"Bersakit-sakit dahulu, Semoga tak sakit lagi kedua kalinya"  

Posted by Unknown in ,



    Mataku tertuju pada selembar Koran didepanku. Ku ambil Koran itu, tak sengaja mataku terpusat kepada satu berita di ujung halaman utama. Terlihat jelas sebuah pengumuman sayembara Karya Tulis berwarna biru yang membuat hatiku berdesir seketika. Ku teliti baik-baik kata-demi kata persyaratan yang diajukan. Adakah syarat yang memungkinkan bagiku untuk mengikutinya, karena ku takut ada satu persyaratan yang tidak kusanggupi seperti biasanya Yaitu faktor Status. Kebanyakan perlombaan yang kulihat selama ini hanya ditujukan kepada para pelajar saja. Otomatis status ku tidak memungkinkan untuk ikut serta didalamnya.
Alhamdulillah ternyata syaratnya memungkinkan, tidak mempersulit, bahkan dibuka untuk umum. Ya, untuk umum, sekali lagi bathin ku bersyukur akan syarat yang sederhana ini. Terlebih saat ku melihat total hadiah yang menggiurkan untuk orang sepertiku yang terbilang masih minim financial. Lantas ku terbayang-bayang sebuah laptop yang ingin kumiliki segera, terbesit dibenakku seandainya saja ku menang dalam sayembara ini, hadiahnya akan ku manfaatkan untuk membeli laptop demi menunjang hobiku dalam dunia tulis-menulis. ( belum lagi menang, dah ngayal yeah hihi….)
Tapi itulah yang kurasakan saat ini, sebuah hasrat yang terlanjur cinta dalam dunia baru ini, Menulis dan menulis. Mungkin hal ini juga dialami bagi penulis pemula yang lain, yang ingin mengembangkan hobinya ke taraf yang lebih tinggi, juga ingin menjadikannya tulis menulis sebagai lahan rejeki. Pastinya perlombaan seperti ini amatlah dinantikan.
Segera ku pasang kuda-kuda (hehe..kayak mau bertarung aje yeah, tapi memang mau bertarung ko’ melawan saingan githu…) demi target pencapaian, agar kiranya waktu ku yang gunakan efektif dan tidak mengganggu kesibukan lainnya. Karena disaat ujian ma’had seperti ini,biasanya produktifitas otak lebih banyak dituangkan kepada koreksian hasil ujian adik-adik. Selain mata lelah, otak juga di maksimalkan demi ketelitian dalam mengoreksi agar kiranya tidak ada kekeliruan nantinya.
Yups, selama lima hari kupusatkan segenap pikiran untuk lomba ini, kupilih cerpen dan puisi sebagai lahan tulisanku. Ya maklum lah kalau artikel sedikit berat bagiku untuk ngelakoninya. Masih tahap belajar nih…hehehe…
Walhasil peluh keringat hasil memeras otak membuahkan 3 buah cerpen dan 4 puisi (duh masa sih otak diperas , emang cucian apa?? Wah gawaat tuh gimana caranya yah!!) yach, kukira cukup bagiku untuk waktu sesingkat ini, (walaupun masih kurang ide kali yeah). Tak sebanyak tulisan-tulisan orang lain biasanya, mungkin ini yang sanggup kulakukan diwaktu sesempit ini disamping mengoreksi ujian.
Tepatnya kemarin tanggal 3 kuantarkan karyaku ini kekantor WASPADA yang terletak dijalan Brigjen Katamso dekat istana Maimun. Walaupun sebelumnya ku dihadapkan berbagai rintangan, yakni tatkala ku tak tahu jalan. Karena ku sendiri masih terbilang awam untuk sekedar menghafal jalan-jalan dimedan, yach minal ma’lum selama 6 tahun dipesantren pulang balek dari Medan-Siantar kerumah mengendarai kereta api saja, sesekali saja mengendarai sodako yang itupun hanya menuju stasiun. (Duh kasian yeah…hihi)
ku ajak bebrapa teman yang berasal dari medan, namun ternyata mereka memiliki kesibukkan yang lain, ku lantas maklum mendengar alasana mereka karena memang sibuknya kegiatan dimasa-masa ujian seperti ini, yang tak hanya menguras otak, namun juga fisik sehabis mengawas ujian seharian dikelas.
Lantas ku pergi sendri dengan mengendarai speda motor teman, ku berpikir sejenak dapatkah aku sampai tujuan dengan pengetahuan yang sedikit mengenai jalan dimedan ini , terlebih ku belum memiliki SIM untuk membawa kereta pinjamanku ini,
      Bismillah…kuniatkan dalam hati semoga perlajalanan yang hanya berbekal STNK ini dipermudah Oleh Allah. Sebelumnya ku hanya bertanya kalau jalan yang selama ini kulalui mungkinkah menjurus ke jalan yang akan kutempuh. Sekedar Tanya saja lah …mungkin ditengah jalan nanti ketemu juga pikirku inget pepatah nih, yang mengatakan “Malu bertanya Sesat dijalan”. ( awas ntar kesesat lu yeah…)
Ternyata apa yang kuharapkan tak sesuai dengan kenyata’an, jalan yang kutempuh buntu. Kutak tahu harus kemana ku lajukan sepeda motorku ini. Walaupun telah bertanya-tanya kepada orang-orang pingiran jalan namun itu lah, tetap saja ku tak paham kemana arah yang mereka tujukan kepdaku.
“Oh mau kearah istana Maimun dek, dari sini kesini…ntar terus aje …pasti nyampe’ tuh….!”

