[Based on True Story] Perjalanan Penuh Hikmah Hari Ini  

Posted by Unknown in , ,


Hari ini, aku mencoba menghilangkan kekakuan pikiranku dengan berniat ingin sejenak keluar pondok. Menikmati jalanan ramai diluar sana. Semoga ku mendapati pelajaran berharga dengan keluar dari lingkup jenuh setelah mengemban amanah pondok. Senang sekali terasa. Setelah seminggu lamanya berkutat dengan pengetikkan soal-soal ulangan adik-adik dipondok. Akhirnya aku memiliki kesempatan untuk merenggangkan urat-urat tubuh sembari menikmati suasana jalanan kota siang tadi. Tujuan pertamaku adalah ingin mampir ke toko buku Gramedia yang satu bulan lamanya belum kuhampiri. Yups, apalagi kalau bukan untuk menilik buku-buku baru, sekaligus menambah rasa iri kepada para penulis yang telah sukses dengan masing-masing bukunya. Nah, dengan demikian, aku mampu menuliskan sedikit perjalananku siang ini kepada teman-teman sekalian dengan berbagai motivasi yang telah aku dapatkan. Walaupun ada sedikit musibah yang kualami siang ini akibat kelalaianku dalam bertindak. Tapi ntar sajalah aku ceritakan. Sekarang aku akan mengungkapkan apa yang aku dapatkan setelah mampir dari rumah Bu Guru Gramedia. Dan sedikit curhat tentang perjalanan bermotorku siang ini.

Aku beranikan diri untuk meminjam sepeda motor milik salah seorang sahabatku juga helm namun dari teman yang berbeda. Bermodalkan uang seratus ribu akhirnya ku engkolkan gigi sepeda motorku. Sembari membaca bismillah, semoga nantinya tidak terjadi hal-hal yang merugikan diperjalanan. Karena lagi, lagi ku masih ada rasa trauma dengan kejadianku tempo dulu yang sempat ditilang polisi akibat menyalahi aturan jalan ketika hendak mengirimkan cerpen untuk lomba waspada. Tapi, alhamdulillah. Kejadian itu berakhir dengan mulus dan penuh hikmah yang harus ku teladani agar tidak terulang kembali. Dengan bermodalkan STNK teman, aku merasa sudah cukup untuk saat ini. Walaupun lagi-lagi SIM belumlah kumiliki. Bukan maksud tidak ingin memiliki. Bahkan ingin sekali ku miliki segera. Namun, karena tahap pengurusannya rumit dan tidak jelas, akhirnya ku urungkan niat. Bagaimana tidak, aku telah berusaha untuk mengurusnya dengan salah seorang temanku yang katanya memiliki kenalan dekat dengan salaha satu staff biro Photo SIM. Untuk pertama kali jumpa, Bapak itu mengiyakan keabsahan pengurusan SIM ini. Namun, untuk hari kedua, eh tak tahunya sembari meminta maaf. Ia menyarankan aku mengurus SIM ke Poltabes Deli Serdang. Sedangkan temanku, ia sanggupi karena memang berdomisili di Medan. Namun, aku, karena di KTP yang kumiliki berdomsili di Siantar, apa boleh buat? Ia hanya menyarankan aku agar pergi Ke Poltabes itu saja.

