[Belajar] Mengenal Jati Diri dengan Membaca dan Menulis  

Posted by Unknown in ,

Setiap kali saya mengikuti pelatihan menulis sering kali saya mendengar pembicara mengatakan bahwa “ Menulislah apa saja yang ingin anda tulis, menulislah apa saja yang anda alami, dan menulislah maka anda akan mudah mencari jati diri”. Sejenak saya bertanya dalam hati apakah dengan menulis saya dapat mengetahui jati diri saya? Apakah dengan menulis saya dapat mengetahui kadar keilmuan saya? Apakah dengan menulis saya menjadi apa yang saya inginkan dll. Semua pertanyaan tersebut seakan tiada habisnya mengepul diotak dan pikiran saya. Tanpa disadari ternyata sekarang saya sedikit demi sedikit telah terjun dalam dunia yang mungkin tidak asing dalam pandangan teman teman sekalian yaitu dunia Tulis- menulis.

Saya teringat dengan perkataan teman sekaligus guru menulis saya Ust.Qosim yang mengatakan “Menulislah maka kamu akan hidup. Dengan menulis maka hidupmu akan menjadi lebih bermakna, karena disatu sisi kamu akan mendapatkan makna hidup dengan menuliskan apa yang kau miliki dan apa yang ingin kamu miliki."

Saya masih belum mencerna apa yang dimaksud dengan pernyataan guru saya tadi. Lantas saya kembali melihat kepada diri saya selama ini, atas apa yang saya perbuat dengan menulis. Selama ini saya menulis hanya mengandalkan otak kiri saya saja, seperti apa yang dikatakan Akh Radinal ketika saya menuliskan tulisan ini. Ia ingin mengetahui apa yang sedang saya tulis, namun saya tidak memberitahukannya saat Ia ingin melihatnya. Saya lebih mengutamakan apa yang saya rasakan namun kerap kali tidak memperhatikan bagaimana saya dapat menulis kapan dan dimana saja saya berada

Mungkin benar apa yang ia katakan itu, selama ini saya menulis hanya sekedar meluapkan emosi yang ada dalam diri saya saja, saya menulis hanya menumpahkan apa yang saya inginkan, dan jarang sekali menulis untuk sebuah kebutuhan yang mungkin akan membuat saya menjadi jati diri sendiri seperti apa yang saya inginkan.
Saya sepakat apa yang dikatakan oleh Wiliam forester bahwa "menulislah pada saat awal dengan hati. setelah itu, perbaiki tulisan anda dengan pikiran. kunci pertama dalam menulis adalah bukan dengan berpikir, melainkan mengungkapkan apa yang saya dan anda rasakan" mungkin dengan pernyataannya inilah saya kiranya dapat memahami konsep menulis yang benar yaitu diawali dengan yang namanya menulis dengan hati dan memperbaiki dengan pikiran.

Saya pernah membaca sebuah artikel di situs Anda Luar Biasa.com yang berjudul Menulis, Bernyanyi, dan Menggambar mengembangkan fungsi otak" karya Aleysius Gondosari menyatakan bahwa dengan "Mengobrol dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 2%. Menggambar atau melukis juga dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 2%. Bermain alat musik juga dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 2%. Menyanyi dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 5%. Sementara menulis sebuah tulisan pendek juga dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 5%. Dengan menulis sebuah buku, fungsi otak akan meningkat sebanyak 10% hingga 20%. Menulis buku setebal Laskar Pelangi atau buku setebal Harry Potter dapat meningkatkan fungsi otak sebanyak 20%. Jadi, bila Anda ingin meningkatkan fungsi otak Anda kembali, berlatihlah menggambar, menyanyi, atau menulis." Dari pernyataannya tersebut membuat saya bertambah semangat untuk menulis, menulis, dan menulis. karena terlihat jelas bahwa persentase menulis melampaui kegiatan yang lain yang tidak dibarengi dengan kegiatan menulis.

Saya menulis saat saya tak tahu kepada siapa lagi saya berbagi, saya menulis hanya pada waktu-waktu tertentu saja yang sebenarnya itu dapat dicari dan dilaksanakan kapan dan dimana saja. Didalam buku Jangan Mau Tidak Menulis karangan penulis Fiksi Best Seller Gol A Gong menceritakan bahwa bagi siapa saja yang ingin mendapatkan berjuta-juta ide dalam menulis, maka hendaklah ia keluar dari rumah dan tliskanlah pengalaman-pengalaman yang didapat. Hal ini juga dilakukan J.K Raowling, bahwa untuk mempermudahnya, tuliskanlah hal-hal yang kami ketahui; tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.


MENULIS DAPAT MEMBENTUK JATI DIRI

Saya terkesan dengan pernyataan Terry Mc Milan yang mengatakan bahwa " Menulis adalah satu-satunya tempat Ia bisa menjadi dirinya sendiri dan tidak merasa dihakimi". Apa mungkin dengan menulis satu-satunya jalan keluar mencari jati diri? Tanyaku ketika membaca buku pinjaman dari akh Radinal yang berjudul Chiken Soup For The Writer Soul.