“Nanti dari kantor Pos, belok kiri menuju deli tua, sampai perempatan jalan deli tua, belok kekiri dek…baru jalan lurussss….aje. ntar lihat Istana Maimun, nah disana tuh dah sampe jalan yang adek tuju brigjen katamso kan…???

“kalau tidak gini aje dek, ikutan aje kenderaan yang menuju kesana, Ntar ikutin Motor ini…insyaAllah pasti nyampe tuh….!


     Waduh, gawat nih banyak kali persepsi orang-orang.., yangmana yeah yang dipilih. Ah…sudah lah pikirku “Be Your Self” bro…, akhirnya ku memilih mengikutin motor yang nuju kesana. Mungkin inilah yang dikatakan Malu bertanya sesat dijalan, tapi aku dah nanya ko’ mo gimana lagi? . lebih tepatnya lagi kayaknya “Malu bertanya Jalan-jalan deh” hehe….
Tapi Alhamdulillah, setelah satu jam ku keliling-keliling membuahkan hasil juga( duh sampe nampak bintang-bintang tuh muter-muter diatas kepala *0*) Istana Maimun terpampang megah dihadapanku, namun lagi-lagi kulihat kesekeliling, melihat keberadaan Kantor WASPADA yang katanya dekat Istana Maimun. “Duh , ko’ belum nampak juga nih”. Batinku bertanya
“Jalan-jalan lagi deh…huh, tapi katanya kalau sudah sampai keistana Maimun jalan lurus aje” ntar nyampe ko’.kata orang yang kutanyai tadi
     Ya sudahlah, kulihat papan iklan dipinggir jalan “Jalan Brigjen Katamso No 11” wach dah mau sampai nih, batinku gembira. Ku lajukan sepeda motorku, dan melaju lurus kesepanjang jalan.
“loh ko’ dah ganti nama nih jalannya, jalan Pasar Baru. Duh gawat nih, kuputar haluan dan memotong jalan yang sejalur ke jalan Brigjen Katamso tadi, tak terlihat didepan ku ternyata seorang polisi sudah menantikan kedatanganku.

“Dik…dik pinggir, ayo pinggirkan keretamu….”seorang polisi dengan logat medannya menyentak dan menghampiriku.

"Tak kau lihat dilarang putar haluan itu, ayo pinggirkan keretamu..”garang wajahnya memuat hatiku ciut seketika.” Ya Allah cobaan apa lagi nih, dah tak tahu jalan jumpa lagi ma yang beginian, kereta pinjaman lagi, Mohon pertolonganMU ya Allah…”! Batinku merintih tak tahu apa yang harus kulakukan. Seketika badanku lemas, semangatku hilang tak kuat menahan cobaan yang datang. Dalam pikiranku hanya bagaimana seandainya pak polisi dini menanyakan perihal SIMku, juga kereta yang kubawa. Seakan pertanyaan itu serigala yang hendak memburuku dengan taringnya yang tajam.

“sini kau dik, Mana SIM mu….” Ia memanggilku garang.

     Tak kuasa ku kokohkan kaki ini, apa yang kutakutkan datang juga. Ia menanyakan SIMku, padahal aku belum memilikinya sama sekali. Hati berdebar tak karuan, wajahku dingin seketika mendengar apa yang ia tanyakan.
     Tapi sejenak kutenangkan diri ini, agar kiranya kegugupan ku tak terihat olehnya. Lantas ku ingat perkataan Ustad Subhan( salah seorang guruku yang terkenal kocak namun tatkala tegas, suaranya akan menggelegar kemana-mana) mengatakan “Jujur saja, Minta maaf kalau ada salah, jangan bohong” insya Allah kesalahan apapun itu, ketika kita jujur dan bertanggung jawab pasti akan dimaklumi dan dipermudah, dan satu lagi jangan bertele-tele”. ucapnya ketika dikelas saat aku masih santri dulu. Kuterapkan ucapannya dalam kondisi ku ketika itu. Kuberhati hati menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkannya kepadaku, takut menyinggung hatinya yang mungkin lelah seharian mengatur kenderaan di jalan.

“Anak mana kau, ? tanyanya.

“Anak pesantren, pak di medan tuntungan” jawabku lugu.

“tahu kau, dilarang memutar haluan kan, mana SIM mu….?


“Maaf pak, sebelumnya saya minta maaf. Karena telah berbuat salah. Sejujurnya saya tidak tahu pak, karena tidak melihat ada petanda larangan memutar haluan, saya lihat kenderaan lainnya juga ada yang memutar haluan, oleh karena itu saya ikutan pak lagi pula tidak mengganggu aktifitas kenderaan lainnya. Mengenai SIM saya , saya memang belum memiliki SIM pak. Karena saya baru tamat pesantren, sekali lagi saya minta maaf pak..! jawab ku tulus.

“kamu kan tahu, apabila belum memilki SIM tidak diperbolehkan mengendarai kenderaan apapun itu, dari mana asalmu hei nak…?
“Saya dari Siantar pak, baru menjelajahi jalan-jalan dimedan, karena tak tahu jalan. Kebetulan tadi abang saya dipesantren lagi tidak menggunakan Sepeda Motor, lantas saya pinjam keretanya. Saya hendak mengirimkan Karya tulis saya pak Ke kantor WASPADA,namun saya tidak tahu dimana kantornya pak? Karena itu saya masih mencari jalan menuju kantor tersebut yang katanya di jalan Brigjen Katamso No 1 , maafkan saya kalau saya keliru tadi pak! Ku jawab kembali pertanyaan tersebut dengan kenyataan yang kualami ketika itu.
“Oh mau ke WASPADA nya kamu, tak kau lihat kantor didepan itu…? Tanyanya seraya menunjuk kantor didepan POS tempat ia duduk.
Kulihat kantor yang ditunjukkannya padaku, lantas kubaca tulisan besar tepat didepannya “HarianWaspada”. Sejenak ku gembira karena telah sampai pada tujuan, tapi masih ada masalah besar yang kuhadapi bersama polisi didepanku.
“Begini pak, saya hendak mengirimkan cerpen juga puisi untuk lomba di WASPADA pak, namun tuh tadi karena tak tahu jalan beginilah jadinya pak? Maafkan saya pak…?
Lantas ia meminta amplop yang berisi cerpen juga puisi yang akan kukirim, sekedar membenarkan pernyataanku. Dilihatnya dengan teliti, sambil sesekali menganggukkan kepalanya. Kulihat raut wajahnya yang garang memudar seketika. Tak tahu apa yang sedang ia amati dari tulisanku tadi.

“ya sudah dek, kau ambil kuncimu, pergi lah kau kesana…., tapi ingat jangan sekali-kali berani mengendarai kenderaan bermotor sebelum memilliki SIM yah…! Oh yah nanti kamu putar kereta kamu dari ujung jalan sana, jangan memotong jalan lagi. Inget tuh yah…!!

    Seketika embun kesejukan menyirami hatiku, kegugupanku pudar seketika. Melihat reaksi dari pak polisi didepanku. Jarang-jarang ku mendapati pak Polisi seperti ini, karena terkadang ada juga yang hendak meminta tebusan sebagai jaminan SIM yang belum dimiliki. Tapi tidak untuk kasusku saat itu, ia lantas meberikan kebebasan dengan mudahnya kepadaku. Kulantas bersyukur kepada Allah atas apa yang telah kualami ketika itu sembari berterima kasih kepada pak Polisi yang semula kupikir hendak melumatku mentah mentah (hehe…emang sumanto apa?)
Aku pun menganggukkan kepala seraya menghidupkan kembali sepeda motorku yang hampir menangis melihatku ( emang ada yah kereta yang bisa menangis) atas apa yang telah kami alami bersama.
Ku engkolkan gigi depan, sembari menoleh kepada pak Polisi Baik Hati itu dan sekali lagi ku berterima kasih banyak atas tindakkannya yang sungguh bijaksana. Semoga banyak polisi-polisi lain sepertinya kelak.
Sesampai dikantor Waspada ku serahkan amplop berisikan tulisanku itu kepada pak satpam yang berada didepan kantor. Ku langkahkan kaki ini keluar kantor dengan perasaan lega, seakan beban yang dari tadi menghimpit pikiran terbuang sudah. Berkat pak polisi tadi. Seandainya tidak distopnya, pastinya ku tak tahu keberadaan kantor tersebut yang ternyata berada didepan kantor tempat ia berjaga. Senyum seketika berkembang diwajahku yang kusut oleh debu, sejenak ku mengambil I’tibar dari apa yang kualami hari ini. Bahwa untuk mencapai sebuah tujuan tidaklah mudah, pastinya halangan dan rintangan akan senantiasa datang dengan sendirinya. Pastinya dengan kesungguhan, juga ijtihad yang diolah dengan kejujuran dan tanggung jawab tatkala menghadapi suatu masalah akan menjadikan masalah tersebut menjadi lebih mudah. Bahkan berbuahkan hasil yang tidak diduga-duga.
Semoga apa yang kualami kemarin menjadi pelajaran berharga untuk hidupku kedepannya, dan langkah awal menuju kesuksesan.

****
Mohon doanya dari teman-teman, semoga apa yang telah saya usahakan berbuahkan hasil yang diharapkan, cerita ini benar adanya dan terjadi padaku kemarin tatkala hendak mengirimkan hasil karyaku keWaspada. Walaupun ku tak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, pastinya kumasih mengharap semoga Allah mengabulkan doa dan usahaku, yang mungkin dapat diperkuat dengan doa-doa teman semuanya.

SYUKRON A'LA KULLI DU'AI

This entry was posted on Senin, 04 Januari 2010 at 19.04 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

1 komentar

lain kali kalau naik kreta hati-hati ya ai.. jangan ceroboh..:D

18 Januari 2010 pukul 11.11

Posting Komentar