Ah sudahlah, pikirku ketika itu. Toh, aku juga belum memiliki sepeda motor asli milik pribadi. Mengapa harus bersih keras ketika itu juga. Ya sudahlah, kuurungkan niatan itu. Semoga tidak hanya sepeda motor yang kumiliki nanti, namun juga Mobil Avanza yang dapat dinikmati. hmmm...nikmatnya. Eh, dah lain cerita nih. Duh maaf ya teman-teman pembaca. Jadi kepikiran tempoe doloe tuh. Ok deh dilanjutin…
So, kepikiran juga tiada salahnya aku mengendarai sepeda motor temanku tanpa SIM nih. Sudah aku usahain, tapi dipersulit. Mungkin itu yang menyebabkan banyak orang malas berurusan membuat SIM. Ketika mengurus saja sudah dipersulit. Konon lagi kalau tidak ya. Hmm…jadi prihatin nih. Melihat kondisi bangsa kita sekarang ini. Padahal jelas-jelas tertulis di depan kantor pengurusan, “JANGAN PERCAYA DENGAN PARA CALO”. Tapi tetap saja dilakukan oleh salah seorang oknum polisi ketika itu yang sedang saya amati. Ah sudahlah, semoga saja masih banyak para polisi yang sadar akan amanah yang diembannya. Duh, ko’ belum masuk juga nih cerita perjalannya ke Gramed. Ok deh…kali ini janji. Hehehe
Wusshh.., sekejap sepeda motorku melesat mengejar angin.
Melihat awan diujung pepohonan yang sudah tampak mendung. Rintik mulai menepi di atas helmku. Dalam hitungan menit aku sudah dipertengahan jalan menuju lokasi tujuan. Hiruk-pikuk jalanan sungguh mencekam. Bukan karena tidak berhati-hati. Namun, terkadang emosi dan nafsu mudah sekali naik-turun dengan sikap yang menjunjung egoistik semata. Ini bukan sekali ku alami. Telah kesekian kali, suasana ini kurasakan. Banyaknya para pedagang di tepi jalan yang tak ragu-ragu menawarkan dagangan dengan ricuhnya. Para supir sodako dan penumpang yang berhenti sembarangan tempat. Di tambah lagi dengan kesigapan para pak polisi yang naik turun. Semangat apabila mendapat sasaran empuk untuk ditilang. Hanya saja, memang kita dituntut untuk menghormati mereka dengan jasa yang luar biasa itu. Karena memang merekalah yang ditugaskan untuk menjaga stabilitas lalu lalang kenderaan ditengah jalan. Aku sendiri tidak bisa membayangkan seandainya aku ditugaskan demikian. Apa jadinya aku, seharian diterik mentari mengatur para pengendara yang arogan, dan kebal hukuman. Patutlah bagiku untuk menyantuni mereka dengan tugas mereka itu. Dan semestinya bagi kita yang telah mengetahui tata cara berkendaraan hendaklah menaatinya. Semoga aku mampu berbuat demikian.
Setiba ditempat, kuparkirkan sepeda motorku tanpa ragu. Karena memang ada penjaga parkir yang bersiaga ditempat. Menghilangkan setitik ragu yang berkecamuk, karena harta yang kubawa ini adalah bukan milik pribadi. Akan tetapi milik teman-temanku.

Lantas, ketika ku memasuki toko. Pandangan pertama yang menohokku adalah sebuah buku tentang pernyataan Mantan Komjen Susno Djuaji yang tertulis dalam buku “Mereka Menfitnahku”. Aku tak habis pikir dengan situasi politik sekarang ini. Yang konon membuat pola pikirku enggan dengan segala kerumitan yang membingungkan. Pernyataan terakhir yang kudapat dari synopsis buku tersebut adalah, bahwa Susno akan diturunkan dari Komjen Kabareskim dan Ia siap akan hal itu. Karena telah siap dengan segala resiko yang diterima. Untuk saat ini, aku hanya mampu mengikuti hal tersebut. Namun, ku berusaha untuk tahu kabar terkini yang terjadi. Walaupun hanya sekilas saja. Akhirnya, satu jam lamanya aku keliling toko. Aku terhipnotis dengan sebuah buku tentang biografi kang Abik. Dan lantas ku yakinkan dengan membelinya segera. Aku pun turun dari tangga lantai dua toko seraya keluar menuju tempat parkir sepeda motorku.

Aku kembali mengelana dalam perjalanan setelah memberikan uang parkir seribu rupiah kepada penjaganya. Dengan senyum seraya ingin merasakan kembali suasana lepas di tengah perjalanan menyelinap didalam hati. Hatiku lega setelah mampir dan membeli buku. Sebulan lamanya rasa itu kupendam dalam kesibukkan dan akhirnya terluapkan sudah. Kini aku ingin menikmati adventurku kelain tempat. Semoga saja mendapat ide menulis nantinya.

Duh, perutku keroncongan. Bunyinya sampai terdengar ditelinga. Waduh, tidak bisa di ajak kompromi nih. Ya sudahlah, akhirnya akupun mampir ke rumah makan dekat pinggiran jalan. Tanpa menghiraukan rasa ingin menikmati suasana jalan yang riuh namun rancu. Ku parkirkan sepeda motorku dipinggir warung itu dengan meletakkan helm di atas ujung jok. Tanpa ku sedari hal itulah yang akan menjadi malapetaka hariku sore menjelang petang ini. Aku memesan ayam goreng dan nasi putih seadanya. Aku lahap habis dengan perasaan lega dan bersyukur karena masih dapat menikmati lezatnya nasi ayam goreng ini. Walaupun memang di pondok telah memiliki jadwal menu ayam seminggu 2 kali. Namun, rasanya ayam diluar terasa berbeda dengan di pondok, yang mungkin saja pemasakannya yang sedikit berbeda bumbu dan rasanya. karena di pondok bersifat ja'maah jadi terkadang kurang berasa seperti halnya ketika di rumah. Namun, aku sangat bersyukur karena masih dapat menikmati suasana pondok dengan kebersamaannya. Dan hal itulah yang sering menambah selera ketika makan. Sungguh bro....
Setelah makan, kupanggil ibu penjual. Ternyata habis Rp.10 000 rupiah. wah, sedikit lebih murah nih. Dibandingkan kalau harus membeli jajanan di Mal. Ketika ku ingin menghampiri sepeda motorku. Aku terheran dan kikuk tatkala menyaksikan helmku tidak lagi ditempat semula. Helm yang kuletakkan raib tanpa wujud. Seketika aku membayangkan bagaimana jadinya, kalau saja temanku bertanya mengenai helm yang kupinjam itu. Waduh, bisa gawat nih. Apalagi helm yang ku pinjam itu termasuk helm yang lumayan mahal, model LTD lagi. Hmm, habis deh gue....

Ku tunggu 45 menit lamanya. Sembari berpikir postif mungkin ada kekeliruan seseorang dalam mengambil helmnya. Tapi, apa mungkin? sedangkan sepeda motorku kuparkirkan hanya dengan 3 sepeda motor milik orang lain. Apakah mungkin orang keliru mengambilnya? Ah, lagi-lagi aku berusaha berpikir positif dan berdoa semoga saja orang yang mengambilnya, diberikan Hidayah untuk mengembalikkannya. Namun, hingga hari menuju maghrib hal yang dihrapkan tidak kunjung tiba. Aku sudah menanyai orang-orang disekitar warung tersebut. Tetap saja nihil. Ya, sudahlah mungkin ini adalah cobaan sekalgus teguran bahwa aku harus sigap dan tidak ceroboh dalam berbuat. Mungkin dengan kehilangan helm itu, aku dapat merenungi betapa kehilangan itu tidak harus membuat hati merasa dihakimi oleh pikiran-pikiran negatif, yang mungkin saja justru akan menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan nantinya.
Akhirnya akupun, pulang dengan tangan hampa. Tanpa helm dikepala. Aku merasa was-was melewati jalanan maghrib yang konon katanya tidak bagus untuk waktu berkendaraan. karena sudah mendekati malam dan waktu itu adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk shalat maghrib. Lantas, mataku pun waspada dengan keadaan sekitar. Mencegah daripada hal-hal yang buruk bisa saja terjadi lagi.

Ya Allah, semoga saja hal ini dapat terbalas dengan kabar baik dari-Mu.....
Maafkanlah daku seandainya, khilaf luput dari resapan dan renungan...
Dengan segala kerendah dirian hati dan kehinaan diri, aku memohon ampun dari-Mu
Maafkanlah aku Ya Rabb.....

Hatiku mulai bersemi, tatkala doa mulai kurajut. Kulepaskan segala perkara dan pasrah kepada-Nya. Semoga hari ini dapat menjadi i'tibar bagiku juga teman-teman pembaca.
Atawakkal 'Alaika Ya Allah.....
Bismika Ya Allah mujiibu Du'ai...
Amin Ya Rabbal A'lamin.....

Mohon Doa Teman-teman. Semoga Di balas dengan kabar baik kedepannya

This entry was posted on Rabu, 28 April 2010 at 05.15 and is filed under , , . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 komentar

Posting Komentar