Lantas saya mengingat kembalipengalaman saya ketika saya masih duduk dikelas satu tsanawiyah, satu-satunya teman yang paling akrab bagi saya ketika itu adalah buku Agenda saya pemberian dari pengurus asrama atas ketaatan dalam berdisiplin. Ketika kerinduan kerap datang menghampiri, cobaan demi cobaan silih berganti, kehilangan barang, sangsi setiap bagian, yang mana membuat hati kecilku saat itu menjerit, tak tahu kepada siapa harus ku adukan segala perasaan. Merasakan disaat harus mandiri dalam hidup, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yaitu alam ma'had yang jauh dari sanak keluarga. Kucuba menuliskan kesemuanya itu dalam Agenda hitam walaupun dengan bahasa yang tidak karuan, sampai ketika saya membukanya kembali untuk saat ini , seakan membuat perutku berkelit akibat tertawa. memang tatkala saya telah menulis, ada saja hal-hal yang ingin saya lakukan. Baik itu menyusun program harian, maupun impian yang ingin saya gapai. Itu semua datang begitu saja, tanpa saya sadari ternyata telah menghidupkan lentera-lentera kecil dalam temaram semangat yang telah lama padam. Menulis membuat hari saya menjadi tenang dan sering menenggelamkan saya dalam syahdu tarian tinta pengaduan kepada-Nya. lantas melumas kelu lidah yang membeku dengan segala dosa.
Secara tak sadar, menulis telah membantuku sedikit lebih tahu mengenai sastra yang selama ini masih belum saya kuasai. ilmu sastra yang menjadi syarat utama dalam mengolah kata-kata menjadi sebuah paduan yang menggelora. Setiap kali saya membaca tulisan yang berbau spiritual seakan menghipnotisku untuk menguraikan kata-kata menjadi tetesan embun yang melembutkan hati dikala merasa gersang dan hampa. Jadi tak salah Rasulullah pernah mengatakan " Ajarkanlah sastra kepada anak-anakmu, karena dengan itu akan membuat hati mereka menjadi lembut" Nah bermula dari hal-hal demikian hari kian hari hati saya kian terpaut dengan dunia menulis, karena sedikit tidaknya mengurangi beban yang menggantung dikepala disaat-saat sulit.

MENULISLAH, MAKA KAMU AKAN HIDUP

Siapa saja dari kita pastinya tidak dapat memprediksi bagaimana jalan hidup kita selanjutnya, karena kita tahu, kita hanya dapat merencanakan namun tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Pastinya segala keputusan hanya ditangan Allah semata. Namun, kesemuanya saya kira dapat ditanggulangi dengan yang namanya kreatifitas membaca dan menulis. dengan membaca kita dapat memperluas wawasan yang kian terkukung dalam tempurung kejahilan.
Dengan membaca pula kita dapat menjadikan diri ini mulia seperti apa yang dituliskan Pak Hernowo dalam bukunya Membacalah agar dirimu mulia. beliau menekankan bahwa dengan membaca maka seseorang akan menjadi mulia dan dengan membaca pula maka orang tersebut akan mencapai hakikat manusia sebenarnya sesuai ayat Al-Qur'an yang mengatakan " Laqod Khalaqnal Insaana fi Ahsani Taqwim" sesungguhnya telah kami ciptakan manusia itu dengan sebaik-baik penciptaan.
Tidak cukup hanya dengan membaca saja, namun perlu juga dibarengi dengan menulis. Nah, dengan menulis ilmu yang kita dapati dari hasil membaca akan memperkuat daya ingat terhadap ilmu yang dipelajari.

Bukan maksud saya untuk menggurui, namun inilah sekelumit ilmu yang saya miliki. saya mencoba mendefenisikan kegiatan yang sedang saya geluti ini menjadi wadah dan bekal saya untuk hidup. Saya terkesan dengan apa yang dipaparkan Jamil Azzaini dalam bukunya Tuhan Inilah Proposal hidupku. Penulis memberikan sebuah gagasan baru yang mengajak kita untuk mengartikan hidup ini layaknya dalam sebuah acara yang memiliki start dan ending dan itu hendaklah kita sikapi secara seksama. beliau menuturkan " Kalau untuk membuat acara yang digelar satu dua hari seperti ini saja membutuhkan sebuah proposal, mengapa untuk hidup yang berjalan puluhan tahun kita tidak membuat proposal? Mengapa kita membiarkan hidup kita mengalir tanpa arah, tanpa tujuan, dan tanpa cita-cita?" Nah pemikiran ini jarang sekali kita temui untuk sekarang ini, kecuali bagi orang-orang sukses yang telah mengecap dan menyelami hitam putih cobaan.

Oleh karena itu, sekali lagi saya mendapati pelajaran hidup yang serat akan makna dan itu saya dapati setelah melakukan kegiatan Tulis-menulis, yang saya harapkan kepada teman-teman semua juga merasakan seperti apa yang saya rasakan saat ini. walaupun dari segi usia dalam menulis, saya masih tergolong pendatang baru dan sekali lagi saya katakan bahwa saya telah "tergila-gila dengan Membaca dan menulis".

Mohon Koreksian teman-teman!!!

This entry was posted on Rabu, 24 Februari 2010 at 19.11 and is filed under , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

1 komentar

Anonim  

Assalamu'alaikum.
Terkesan membaca tulisan mas, Insya Allah memotivasi saya. apalagi kata-kata Bpk. Zamil Azzaini dlm buku y Tuhan, inilah proposal hidupku.

salam kenal,
Budi

18 Maret 2011 pukul 01.25

Posting Komentar