiri sebagai generasi yang menorehkan tinta emas prestasi.

Akhir kata, ditulisan saya ini. Saya mengajak kepada teman-teman, terlebih yang menyelami dunia kependidikan dan kepengajaran agar kiranya mampu membawa anak didik kita meraih apa yang mereka gapai. Sungguh kebanggan yang tidak ternilai harganya tatkala kesuksesan dan kebahagiaan diraih oleh anak-didik kita melebih apa yang kita rasakan saat ini. Mari kita doakan disetiap selesai shalat akan kesuksesan mereka, baik itu dari segi prilaku, akademis, juga kreatifitas mereka agar senantiasa dapat menjadi anak yang mampu membawa izzah agama, khususnya membangun peradaban dunia yang madani dan sejahtera dengan ilmu-ilmu agama.


Terima kasih, Semoga Bermanfaat.....
Mohon maaf kalau ada kekhilaafan dalam penyampaian agar kiranya dapat dikoreksi setelah ini.


Dari seorang pengembara pembelajaran, untuk kupersembahkan kepada teman-teman yang juga ingin menelusuri jati diri yang terpendam.

This entry was posted on Minggu, 28 Maret 2010 at 01.00 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar